FLEXING- Sebagai Salah Satu Strategi Marketing Kekinian

Kita tentunya tidak asing dengan kata FLEXING. Istilah baru yang ramai sekali digunakan diberbagai sosial media baru-baru ini. Banyak sekali kalangan yang menggunakan dan menbicarakan istilah ini, baik dari anak muda hingga para tokok publik dan akademisi mulai membahasnya. Apalagi sejak maraknya berbagai kasus investasi online bodong yang menyebabkan tetangkapnya beberapa orang dan memakan korban yang sangat banyak.

Dalam kompas.com yang dirangkum dari laman Dictionary.com, asal mula munculnya arti kata flexing adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam untuk “menunjukkan keberanian” atau “pamer” sejak tahun 1990-an (Zulfaroh, 2022). Sedangkan dalam Cambridge Dictionary, flexing adalah menunjukkan sesuatu yang dimiliki atau diraih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan.

Flexing biasanya juga digunakan dalam dunia binargawan untuk menunjukkan atau memamerkan  otot mereka yang telah melakukan pelatihan intens. Namun istilah ini bergeser pada pengertian lain, yaitu seseorang yang melakukan pamer harta atau kekayaan.

Kegiatan pamer kekayaan ini semakin banyak dan umum dilakukan terutama pada media sosial seperti instagram hingga muncullah istilah “crazy rich”. Hal atau kegiatan yang biasanya sering dipamerkan seperti barang-barang mewah (tas, sepatu, baju, jam tangan, serta perhiasan lainnya), mobil sport, saldo ATM, uang yang bertumpuk, bahkan jet pribadi. Dianalisir dari IDXchanel.com Prof Rhenald yang juga pakar bisnis menjelaskan, fenomena ini dikenal dengan istilah flexing. Dalam konteks consumer behavior, dikenal teori Conspicuous Consumption. Yakni, pembelian barang atau jasa yang dilakukan untuk menunjukkan kekayaan seseorang. (Rachmahyanti, 2022).

Kegiatan flexing yang dilakukan seseorang di media sosial memiliki tujuan yang beragam. Seperti salah satunya kerana ingin menunjukkan menunjukkan status sosial mereka ke publik. Selain itu kegiatan pamer harta atau flexing secara psikologis biasanya dilakukan sesorang untuk menarik perhatian dan mendapatkan apresiasi akan pencapaian yang telah mereka lakukan.

Namun Flexing juga dapat digunakan sebagai strategi marketing. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian publik yang mungkin saja nantinya akan menjadi calon konsumennya. Secara umum para tokoh di sosial media seperti selegram memiliki pengikut atau followers yang banyak, dan biasanya mereka cenderung untuk memposting setiap kegiatan sehari-harinya termasuk pula harta kekayaannya. Bagi seseorang yang mungkin sebelumknya bukan siapa-siapa atau bukan tokoh publik ini dapat digunakan sebagai branding diri, usaha, maupun ajang untuk dapat menarik perhatian dan menjadi viral. Hal ini dikarenakan kecenderungan nitizen atau masyarakat Indonesia yang menyukai hal-hal yang bersifat wow dan mewah.

Flexing merupakan hal yang normal ketika dilakukan pada batas kewajaran dan tidak ada unsur negatif seperti pembohongan publik didalamnya. Namun, justru yang terjadi baru-baru ini, flexing digunakan secara berlebihan serta mengarah ke hal yang kurang baik. Banyak setingan-setingan yang sengaja dibuat agar menarik kepercayaan masyarakat melalui kegiatan flexing ini. Seperti kasus-kasus penipuan berkedok investasi. Dengan melakukan flexing biasanya orang atau konsumen akan lebih percaya tentang segala jenis barang atau usaha yang coba ditawarkan. Karena tentu secara manusiawi manusia akan tergiur dengan kesuksesan dari orang yang menawarkan produk tersebut. Keberadaan media sosial membuat flexing semakin marak dan mudah menjangkau lebih banyak orang. Oleh karena itu, disinilah diperlukannya edukasi dan pemberian pemahaman tentang dampak negatif yang mungkin akan terjadi, karena tidak semua yang kita lihat dan baca di sosial media adalah kebenaran. Bisa saja itu hanya gimik yang diciptakan untuk membentuk sebuah opini tertententu. Oleh karena itu, sangat disarankan bagi mayrakat untuk lebih kritis dalam menyaring segala informasi yang kita terima salam sosial media maupun bacaan intenet lainnya.

 

 

Sumber Pustaka

Dzulfaroh, Ahmad Naufal. 2022. Flexing adalah Sikap Pamer dan Bisa Jadi Hanya Strategi Marketing. https://www.kompas.com/tren/read/2022/02/15/203000865/flexing-adalah-sikap-pamer-dan-bisa-jadi-hanya-strategi-marketing?page=all. Diakses 31 Mei 2022.

Rachmahyanti, Shelma. 2022. Mengenal Flexing, Fenomena Pamer Kekayaan yang Tak Akan Dilakukan The Real Sultan. https://www.idxchannel.com/ecotainment/mengenal-flexing-fenomena-pamer-kekayaan-yang-tak-akan-dilakukan-the-real-sultan. Diakses 31 Mei 2022.

 

MEIDIANA PURNAMASARI S.P.,M.P.,MBA.