Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen Melalui Persepsinya

Dalam melakukan sebuah bisnis, tentunya kita ingin selalu melakukan pengembangan produk melalui inovasi dan differensiasi. Salah satu alasannya dikarenakan agar produk kita selalu lebih unggul dan  terdiferensiasi/berbeda dengan produk umum lainnya dipasar.  Sehingga kitapun sebagai pebisnis dapat memenangkan persaingan dan mendapatkan profit yang lebih baik. Dalam melakukan differensiasi tidak selalu kita harus berinovasi dalam produk seperti merubah komposisi kandungan produk atapun menciptakan produk baru. Ada salah satu alternatif strategi lain yang dapat kita gunakan, salah satunya yaitu dengan merubah persepsi konsumen akan produk atau jasa yang kita tawarkan sebelumnya.

Pada teori Consumer Behaviour atau perilaku konsumen terdapat sebuah kajian tentang persepsi konsumen. Menurut Kotler, persepsi adalah proses saat seseorang memilih, mengorganisasi, serta menginterpretasikan informasi yang datang menjadi suatu arti tersendiri untuk menciptakan gambaran secara keseluruhan. Schiffman dan Kanuk (2004) mendefinisikan persepsi sebagai sebuah proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan stimuli menjadi gambaran dunia yang bermakna dan koheren.

Selanjutnya, Suryani (2008) mengemukakan bahwa suatu proses persepsi akan diawali oleh suatu stimuli yang mengenai indera kita. Stimuli ini akan mengenai organ yang disbeut sebagai sensory receptor (organ manusia yang menrima input stimuli atau indera). Adanya stimulus yang mengenai sensory receptor ini megakibatkan individu merespon dengan memperi gambaran atau pandangan hingga membentuk sebuah persepsi akan sesuatu (dapat berupa produk barang ataupun jasa). Stimuli-stimuli  tersebut dapat berupa informasi yang merupakan segala sesuatu yang masuk serta menciptakan sensasi bagi seseorang. Oleh karena itu terciptanya persepsi konsumen dipengaruhi oleh stimulus yang diterima pancaindra. Stimulus ini pada akhirnya memengaruhi persepsi serta tanggapan individu. Contoh stimuli yang sering digunakan oleh marketer dapat berupa rasa produk, aroma, suara, kemasan, merek, dan iklan.

Secara garis besar menurut Kotler and Amstrong dalam Waskito (2014), stimuli terdiri atas dua macam yaitu pemasaran dan stimuli lain-lain. Stimuli pemasaran meliputi empat unsur bauran pemasaran yaitu: produk, harga, distribusi, dan promosi. Sedangkan stimuli lain terdiri atas keadaan ekonomi, teknologi, politik dan kebudayaan. Misalnya, ketika kita sebagai konsumen melihat iklan mie instant di televisi, maka dapat dikatakan bahwa kita mendapat stimuli pada indra penglihatan dan pendengaran. Stimuli dari indra penglihatan terbentuk saat konsumen melihat model iklan yang sedang menikmati memakan mie instan dan terlihat sangat menikmati mie tersebut. Sedangkan stimuli pada indra pendengaran terjadi saat konsumen mendengarkan musig atau tagline yang digunakan pada iklan tersebut. Stimuli-stimuli ini yang nantinya akan membentuk persepsi konsumen akan produk mie instan tersebut. Sehingga pada akhirnya akan mempengerahui keputusan pembelian konsumen.

Persepsi yang terbentuk pada tentu akan berbeda-beda pada setiap konsumen. Jika konsumen memiliki persepsi yang positif, maka konsumen tersebut akan cenderung membeli atau mengkonsumsinya. Hal ini yang melandaskan bahwa persepsi akan berpengaruh pada keputusan pembelian (buying decision). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa persepsi memiliki implikasi stratejik bagi marketer karena konsumen membuat keputusan cenderung berdasarkan pada apa yang mereka persepsikan daripada berdasar pada kenyataan yang objektif dan persepsi konsumen dapat digunakan para marketer, untuk memahami kebutuhan pelanggan.

Sumber Pustaka

Schiffman, Leon G. dan Leslie Lazar Kanuk. 2004. Consumer Behaviour Eighth Edition. Pearson Prentice Hall.

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen; Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Waskito, D., Ananto, M., & Reza, A. (2014). Persepsi Konsumen Terhadap Makanan Organik Di Yogyakarta. Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY, 9(01).