PROYEKSI KEUANGAN DALAM RENCANA BISNIS (Bagian Kedua)

Pada bagian pertama telah dijelaskan mengenai proyeksi laporan laba rugi dalam rencana bisnis. Bagian ini akan menjelaskan hal – hal lain yang perlu disusun dan dijelaskan dalam proyeksi keuangan di dalam rencana bisnis. Menurut Liech & Melicher (2021), selain proyeksi laporan laba rugi dan neraca, calon wirausahawan juga perlu menyusun proyeksi laporan arus kas. Pada dasarnya dalam proyeksi laporan arus kas, calon wirausahawan sebaiknya mampu menunjukkan estimasi arus kas masuk dan keluar dari tiga aktivitas utama, yaitu aktivitas operasional, investasi, dan pembiayaan. Dari estimasi tersebut dapat diperkirakan aktivitas manakah yang paling banyak menghasilkan arus kas masuk atau keluar. Proyeksi tersebut perlu dilakukan dengan cermat karena akan menunjukkan proyeksi posisi kas di masa – masa mendatang. Selain itu, proyeksi ini juga menjadi faktor penting karena akan menunjukkan kemampuan pengelolaan kas usaha bisnis di masa mendatang. Kas merupakan urat nadi usaha bisnis sehingga akan lebih baik jika dalam proyeksi ini calon wirausahawan dapat menetapkan saldo kas minimal untuk menjaga keamanan kas. Proyeksi laporan arus kas dapat disusun menggunakan metode langsung maupun tidak langsung sesuai kebijakan atau kebutuhan usaha bisnis tersebut.

Hal berikutnya yang perlu dijelaskan oleh calon wirausahawan dalam proyeksi keuangan di rencana bisnisnya adalah analisis titik impas atau breakeven. Analisis ini pada dasarnya menunjukkan besarnya pendapatan yang dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan. Artinya ketika mencapai titik impas maka usaha bisnis tersebut tidak mengalami untung atau rugi. Analisis titik impas perlu dilakukan agar calon wirausahawan dapat menunjukkan kepada user bahwa aktivitas operasional yang dijalankan mampu menghasilkan pendapatan yang dapat menutupi biaya. Secara umum dalam analisis ini nilai pendapatan harus sama dengan total biaya. Dari perhitungan tersebut, calon wirausahawan dapat menentukan besar produk barang yang diproduksi atau layanan jasa yang harus diberikan untuk dapat mencapai titik impas tersebut. Selain melakukan perhitungan yang cermat dalam analisis titik impas, calon wirausahawan juga sebaiknya dapat menjelaskan strategi yang akan mereka gunakan untuk mencapai titik impas tersebut dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi tersebut. Tentu saja tujuan akhir dari proyeksi keuangan bukan hanya mencapai titik impas tetapi juga bagaimana mendapatkan keuntungan dari aktivitas bisnis tersebut. Setidaknya jika usaha bisnis tersebut dapat mencapai titik impas maka aktivitas bisnis yang dijalankan masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan. Bayangkan jika aktivitas bisnis tersebut hanya merugi terus, oleh karena itu analisis titik impas juga penting dicantumkan dalam proyeksi keuangan di rencana bisnis untuk menunjukkan prospek komersial usaha bisnis.

Selain proyeksi laporan laba rugi dan neraca, laporan arus kas, serta analisis titik impas, maka calon wirausahawan juga perlu mencantumkan kebutuhan dan sumber pembiayaan usaha bisnisnya dalam rencana bisnis (Liech & Melicher, 2021). Suatu usaha bisnis pasti memerlukan pembiayaan dalam siklus hidupnya untuk mengembangkan usahanya. Kebutuhan pembiayaan perlu dicantumkan dalam rencana bisnis agar calon wirausahawan dapat menjelaskan rencana pengembangan bisnis dan biaya yang diperlukan untuk mendukung hal tersebut. Pencantuman kebutuhan pembiayaan secara tidak langsung dapat memberikan sinyal kepada pihak user bahwa usaha bisnis tersebut akan berkembang ke depannya, skala bisnisnya akan meningkat sehingga diperlukan upaya pendanaan. Bisa dikatakan bahwa usaha bisnis tersebut tidak hanya stagnan dalam skala bisnisya yang sekarang namun akan meningkat di kemudian hari. Tentu saja calon wirausahawan perlu mencantumkan angka yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, ada reasoning yang dapat dijelaskan mengenai besarnya kebutuhan pembiayaan tersebut. Calon wirausahawan juga sebaiknya dapat menjelaskan bagaimana mereka akan memperoleh dana tersebut, apakah dari pinjaman bank, investor eksternal, hibah pemerintah, dan sebagainya. Hal tersebut menunjukkan kematangan tim manajemen untuk tidak hanya sekedar mencantumkan kebutuhan pembiayaan tetapi juga dapat mencari solusi dalam hal sumber pembiayaan yang akan digunakan dalam mendukung pengembangan bisnis.

 

Sumber:

Leach, J.C. & Melicher, R. W. 2021. Entrepreneurial Finance. 07. Boston: Cengage Learning.

 

AJENG MIRA HERDIANA, S.E., M.M