PERUBAHAN KOMPETENSI

Dunia selalu berubah, perubahan bisa terjadi dengan sangat cepat bahkan tidak ada yang bisa memprediksi. Coba saja kita lihat, siapa yang mengira adanya covid19, siapa juga yang memprediksi covid19 akan merubah tatanan dunia dalam hampir segala bidang? Apa yang terjadi saat ini merupakan pembuktian bahwa dunia selalu berubah.

Dalam bidang bisnis, salah satu yang harus diwaspadai adalah perubahan kebutuhan tenaga kerja. Permintaan akan produk yang berubah, proses produksi yang berubah, pola pemasaran yang berubah, semua itu memerlukan kompetensi tenaga kerja yang berbeda. Kalau sebelumnya memasarkan produk dilakukan face to face, mengandalkan banyaknya interaksi langsung dengan customer. Saat ini pola itu sudah tidak jamannya lagi. Pertemuan dengan customer bisa dilakukan dan lebih efektif menggunakan media internet. Media internet yang digunakanpun bisa bermacam-macam, ada media sosial, web, dan lain sebagainya. Perubahan itu tentu memerlukan kompetensi yang berbeda bagi para tenaga pemasar. Kalau dulu marketing memerlukan orang yang cantik, ganteng, menarik, pintar ngomong, sekarang tidak lagi. Marketing memerlukan orang yang menguasai teknologi digital, media sosial dan internet. Mereka tidak perlu cantik atau ganteng, tidak harus berpakaian bagus dan rapi, jam kerjanya juga bisa dilakukan kapan saja, bahkan mereka juga tidak harus menjadi karyawan tetap perusahaan.

Contoh diatas menunjukkan bahwa perubahan dunia bisnis menuntut perubahan kompetensi pelakunya. Tanpa perubahan kompetensi mustahil perusahaan bisa mengikuti persaingan. Jika demikian siapa yang harus memulai perubahan? Perusahaan sebagai sebuah organisasi yang memiliki goal yang akan dicapai dimasa mendatang sudah seharusnya memikirkan kebutuhan kompetensi untuk pencapaiannya. Kebutuhan kompetensi itulah yang harus dipetakan dan dipenuhi para karyawan yang ada. Untuk itu diperlukan upgrade kompetensi  karyawan dengan pelatihan tertentu. Kalaupun kebutuhan tidak bisa dipenuhi dari karyawam yang ada, tentu perusahaan harus berani mengambil dari luar.

Pemenuhan kebutuhan kompetensi karyawan sesuai goal yang ditetapkan akan selalu menimbulkan resistensi. Pelatihan ataupun mengambil karyawan baru dari luar pasti akan ditentang oleh mereka yang tidak mau berubah. Mereka tidak mau berubah biasanya karena malas belajar. Disinilah peran perusahaan untuk dapat memberi pengetian dan dorong kepada mereka untuk mau berubah. Membangun kesadaran pada karyawan bahwa tanpa perubahan kompetensi maka perusahan juga tidak akan mampu menghadapi persaingan, tidak mampu menghadapi persaingan artinya hanya menunggu kematian. Bagaimana jika mereka tetap tidak mau berubah? Perusahaan harus berani mengambil sikap, mengganti mereka dengan orang-orang yang mau belajar adalah pilihan terbaik. Hal ini jauh lebih baik dibanding perusahaan hanya menunggu kematian.

Salam Sukses-KL

DR. KUKUH LUKIYANTO, S.T., M.M., M.T