Generasi Z dan Kewirausahaan Sosial

Generasi Z dan Kewirausahaan Sosial

Penulis: Satria Fadil Persada, S.Kom, MBA., Ph.D

Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an dan awal 2010-an, bukan hanya sekadar kelompok demografi baru, melainkan juga kekuatan pendorong signifikan di balik tren bisnis social entrepreneurship. Dibesarkan di era yang penuh tantangan global—mulai dari perubahan iklim, ketidaksetaraan sosial, hingga isu kesehatan mental—mereka memiliki kesadaran tinggi akan urgensi solusi yang berkelanjutan dan berorientasi pada dampak. Nilai-nilai inilah yang secara fundamental membentuk pendekatan mereka terhadap bisnis, khususnya di ranah social entrepreneurship.
Salah satu peran utama Generasi Z adalah sebagai inovator dan penggerak perubahan sosial. Mereka tidak puas dengan status quo. Dengan akses tak terbatas terhadap informasi dan teknologi, Gen Z mampu mengidentifikasi masalah sosial yang kompleks dan merancang solusi inovatif yang menggabungkan model bisnis berkelanjutan dengan misi sosial yang kuat. Misalnya, mereka mungkin mengembangkan aplikasi yang menghubungkan kelebihan makanan dengan bank makanan, atau menciptakan platform e-commerce yang mendukung produk-produk dari komunitas rentan. Keberanian mereka untuk menantang model bisnis tradisional dan memprioritaskan dampak sosial adalah kunci dalam evolusi social entrepreneurship.
Selanjutnya, Generasi Z membawa perspektif digital yang mumpuni ke dalam social entrepreneurship. Sebagai digital natives, mereka secara intuitif memahami kekuatan media sosial, influencer marketing, dan platform crowdfunding untuk menyebarkan pesan, membangun komunitas, dan menggalang dana. Mereka mahir memanfaatkan alat-alat ini untuk meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial yang mereka perjuangkan, memobilisasi dukungan, dan menarik perhatian investor yang memiliki kesamaan visi. Ini memungkinkan social enterprise yang dipimpin Gen Z untuk mencapai audiens yang lebih luas dan menciptakan dampak yang lebih besar dengan sumber daya yang seringkali terbatas.
Kesadaran Gen Z terhadap keberlanjutan dan etika bisnis juga sangat menonjol. Mereka tidak hanya peduli pada apa yang dihasilkan oleh suatu bisnis, tetapi juga bagaimana itu dihasilkan. Ini mendorong social enterprise untuk mengadopsi praktik yang lebih transparan, etis, dan ramah lingkungan dalam seluruh rantai pasok mereka. Gen Z cenderung memilih dan mendukung merek yang mencerminkan nilai-nilai mereka, memaksa bisnis—termasuk social enterprise—untuk benar-benar mengintegrasikan dampak sosial dan lingkungan ke dalam inti operasi mereka, bukan hanya sebagai tambahan gimmick pemasaran.
Selain itu, Gen Z menunjukkan kecenderungan kuat terhadap kolaborasi dan pemberdayaan komunitas. Mereka memahami bahwa masalah sosial seringkali terlalu besar untuk diselesaikan sendiri. Oleh karena itu, banyak social enterprise yang didirikan atau didukung oleh Gen Z berfokus pada membangun ekosistem kolaboratif dengan pemangku kepentingan lain, termasuk organisasi nirlaba, pemerintah, dan komunitas lokal. Mereka percaya pada kekuatan kolektif untuk menciptakan perubahan yang langgeng, dan seringkali berinisiatif dalam proyek-proyek yang memberdayakan individu atau kelompok yang termarginalkan.
Generasi Z juga berperan sebagai konsumen yang sadar dan pendorong pasar. Daya beli mereka yang semakin besar memengaruhi keputusan bisnis dan tren pasar. Mereka bersedia membayar lebih untuk produk dan layanan dari bisnis yang memiliki misi sosial yang jelas dan terbukti. Tekanan dari Gen Z sebagai konsumen ini mendorong perusahaan-perusahaan besar sekalipun untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip social entrepreneurship ke dalam model bisnis mereka, yang pada gilirannya mempercepat adopsi praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.