Fenomena Digital Influencer

Fenomena Digital Influencer

Penulis: Dr. Yoseph Benny Kusuma, S.M., M.SM

Perusahaan semakin mengenali media sosial sebagai sumber daya strategis untuk mengiklankan merek dan produk mereka dan untuk membangun hubungan yang kuat dengan pengguna (Shiau et al., 2018). Fakta ini telah menarik perhatian para peneliti dan praktisi yang peduli dengan masalah merek dan platform media sosial. Tetapi, meskipun ada banyak penelitian tentang topik ini, beberapa di antaranya telah meneliti bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan media sosial untuk mengembangkan strategi branding dan pemasaran (Ananda et al., 2016; Hudson, Huang, Roth, & Madden, 2016). Sebagai bagian integral dari bauran promosi perusahaan, media sosial memfasilitasi e-WOM terkait merek melalui berbagai praktik dan mekanisme interaktif, seperti komunitas merek daring, pemasaran influencer, blogging dan microblogging, dan papan diskusi yang disponsori perusahaan (Childers et al., 2018; Kapoor et al., 2018). Praktik-praktik ini memungkinkan perusahaan untuk terlibat dalam proses kolaboratif berbagi informasi terkait produk dengan pelanggan potensial dan juga dalam proses kolaboratif dengan influencer untuk mempromosikan produk mereka ke pengikut mereka (Hajli et al., 2017; Sokolova & Kefi, 2019). Sebagai kegiatan pemasaran media sosial, diharapkan bahwa keterlibatan influencer kunci untuk mempengaruhi pelanggan potensial dapat meningkatkan interaksi dengan pelanggan, menambah nilai bagi mereka, meningkatkan dampak tindakan pemasaran pada mereka, dan menghasilkan manfaat bagi perusahaan (Ananda et al., 2016).

Munculnya influencer digital berarti perubahan dalam cara perusahaan dan audiens target mereka terkait melalui platform media sosial dan jaringan sosial online. Karena teknologi berbasis web memungkinkan untuk mendekati audiens secara langsung, bidang media telah dibuka untuk orang luar yang dicirikan oleh pendekatan profesional atau hobi untuk produksi media sosial (misalnya, blogging, kegiatan kreatif) dan proses promosi, oleh hubungan terstruktur dengan pengiklan dan keterkaitan dengan audiens mereka, dan juga oleh keinginan untuk mendapatkan visibilitas sosial dan prestise (Abidin, 2015; 2016; Duffy dan Hund, 2015; Pedroni, 2016; Rocamora, 2018).

Influencer digital adalah pengguna Internet yang mengumpulkan pengikut (follower) dengan jumlah relatif banyak di blog dan media sosial melalui narasi tekstual dan visual dari kehidupan pribadi dan gaya hidup mereka, terlibat dengan pengikut mereka di ruang digital dan fisik, dan memonetisasi pengikut mereka dengan mengintegrasikan “iklan” ke dalam postingan blog atau media sosial mereka (Abidin, 2015). Menurut Evelina dan Handayani (2018) influencer digital adalah pihak ketiga yang memiliki popularitas yang tinggi dan tidak selalu berasal dari kalangan artis atau public figure tetapi memiliki akun dengan banyak follower. Maka dapat disimpulkan bahwa influencer digital adalah pengguna internet multiplatform dengan popularitas tinggi yang mengumpulkan pengikut di media sosial dan / atau blog melalui narasi tekstual dan visual dari kehidupan pribadi dan gaya hidup mereka.

 

Refernsi:

  1. Abidin, C. 2015. Communicative intimacies: Influencers and perceived interconnectedness. Ada: A Journal of Gender, New Media, and Technology. 8(1). https:// adanewmedia.org/2015/11/issue8-abidin/.
  2. Abidin, C. 2016. Visibility labour: Engaging with Influencers’ fashion brands and #OOTD advertorial campaigns on Instagram. Media International Australia, 161(1), 86–100.
  3. Ananda, A. S., Hernández-García, Á., & Lamberti, L. (2016). N-REL: A comprehensive framework of social media marketing strategic actions for marketing organizations. Journal of Innovation & Knowledge, 1(3), 170–180.
  4. Childers, C. C., Lemon, L. L., & Hoy, M. G. (2018). #Sponsored #Ad: Agency perspective on influencer marketing campaigns. Journal of Current Issues & Research in Advertising, 1–17.
  5. Duffy, B. E., & Hund, E. (2015). “Having it all” on social media: Entrepreneurial femininity and self-branding among fashion bloggers. Social Media+Society, 1(2), 2056305115604337.
  6. Evelina, L.H., Fitri H. (2018). Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk (Studi Kasus Akun Instagram @bylizzieparra). Warta Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia, Vol. 1(1), 71-82.
  7. Hajli, N., Shanmugam, M., Papagiannidis, S., Zahay, D., & Richard, M. O. (2017). Branding co-creation with members of online brand communities. Journal of Business Research, 70, 136–144.
  8. Hudson, S., Huang, L., Roth, M. S., & Madden, T. J. (2016). The influence of social media interactions on consumer–brand relationships: A three-country study of brand perceptions and marketing behaviors. International Journal of Research in Marketing, 33(1), 27–41.
  9. Kapoor, K. K., Tamilmani, K., Rana, N. P., Patil, P., Dwivedi, Y. K., & Nerur, S. (2018). Advances in social media research: Past, present and future. Information Systems Frontiers, 20(3), 531–558.
  10. Pedroni, M. (2016). Meso-celebrities, fashion and the media: How digital influencers struggle for visibility. Film Fashion & Consumption, 5(1), 103–121.
  11. Rocamora, A. 2018. Fashioning professionals: Identity and representation at work in the creative industries (pp. 65–81). London, UK: Bloomsbury.
  12. Shiau, W. L., Dwivedi, Y. K., & Lai, H. H. (2018). Examining the core knowledge on facebook. International Journal of Information Management, 43, 52–63.
  13. Sokolova, K., & Kefi, H. (2019). Instagram and YouTube bloggers promote it, why should I buy? How credibility and parasocial interaction influence purchase intentions. Journal of Retailing and Consumer Services In press.