GENERASI PEMALAS

Dalam pertemuan dengan kelompok milenial atau dalam kelas pada saat mengajar, saya mencoba melihat reaksi mereka ketika dikatakan bahwa mereka adalah generasi pemalas. Cap negative “pemalas” tentu tidak enak bagi mereka, dan sebagian besar menolak. Sebagian mereka yang menyadari kondisi mereka saat ini setuju dengan statement pemalas tadi.

Pertanyaannya apakah memang benar mereka adalah pemalas, dan dari mana statement itu muncul? Statement itu muncul ketika generasi milenial dibandingkan dengan generasi sebelumnya yaitu generasi X dan generasi Y, yang mungkin merupakan orang tua mereka. Kata malas sebenarnya disebabkan oleh perbedaan persepsi antar generasi. Contohnya, generasi X/Y mengatakan: dalam berbisnis seorang dikatakan rajin jika sering bertemu banyak orang untuk menawarkan produknya. Seorang dikatakan rajin jika rela berjalan kaki kewarung untuk membeli makanan. Persepsi ini benar jika dilihat pada masa kejayaan generasi X/Y tetapi menjadi berbeda ketika dipakai sebagai ukuran generasi milenial.

Generasi milenial hidup diera online, semua fasilitas bisa didapatkan dengan online. Kehidupan mereka biasa dilakukan dengan online sehingga tidak perlu lagi bersusah payah seperti jaman generasi X/Y. Menawarkan produk bisa dilakukan secara online, membeli makanan bisa dengan online, lantas mengapa harus bersusah payah seperti jaman dulu. Kemudahan dan kebiasaan online inilah yang dipandang oleh generasi sebelumnya sebagai sebuah kemalasan.

Pengalaman dalam diskusi dengan orang tua mahasiswa mereka mengatakan: “Anak saya malas sekali, hari-hari kerjanya hanya dikamar main HP dan laptop. Gak tahu lagi nanti mau jadi apa, sekolah bisnis juga gak ada gunanya kalau kerjaanya seperti itu”. Pernyataan ini sepertinya benar jika tidak dilakukan crosscheck ke anaknya. Setelah mendapat jawaban dari anaknya ternyata apa yang dia lakukan dikamar selama ini bukanlah hanya mainan saja. Dia menjalankan bisnis secara online, yang itu tidak dimengerti oleh orang tuanya. Ketika itu ditunjukkan, orang tuanya juga belum percaya bisnis bisa dijalankan dari kamar saja.

Inilah sebenarnya yang terjadi saat ini, banyak anak-anak generasi milenial bisa menjalankan bisnis tanpa keluar kamar. Omset puluhan bahkan ratusan juta bisa mereka dapatkan hanya dari dalam kamar. Berbeda dengan orang tua mereka yang harus membanting tulang dan bermandikan keringat untuk mendapatkan omset yang sama. Perbedaan persepsi inilah yang menjadikan penilaian negative satu terhadap yang lain.

Online adalah alat yang memberi kemudahan bagi generasi milenial untuk menjalankan bisnis dan kehidupan. Ini tidak bisa dimanfaatkan oleh generasi X/Y, yang perlu dilakukan adalah bagaimana memahami kondisi orang lain bukan berdasarkan persepsi kita, tetapi memahami orang lain berdasarkan situasi dan keadaan mereka. Perubahan dunia yang terus terjadi harus dimengerti oleh semua generasi untuk saling memahami sehingga tidak munculkan istilah generasi pemalas. Memang tidak bisa dipungkiri, banyak diantara mereka yang menjadi pemalas karena tidak bisa mengendalikan diri dan hanya mau menikmati kemudahan hidup akibat online.

Salam Sukses-KL

DR. KUKUH LUKIYANTO, S.T., M.M., M.T