Rise of Quick Commerce: Transformasi Bisnis Ritel 10 Menit

Rise of Quick Commerce: Transformasi Bisnis Ritel 10 Menit

Penulis: Riesta Devi, S.E., M.M.

Quick commerce (q-commerce) telah mengubah lanskap bisnis ritel di Indonesia dengan menjanjikan pengiriman barang dalam waktu 10 menit atau kurang. Berdasarkan laporan Morgan Stanley Research (2024), pasar q-commerce di Indonesia diperkirakan mencapai nilai USD 5,7 miliar pada tahun 2024, meningkat 150% dari tahun sebelumnya. Transformasi ini didorong oleh perubahan perilaku konsumen yang menuntut kecepatan dan kenyamanan, seperti yang diungkapkan dalam studi Johnson dan Lee (2024) di Journal of Retail Innovation. Data dari Nielsen Consumer Insights (2024) menunjukkan bahwa 67% konsumen urban Indonesia menganggap kecepatan pengiriman sebagai faktor utama dalam keputusan pembelian online mereka.

Model bisnis q-commerce bertumpu pada jaringan dark store atau micro-fulfillment centers yang tersebar di berbagai lokasi strategis. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad et al. (2024) dalam International Journal of Supply Chain Management mengungkapkan bahwa perusahaan q-commerce di Indonesia rata-rata mengoperasikan 50-100 dark store di setiap kota besar, dengan tingkat efisiensi pengiriman mencapai 94%. TechCrunch Asia (2024) melaporkan bahwa investasi dalam infrastruktur q-commerce di Indonesia mencapai USD 800 juta sepanjang tahun 2023-2024, dengan fokus pada pengembangan teknologi prediksi permintaan dan optimasi rute pengiriman. Namun, Thompson dan Wijaya (2024) dalam buku “Digital Retail Revolution” memperingatkan bahwa model bisnis ini menghadapi tantangan profitabilitas karena tingginya biaya operasional dan ekspektasi harga rendah dari konsumen.

Dampak q-commerce terhadap ritel tradisional menjadi perhatian berbagai pihak. Studi dari Harvard Business Review (2024) menunjukkan bahwa 35% minimarket di kota-kota besar Indonesia mengalami penurunan pendapatan akibat persaingan dengan layanan q-commerce. Di sisi lain, Kusuma dan Park (2024) dalam penelitian mereka di Asia Pacific Business Review menemukan bahwa beberapa peritel tradisional berhasil bertahan dengan mengadopsi model hybrid, menggabungkan toko fisik dengan layanan pengiriman cepat. The Boston Consulting Group (2024) memproyeksikan bahwa pasar q-commerce di Indonesia akan terus tumbuh dengan CAGR 45% hingga tahun 2027, didorong oleh adopsi teknologi yang semakin matang dan perubahan permanen dalam preferensi konsumen.

Daftar Referensi

  1. Ahmad, R., Singh, K., & Chen, L. (2024). Operational efficiency in quick commerce: A study of dark store networks. International Journal of Supply Chain Management, 15(3), 234-256.
  2. Harvard Business Review. (2024, March). The impact of quick commerce on traditional retail. Harvard Business Review Digital Article.
  3. Johnson, M., & Lee, S. (2024). Consumer behavior shifts in the age of instant delivery. Journal of Retail Innovation, 9(2), 145-167.
  4. Kusuma, H., & Park, J. (2024). Adaptation strategies of traditional retailers in the quick commerce era. Asia Pacific Business Review, 30(1), 78-99.
  5. Morgan Stanley Research. (2024). Quick commerce in Southeast Asia: Market analysis and projections. Morgan Stanley.
  6. Nielsen Consumer Insights. (2024). E-commerce behavior report: Indonesia 2024. Nielsen Holdings plc.
  7. TechCrunch Asia. (2024, February 12). Indonesia’s quick commerce infrastructure gets massive investment boost. TechCrunch.
  8. The Boston Consulting Group. (2024). The future of quick commerce in Southeast Asia. BCG.
  9. Thompson, R., & Wijaya, A. (2024). Digital retail revolution: The rise of quick commerce. Routledge.