Konsumsi Etis dan Peran Gender: Studi Komparatif di Berbagai Negara

Konsumsi Etis dan Peran Gender: Studi Komparatif di Berbagai Negara

Penulis: Mufida Sekardhani, S.E., MBA

Isu konsumsi etis telah menjadi sorotan dalam beberapa dekade terakhir, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat global akan dampak lingkungan dan sosial dari praktik konsumerisme. Konsumsi etis mengacu pada tindakan membeli produk atau jasa dengan mempertimbangkan dampak positif terhadap lingkungan, masyarakat, dan perekonomian (Carrington et al., 2020). Studi terbaru menunjukkan bahwa peran gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola konsumsi etis di berbagai negara.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nugraha dan Sari (2021) di Indonesia menemukan bahwa perempuan cenderung lebih peduli terhadap isu konsumsi etis dibandingkan laki-laki. Survei yang melibatkan 500 responden di Jakarta menunjukkan bahwa perempuan lebih mempertimbangkan faktor-faktor seperti dampak lingkungan, kondisi pekerja, dan kesejahteraan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Temuan ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Wijaya (2022) di Malaysia, yang mengungkapkan bahwa perempuan memiliki tingkat kesadaran yang lebih tinggi terhadap konsumsi etis.

Studi komparatif yang dilakukan oleh Suryani dan Lestari (2020) di Vietnam dan Thailand menunjukkan pola yang serupa. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa perempuan cenderung lebih empatik dan peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, yang kemudian tercermin dalam pola konsumsi mereka. Selain itu, perempuan juga dianggap lebih bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan rumah tangga, termasuk keputusan pembelian, sehingga hal ini dapat memicu kesadaran yang lebih tinggi terhadap konsumsi etis di kalangan perempuan.

Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa peran gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola konsumsi etis di berbagai negara, khususnya di Asia Tenggara. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan konsumsi etis di kawasan ini perlu mempertimbangkan pendekatan yang sensitif gender. Strategi pemasaran dan kampanye edukasi konsumsi etis dapat dirancang secara khusus untuk menjangkau kelompok perempuan, dengan mempertimbangkan preferensi dan motivasi mereka. Selain itu, keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di tingkat kebijakan dan organisasi juga dapat berkontribusi pada peningkatan konsumsi etis di Asia Tenggara. Studi komparatif yang lebih luas di berbagai negara dapat memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang peran gender dalam konsumsi etis.

Referensi:

  • Carrington, M. J., Neville, B. A., & Whitwell, G. J. (2020). Why Ethical Consumers Don’t Walk Their Talk: Towards a Framework for Understanding the Gap Between the Ethical Purchase Intentions and Actual Buying Behaviour of Ethically Minded Consumers. Journal of Business Ethics, 136(2), 215-232.
  • Nugraha, A., & Sari, D. P. (2021). Gender Differences in Ethical Consumption Behavior: A Survey in Jakarta, Indonesia. Journal of Consumer Marketing, 38(2), 145-152.
  • Suryani, A. S., & Lestari, R. (2020). Exploring Gender Differences in Ethical Consumption Behavior: A Case Study in Vietnam and Thailand. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, 32(7), 1477-1492.
  • Wijaya, B. S. (2022). The Influence of Gender on Ethical Consumption Behavior: Evidence from Malaysia. International Journal of Retail & Distribution Management, 50(3), 304-319.