Gender dan Eco-Domesticity: Apakah Konsumsi Berkelanjutan dan Ekonomi Domestik Mempengaruhi Konsumsi Etis?
Gender dan Eco-Domesticity: Apakah Konsumsi Berkelanjutan dan Ekonomi Domestik Mempengaruhi Konsumsi Etis?
Penulis: Mufida Sekardhani, S.E., MBA
Dalam beberapa tahun terakhir, konsep konsumsi berkelanjutan dan eko-domestikitas telah menarik perhatian yang signifikan, terutama dalam konteks konsumsi etis. Eco-domesticity mengacu pada praktik di dalam rumah yang berkontribusi pada kelestarian lingkungan, seperti konservasi energi, pengurangan limbah, dan pilihan makanan berkelanjutan. Gender memainkan peran penting dalam praktik ini, karena peran gender tradisional sering memengaruhi tanggung jawab domestik. Penelitian oleh Kennedy dan Cohen (2020) menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung terlibat dalam perilaku ramah lingkungan dalam rumah tangga, didorong oleh harapan sosial dan komitmen pribadi yang lebih kuat terhadap keberlanjutan. Dimensi gender dari eko-domestikitas ini menimbulkan pertanyaan penting tentang dampak ekonomi domestik dan konsumsi berkelanjutan pada pola konsumsi etis.
Hubungan antara gender, eko-domestikitas, dan konsumsi etis beragam. Menurut sebuah studi oleh McDonald dan Oates (2021), wanita umumnya lebih cenderung ke arah konsumsi etis karena keterlibatan mereka yang lebih tinggi dalam manajemen rumah tangga dan peran pengasuhan. Tanggung jawab ini sering membuat perempuan lebih sadar akan implikasi lingkungan dan sosial dari pilihan konsumsi mereka. Misalnya, wanita mungkin lebih suka membeli makanan organik, menggunakan produk pembersih ramah lingkungan, dan mengadopsi praktik hemat energi, yang semuanya berkontribusi pada budaya konsumsi etis yang lebih luas. Studi ini juga menyoroti bahwa keputusan pembelian perempuan sering kali dipandu oleh keprihatinan terhadap kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan, yang mencerminkan pendekatan holistik terhadap konsumsi yang menyeimbangkan kesejahteraan pribadi dengan pertimbangan etis.
Persimpangan konsumsi berkelanjutan dan kendala ekonomi menimbulkan tantangan bagi konsumsi etis. Penelitian oleh Verma dan Chandra (2022) menggarisbawahi bahwa meskipun banyak konsumen, terlepas dari jenis kelamin, menyatakan kesediaan untuk terlibat dalam praktik berkelanjutan, faktor ekonomi sering membatasi kemampuan mereka untuk melakukannya. Rumah tangga berpenghasilan rendah, yang secara tidak proporsional dipimpin oleh perempuan, mungkin merasa sulit untuk membayar biaya yang lebih tinggi yang terkait dengan produk berkelanjutan. Kesenjangan ekonomi ini menunjukkan bahwa sementara peran eko-domestikitas dan gender dapat mendorong konsumsi etis, mereka juga dibatasi oleh konteks ekonomi yang lebih luas. Akibatnya, mempromosikan konsumsi etis membutuhkan mengatasi hambatan ekonomi ini melalui kebijakan yang membuat produk berkelanjutan lebih mudah diakses dan terjangkau bagi semua konsumen.
Kesimpulannya, gender dan eko-domestikitas secara signifikan memengaruhi pola konsumsi yang berkelanjutan dan etis. Perempuan, karena peran domestik tradisional mereka dan kecenderungan yang lebih kuat terhadap keberlanjutan, memainkan peran penting dalam mendorong praktik ramah lingkungan dalam rumah tangga. Namun, kendala ekonomi dapat menghambat kemampuan rumah tangga berpenghasilan rendah untuk sepenuhnya merangkul konsumsi etis, menyoroti perlunya kebijakan pendukung yang mengatasi hambatan ini. Penelitian di masa depan harus terus mengeksplorasi interaksi kompleks antara gender, ekonomi domestik, dan konsumsi berkelanjutan untuk lebih memahami bagaimana mempromosikan konsumsi etis dalam konteks sosial ekonomi yang beragam.
References
- Kennedy, E. H., & Cohen, M. J. (2020). Gender and Sustainable Consumption: Examining the Connections. Journal of Consumer Culture, 20(2), 253-271. doi:10.1177/1469540517736556
- McDonald, S., & Oates, C. (2021). Gender Differences in Sustainable Consumption. Journal of Business Research, 120, 311-320. doi:10.1016/j.jbusres.2019.12.040
- Verma, M., & Chandra, B. (2022). Economic Constraints and Sustainable Consumption: Examining the Role of Income and Affordability. Sustainability, 14(5), 2884. doi:10.3390/su14052884