Generasi Millenial pada Dunia Kerja dan Turnover Rate di Perusahaan

Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia kerja saat ini dipenuhi dengan karyawan-karyawan yang berasal dari kaum millenial (generasi muda yang terlahir antara tahun 1980-an hingga tahun 2000). Generasi ini dikenal dengan generasi yang cukup individual dimana mereka lebih mementingkan kepentingan diri mereka sendiri daripada kepentingan berkelompok. Generasi milenial juga dikenal cenderung lebih peduli pada hal-hal yang berbau matrealistis, serta tertarik dengan tantangan. Karakteristik-karakteristik tersebut yang kemudian akhirnya menciptakan sebuah citra atas generasi milenial, dimana generasi ini dianggap sebagai karyawan yang tidak loyal ketika mereka masuk ke dunia kerja. Beberapa individu bahkan tidak segan untuk meninggalkan perusahaan pada hari pertama bekerja, ketika mereka merasa bahwa perusahaan tersebut tidak sesuai denga napa yang diinginkan.

Pernyataan tersebut tentu tidak dapat digeneralisasi, namun tidak dapat diabaikan juga terkait faktanya. Pada realita, memang karyawan milenial cenderung untuk tidak memberatkan diri tinggal di satu perusahaan ketika mereka memang merasa tidak nyaman atau tidak tepat berada di perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan salah satu karakterstik generasi yang memang mereka akan lebih mementingkan kepentingan diri mereka sendiri dibandingkan dengan kepentingan bersama. Apabila mereka merasa bahwa tempat kerja tersebut tidak memenuhi ekspektasi mereka, baik dari segi gaji maupun lingkungan dan budaya kerja, maka mereka cenderung akan dengan sangat mudah mengajukan surat pengunduran diri.

Hal ini tentu menjadi kerugian bagi perusahaan, dikarenakan perusahaan harus selalu mencari karyawan baru untuk mengisi posisi yang telah ditinggalkan. Mencari karyawan baru sekali atau dua kali dalam setahun masih bisa ditolerir, namun jika berulang kali, maka hal tersebut akan merugikan perusahaan tidak hanya dari sisi materi, namun juga dari sisi mental karyawan rekrutmen perusahaan. Perekrutan karyawan tidak hanya melibatkan biaya perusahaan untuk memasang iklan lowongan, namun ada juga pengorbanan dari segi waktu dan tenaga yang dipakai untuk screening dan wawancara calon karyawan. Tidak hanya itu, perusahaan juga perlu untuk memberikan pelatihan awal bagi karyawan baru terkait urusan-urusan dasar di dalam perusahaan, dimana hal ini juga akan membutuhkan waktu serta tenaga dari karyawan-karyawan senior.

Tingkat keluar masuk karyawan dapat disebut sebagai turnover rate, dimana hal tersebut merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan. Perusahaan dengan turnover rate yang tinggi akan memiliki citra yang buruk bagi para calon pelamar pekerjaan. Para calon pelamar tersebut akan mempertanyakan kondisi kerja di perusahaan tersebut hingga bisa memiliki turnover rate yang sangat tinggi. Akan muncul berbagai keraguan, “apakah lingkungan kerjanya tidak baik?”, “apakah gaji yang ditawarkan rendah?” dan lain sebagainya. Maka dari itu, pengelolaa turnover rate perusahaan juga sangat penting demi kinerja organisasi, karena dengan turnover rate yang rendah, maka akan dapat menarik minat para calon karyawan berkompetensi, dimana ketika karyawan berkompetensi ini dapat direkrut oleh perusahaan, maka akan dapat meningktkan kinerja organisasi.

Masalahnya, perusahaan menghadapi generasi milenial sebagai generasi yang mendominasi lingkungan kerja pada saat ini, dimana generasi ini sendiri memang memiliki karakteristik yang tidak loyal terhadap perusahaan. Lalu, apa yang dapat dilakukan perusahaan untuk membuat karyawan generasi milenial bertahan di tempat kerja? Apakah ada hal-hal yang memang dapat diusahakan untuk mempertahankan karyawan generasi milenial di tempat kerja?

ZAINIYAH ALFIRDAUS, S.M., M.S.M.