Bekerja atau Membuka Usaha?

Beberapa waktu lalu sedang ramai diperbincangkan terkait perdebatan mana yang lebih baik, antara bekerja pada perusahaan atau membuka usaha dan menjadi seorang entrepreneur. Jika hal tersebut ditanyakan pada anda, kira-kira apa pilihan anda?

Menjadi seorang pekerja negeri/swasta dan membuka sebuah usaha, menurut saya tidak dapat dibandingkan. Setiap jalan dari dua pilihan tersebut memiliki tantangan dan keuntungannya masing-masing, tergantung situasi, kondisi dan preferensi individu, sehingga jika memang harus memilih mana yang lebih baik, maka penting untuk meentukan terlebih dahulu, sesuai preferensi siapa? Jika yang diberi pilihan adalah individu yang memang cederung menyukai stabilitas, maka menjadi pekerja swasta/negeri adalah pilihan terbaik baginya. Namun jika individu yang diberi pilihan adalah seseorang yang cenderung bebas, menyukai tantangan, dan memilih fleksibilitas, maka pegawai negeri/swasta mungkin kurang sesuai. Individu-individu dengan keinginan macam tersebut lebih sesuai untuk menjadi seorang entrepreneur. Dari penjelasan tersebut akhirnya dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada yang terbaik ataupun yang terburuk, melainkan semua hanyalah soal preferensi.

Seorang karyawan memiliki keuntungan gaji yang stabil tiap bulannya, hari libur yang sudah teratur, bahkan beberapa ada yang tetap digaji ketika mereka sedang cuti. Terlebih, terdapat suatu pandangan sosial yang positif ketika para individu tersebut memiliki pencapaian masuk ke tempat kerja elit atau berada di posisi atas di dalam organisasi, dimana hal ini menjadi suatu kebanggan tersendiri dalam bersosialisasi di masayarakat. Namun, seorang pegawai harus dihadapkan dengan berbagai tugas dari perusahaan, deadline, lembur, dan belum termasuk lingkungan kerja yang mungkin saja tidak nyaman. Seorang pekerja harus melakukan apapun yang diperintahkan oleh perusahaan dan atasannya, membuat mereka tidak memiliki banyak kuasa apa yang dilakukan dalam kesehariannya. Di sisi lain, menjadi seorang entrepreneur memiliki waktu yang sangat fleksibel, hari libur yang dapat diatur sendiri, namun harus menghadapi ketidak-pastian setiap hari dalam bisnisnya. Hari ini bisa saja mendapatkan untung, keesokannya mungkin tidak ada penghasilan sama sekali. Hal tersebut merupakan hal yang lumrah bagi seorang entrepreneur.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kondisi dari dua pilihan karir tersebut sangat berbeda. Maka dari itu, kesesuaiannya pada hidup pun juga akan berbeda tergantung preferensi individu masing-masing, dimana preferensi ini dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Ada yang sedari kecil memang melihat orang tuanya bekerja sebagai seorang karyawan, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi pemikirannya bahwa bekerja di perusahaan merupakan pilihan karir yang ideal. Ada pula yang justru dengan melihat orang tuanya seumur hidup bekerja pada perusahaan, membuat individu tersebut tidak ingin seperti orang tuanya, melainkan ingin menjadi pengusaha yang memiliki banyak fleksibilitas dalam kesehariannya. Ada juga yang memang dua keturunan dari kakek hingga ayahnya adalah seorang pengusaha, sehingga individu ini cukup melanjutkan usaha turun-temurun dari keluarganya. Ada pula yang berkebalikan dengan yang tadi, orang tua pengusaha, namun anaknya memilih untuk bekerja pada perusahaan. Tidak ada yang salah, semua tergantung kenyamanan dan preferensi setiap individu. Bahkan, ada yang menjalankan keduanya, menjadi seorang pegawai, dan melakukan usaha di rumah meski hanya kecil-kecilan. Semua hal tersebut baik dilakukan selama tidak merugikan pihak lain.

Akhirnya, yang paling penting adalah bagaimana setiap individu dapat menghargai pilihan hidup individu lainnya, tanpa membandingkan dan menghakimi tanpa mengetahui kebenaran yang jelas.

ZAINIYAH ALFIRDAUS, S.M., M.S.M.