Mengenal tentang Conspicuous Consumption

Berkaitan dengan fenomena Flexing marak akhir-akhir ini terutama dunia media sosial yang semakin banyak orang secara terbuka memamerkan harta kekayaannya dengan berbagai tujuan pada public. Mereka mengkonsumsi dan menggunakan berbagai fasilitas mewah, seperti tas, baju, mobil, perhiasan, hingga liburan mewah. Hal ini tidak lain disebut sebagai Conspicious Consumption  dalam teori perilaku konsumen.

Conspicuous Consumption atau konsumsi mencolok adalah suatu kegiatan konsumsi barang ataupun jasa yang dilakukan bukan untuk memaksimalkan fungsi utilitas individu tetapi untuk tujuan mengesankan orang lain (Black, 1997). Jadi seorang konsumen yang melakukan conspicious consumption membeli produk bukan untuk memenuhi kebutuhannya, melainkan untuk memamerkan kekayaannya kepada orang lain.

Sedangkan dalam konsep konvensional, tujuan konsumsi adalah untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (utility). Konsumen cenderung rasional dalam menentukan pilihan. Mereka mempertimbangkan harga dan pendapatan sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Namun, pada conspicuous consumption meragukan pandangan tersebut. Hal ini juga menimbulkan keraguan tentang konsep ekonomi kesejahteraan berdasarkan asumsi pilihan rasional konsumen.

Beberapa perilaku konsumsi lebih didorong oleh faktor sosial daripada faktor ekonomi rasional. Teori ini diperkenalkan oleh Thorstein Veblen tahun 1899, pada penelitiannya perilaku konsumsi pada kelas sosial atas yang muncul selama revolusi industri kedua lebih pada menunjukkan kekuasaan dan prestise sosial dari pada utility.

Sedangkan pada dunia modern konsep ini berlaku tidak hanya pada konsumen kelas atas, tetap[I pada semua kalangan yang memiliki berbagai tujuan diantaranya, yang diantaranya tujuan status sosial, prestise, atau kekayaan adalah motif lain untuk mengkonsumsi produk atau jasa. Misalnya saja ketika kita membeli baju, meskipun fungsi utility kita sebenarnya sudah terpenuhi dengan membeli baju dengan brand dan harga murah, tapi kita menabung untuk dapat membeli baju designer dengan brand dan merek yang lebih mahal. Hal ini kita lakukan bukan hanya untuk mendapat fungsi utilitas dari sebuah baju, melainkan untuk mendapatkan nilai prestisous dan gengsi dari nama brand mahal yang kita gunakan. Sehingga kita mendapat kepuasan lebih berupa gengsi dan pengakuan dari orang lain. Jadi beberapa konsumen mungkin membeli barang mewah hanya untuk dipamerkan kepada orang lain saja.

Slanjutnya, Veblen berpendapat bahwa ada hubungan langsung antara properti dan status seseorang dalam masyarakat. Kekayaan dan kemewahan seseorang mewakili kehormatan dan martabat dalam suatu masyarakat atau komunitask sehingga kepemilikan sebuah produk akan melambangkan pencapaian dan kebanggaan individu.

Selain itu beberapa ahli berpendapat bahwa adanya sifat kompetitif individu yang menyebabkan kepemilikan atas barang mewah melambangkan keunggulannya atas orang lain yang tidak memiliki barang tersebut. Sehingga, orang-orang saling bersaing untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Conspicuous consumption juga dapat dikaitkan dengan insecurity seseorang. Seseorang menggunakan barang-barang mewah untuk menyembunyikan insecurity mereka, sehingga mereka beranggapan bahwa dengan memakan barang mewah akan mengangkat citra dalam masyarakat dan menutupi kekurangan.

Secara tidak langsung Conspicuous consumption mewakili persepsi seseorang dan mempengaruhi perilaku konsumsinya. Seseorang akan memilih produk yang meningkatkan statusnya di masyarakat daripada memenuhi kebutuhan dasarnya. Sehingga dapat disimpulklan bahwa faktor pendorong utama conspicuous consumption adalah pengakuan oleh orang lain.

Berdasarkan teori ini kita tau bahwa bahwa beberapa konsumen tidak selalu rasional secara ekonomi dalam membuat keputusan konsumsinya seperti yang ada pada hukum permintaan, yaitu harga naik maka permintaan akan turun. Namun dalam teori Conspocious Consumption, konsumen akan tetap membeli barang walau harganya naik jika barang tersebut memberikan nilai utilitas lain berupa prestise dan status sosial mereka.

 

Sumber pustaka

Black, John. (1997). Dictionary of Economics-Oxford University Press. New York: Oxford University Press

Nasrudin, Ahmad. (2022). Conspicuous Consumption: Definisi, Contoh, Tujuan, Mengapa Penting. https://cerdasco.com/conspicuous-consumption/. Diakses 1 Juni 2022.

MEIDIANA PURNAMASARI S.P.,M.P.,MBA.