Metaverse untuk Bisnis: Antara Hype dan Realitas di Pasar Indonesia

Metaverse untuk Bisnis: Antara Hype dan Realitas di Pasar Indonesia

Penulis: Satria Fadil Persada, S.Kom., MBA., Ph.D

Metaverse telah menjadi buzzword yang menggemparkan dunia bisnis Indonesia sejak beberapa tahun terakhir, namun implementasi dan adopsinya masih menunjukkan gap yang signifikan antara ekspektasi dan realitas. Menurut laporan PwC Digital Transformation (2024), meskipun 65% perusahaan Indonesia menyatakan ketertarikan terhadap metaverse, hanya 12% yang telah mengimplementasikan teknologi ini dalam operasi bisnis mereka. Studi yang dilakukan oleh Wang dan Rodriguez (2024) dalam Journal of Digital Innovation menunjukkan bahwa kesenjangan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan infrastruktur, biaya implementasi yang tinggi, dan kurangnya pemahaman tentang nilai bisnis yang konkret.

Beberapa sektor bisnis di Indonesia telah mulai mengadopsi metaverse dengan hasil yang beragam. Real estate virtual, sebagai contoh, telah menarik investasi sebesar USD 50 juta di Indonesia sepanjang tahun 2024 (Bloomberg Asia, 2024). Sementara itu, sektor ritel seperti MAP Group dan Ace Hardware telah meluncurkan toko virtual yang memungkinkan konsumen berinteraksi dengan produk dalam lingkungan 3D (The Jakarta Post, 2024). Namun, Kim et al. (2024) dalam penelitian di International Journal of Consumer Behavior menemukan bahwa hanya 23% konsumen Indonesia yang merasa pengalaman belanja di metaverse memberikan nilai tambah yang signifikan dibandingkan e-commerce konvensional.

Tantangan infrastruktur menjadi salah satu hambatan utama dalam adopsi metaverse di Indonesia. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2024) menunjukkan bahwa hanya 45% penduduk Indonesia memiliki akses internet yang memadai untuk mengakses layanan metaverse dengan lancar. Selain itu, Thompson dan Lee (2024) dalam buku “Digital Transformation in Emerging Markets” mengidentifikasi bahwa investasi hardware yang dibutuhkan untuk mengakses metaverse masih terlalu mahal bagi sebagian besar konsumen Indonesia.

Meski menghadapi berbagai tantangan, potensi metaverse di Indonesia tetap menjanjikan dalam jangka panjang. McKinsey Digital Economy Report (2024) memproyeksikan bahwa pasar metaverse Indonesia akan mencapai nilai USD 8,5 miliar pada tahun 2027, didorong oleh pertumbuhan sektor gaming, pendidikan, dan entertainment. Untuk mewujudkan potensi ini, Chen dan Patel (2024) dalam Management Science Quarterly menekankan pentingnya pendekatan bertahap dalam adopsi metaverse, dimulai dari use case yang sederhana namun memberikan nilai tambah yang jelas bagi konsumen.

Daftar Referensi

  1. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2024). Laporan survei penetrasi internet Indonesia 2024. APJII.
  2. Bloomberg Asia. (2024, March 15). Virtual real estate boom hits Indonesian market. Bloomberg.
  3. Chen, H., & Patel, R. (2024). Strategic adoption of metaverse in emerging markets. Management Science Quarterly, 68(3), 345-367.
  4. Kim, S., Park, J., & Lee, M. (2024). Consumer behavior in metaverse retail: Evidence from Southeast Asia. International Journal of Consumer Behavior, 46(2), 189-210.
  5. McKinsey Digital. (2024). Digital Economy Report: Southeast Asia 2024. McKinsey & Company.
  6. PwC Digital Transformation. (2024). Metaverse adoption in Indonesian businesses. PricewaterhouseCoopers.
  7. The Jakarta Post. (2024, January 10). Indonesian retailers embrace metaverse shopping experience. The Jakarta Post.
  8. Thompson, R., & Lee, S. (2024). Digital transformation in emerging markets: Challenges and opportunities. Cambridge University Press.
  9. Wang, L., & Rodriguez, M. (2024). Metaverse implementation challenges in developing economies. Journal of Digital Innovation, 15(1), 78-96.