ARISTOTELES

Filsafat Aristoteles yang menyatakan bahwa alam semesta ini bersifat teleologis (memiliki tujuan penciptaan) menghasilkan konseuensi yang berupa filsafat etika. Filsafat etika yang diajukannya adalah manusia yang bertindak dengan berpikir secara rasional dan bijaksana untuk tujuan kebajikan. Penerapan dalam etika bisnis adalah berbisnislah dengan cara yang rasional dan arahkan bisnis untuk tujuan kebajikan.

Aristoteles juga membantu kita memahami motivasi manusia bahwa manusia mencari kebahagiaan dalam segala hal yang mereka lakukan, dalam kehidupan pribadi mereka, dalam kehidupan keluarga mereka dan dalam kehidupan kerja mereka.

Aristoteles membantu kita memahami, pada tingkat yang lebih dalam, tentang apa itu semua. Jika manajer bisnis dapat memahami apa yang memotivasi orang, mereka dapat memahami poin pengaruh dalam kepribadian pekerja mereka untuk membantu mereka mencapai tingkat keunggulan tertinggi bersama dengan tingkat kepuasan terbesar.

Hal yang sering terjadi saat ini adalah karyawan didorong ke tingkat keunggulan yang lebih tinggi, tetapi hal tersebut dicapai dengan mengorbankan kepuasan mereka. karyawan atau pekerja tidak merasakan apa-apa selain stres dan tekanan. Mereka tidak puas. Aristoteles membantu kita, sebagai pebisnis, memahami sifat manusia sehingga kita dapat melihat bagaimana membangun tingkat keunggulan yang lebih tinggi dan berdasar pada kebahagiaan dan kepuasan, sehingga orang merasa nyaman dengan apa yang mereka lakukan dalam jangka panjang sehinggga dapat mempertahankan keunggulan kompetitif yang ingin dicapai dalam bisnis.

Pemikiran Aristoteles selanjutnya yaitu Benda, tumbuh tumbuhan, binatang dan manusia, adalah makhluk hidup (Aristoteles), mereka mempunyai peri kehidupan dan level kehidupan kejiwaan masing masing, bedanya manusia memiliki akal sementara binatang hanya memiliki basic instinct untuk bertahan hidup. Manusia bisa memahami etika diberbagai wilayah berbeda dan melakukan penyesuaian perilaku komunikasi, sementara binatang dikatakan berlaku etis bila mampu memelihara keturunan mereka dan mempertahankan kehidupannya.

Manusia mempunyai kemampuan dan kebutuhan, sama dengan makhluk hidup lain, berkemampuan merekayasa komunikasi, hubungan antar individu dengan lingkungan berdasarkan kesepakatan bersama secara lisan atau tertulis. Sistem pendidikan manusia seraca etis mampu mengembangkan keterampilan dan kemampuan mental yang tidak dijumpai dalam sistem komunikasi benda, tumbuhan, binatang.

Aristoteles berpendapat bahwa apabila manusia menjalankan fungsinya dengan baik menjaga kesejahteraan manusia dan lingkungan, maka manusia dapat mencapai tujuan mulia sejahtera didunia melalui kegiatan bisnis. Menurut etika Aristoteles tugas manusia hidup didunia adalah berbuat kebajikan bagi semesta alam dengan segala isinya sehingga mereka mengalami kesejahteraan. Manusia diciptakan kedunia adalah untuk berbuat baik memelihara dan membangun dunia (well-functioning) karena ia adalah makhluk termulia diantara makhluk lainnya. Yang dapat melakukan hal tersebut hanyalah manusia bukan jenis kehidupan yang lain didunia.

Manusia mengucapkan bahasa komunikasi yang canggih. Bahasa merupakan alat komunikasi tinggi untuk menyampaikan, memahami pemikiran etis antar individu. Manusia mengorganisir diri secara etis dengan maksud menjadi lebih berpengaruh kuat untuk mencapai cita cita ekonomisnya. Dalam organisasi diperlukan aturan aturan yang secara etis bisa membatasi dan mengatur arah interaksi individu dalam maupun diluar organisasi maupun individu dengan individu secara internal dan eksternal untuk mencapai kesejahteraan.

Pemikiran Newton

  1. Hukum Pertama Newton

“Sebuah benda diam atau terus bergerak dengan kecepatan konstan kecuali jika ditindaklanjuti oleh suatu gaya”.

Hal tersebut mengingatkan kita pada prinsip umum bahwa individu, atau tim, akan terus berperilaku dengan cara mereka saat ini kecuali ada dorongan untuk berubah. Kita tahu, manusia adalah makhluk yang berperilaku sesuai kebiasaan. Rancangan otak kita dan cara kita mengasimilasi pengetahuan berusaha agar kita menjadi seefisien mungkin.

Kita semua memiliki respons otomatis dalam hal ini menciptakan inersia. Seperti yang dikatakan Newton, sebuah benda akan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan kecuali jika dipengaruhi gaya mengasumsikan bahwa orang dan tim tidak akan berubah tanpa dorongan. Untuk membuat perubahan, perlu dipastikan terlebih dahulu bahwa individu atau tim benar-benar memahami apa yang diharapkan dari mereka dan memberi mereka ruang untuk bertindak. Sama seperti mekanika klasik, hal ini bisa menjadi gaya ‘dorongan’ atau ‘tarikan’.

Hukum Kedua Newton

“Jumlah vektor gaya F pada suatu benda sama dengan massa benda tersebut dikalikan dengan percepatan benda tersebut. F = ma.”

Hal ini mengingatkan kita pada prinsip umum bahwa lebih banyak orang (lebih banyak ‘massa’, dan tidak secara harfiah) yang memasukkan energi ke dalam perubahan (percepatan) dalam sebuah organisasi dapat memberikan pengaruh yang lebih kuat (Kekuatan).

Dengan kata lain, perubahan lebih berpengaruh ketika kita memiliki lebih banyak pendukung, yang masing-masing mendorong untuk menuju suatu perubahan yang lebih baik.

Perubahan besar tidak akan dapat datang dengan cepat dari kelompok kecil saja, betapapun bersemangatnya mereka. Kita membutuhkan massa untuk membuat perubahan yang bertahan lama dan berpengaruh. Pada persamaan Newton memiliki massa saja tidak cukup, tetapi juga harus memiliki akselerasi  untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi.

Hukum Ketiga Newton

“Gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris”

Hal ini mengingatkan kita pada prinsip umum, bahwa ketika seseorang atau tim diminta untuk berubah akan ada perlawanan atau penolakan pada tingkat tertentu, terhadap perubahan apa pun. Ini bisa berupa perbedaan pendapat yang terang-terangan, tetapi lebih sering terwujud dalam bentuk ketakutan, ketidaktahuan, perencanaan, atau lainnya.

Dengan tingkat dukungan dan pengaruh yang tepat, perlawanan atau penolakan ini dapat diatasi, namun mendorongya dengan keras juga berdampak buruk pada sebuah proses perubahan. Sama seperti hukum Newton di mana melempar bola dengan keras ke dinding membuatnya kembali lebih cepat, mendorong perubahan secara agresif memiliki konsekuensi.

KESIMPULAN

Untuk membuat individu atau tim mengubah perilaku mereka saat ini, perlu adanya sebuah dorongan.

Untuk membuat perubahan yang mendalam, berpengaruh dan bertahan lama, perlu memiliki massa dan motivasi.

Untuk membuat perubahan menjadi melekat, perlu dilakukan pemahaman secara mendalam dan menyelesaikan masalah yang menjadi peneyebab penolakan.

BIGRAF TRIANGGA, S.S.T.,M.M