Ki Ageng Suryomentaran dalam filsafat dan bisnis

Ki Ageng Suryomentaran (1892-1962).

  • Ketidakpuasan terhadap hidup menjadikan Suryomentaram sering keluar keraton, ke tempat-tempat yang dianggapnya mampu mendatangkan ketenangan. Ia menjelajah gua Langse, Pantai Parangtritis, dan makam-makam keramat. Prawirowiworo yang tugasnya banyak berkurang juga menjalani pengembaraan. Keduanya lalu saling bercerita tentang hasil pengembaraannya. Mereka kemudian mendatangi para pemimpin agama untuk belajar hakikat agama dan pengalaman mistik.
  • Ki Ageng monolak ‘Arabisasi agama.Dia menerima Islam karena melihat banyak kesamaannya dengan ajaran prinsipil masyarakat Jawa.Sosok yang digelar ”Matahari Jawa” ini berhasil menyatukan ajaran nenek moyangnya dengan agama terakhir ini. Ki Ageng Suryomentaran adalah seorang mistikus jawa yang unik. Dia merasa semua yang dia lihat, dengan, rasa adalah Dia yang dicaci dan diminta.
  • Hampir seluruh hidupnya dinisbatkan untuk yang ia caci dan ia puja. Sekalipun sibut bercinta dengan pujaan hatinya, Ki Ageng juga sangat peka terhadap kondisi lingkungannya.Dia malah mengorganisir pasukan untuk berperang melawan penjajah dengan membentuk pasukan Jelata. Ki Ageng juga begitu peduli dengan masa depan bangsa. Kepedulian itu ia realisasikan dengan membuat perkumpulan pemuda pelajar Taman Siswa.
  • Suryomentaram (1985) megatakan, pemikiran-pemikiran Ki Ageng Suryomentaram meliputi Ilmu Bahagia, Ukuran Keempat, Filsafat Rasa Hidup, Jimat Perang, Ijazah Hidup, Ilmu Pengetahuan, Ilmu Jiwa, Ilmu Pendidikan, Ilmu Perkawinan, Ilmu Kesempurnaan, Ilmu Kasunyatan, dan Ilmu Penghidupan.
  • Salah satu pemikiran Ki Ageng Suryomentaram adalah Ilmu Penghidupan (Kawruh Pangupo Jiwo). Ilmu penghidupan adalah pemikiran Ki Ageng Suryomentaram mengenai kebutuhan-kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk hidup. Ilmu penghidupan merupakan pengetahuan dalam rangka memenuhi kelestarian raga dan Sesuatu yang menjadi kebutuhan, pada dasarnya mudah didapatkan. Seseorang sulit memenuhi kebutuhan, disebabkan keinginannya yang bermacam-macam yang sebenarnya bukan merupakan kebutuhan.
  • Ilmu penghidupan membahas mengenai rasa pekerjaan, bahwa seseorang seringkali salah memahami hakikat pekerjaan. Seseorang seringkali mengedepankan gengsi dan harga diri, sehingga kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang cocok baginya. Padahal, semestinya pekerjaan adalah mengenai mencari kecukupan untuk kebutuhan mendasar, sehingga pekerjaan seperti itu tentu mudah didapatkan.
  • Terkait pemenuhan kebutuhan, Maslow (Madura, (2007) memetakan model hierarki kebutuhan yang diakui sebagai salah satu model generik. Teori ini bermanfaat untuk memetakan karakteristik karyawan berdasarkan motivasinya dalam bekerja. Motivasi karyawan yang orientasinya bekerja untuk memenuhi kebutuhan basic needs, tentu berbeda cara memotivasinya dengan karyawan yang berorientasi untuk memenuhi esteem needs. Untuk itu, seorang supervisor perlu mengidentifikasi orientasi karyawan dalam bekerja sehingga dalam meningkatkan “value” organisasi dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan strata karyawan dimana ia berada.
Bigraf Triangga, SST, MM