SIKLUS OPERASIONAL USAHA BISNIS

Usaha bisnis tidak hanya memiliki siklus hidup tetapi juga memiliki siklus operasional. Pada artikel ini siklus operasional yang dibahas adalah siklus pada usaha bisnis manufaktur. Secara umum, siklus operasional dapat dijelaskan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku, melakukan proses produksi, dan menjual produk tersebut ditambah dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan piutang jika penjualannya adalah penjualan kredit (Leach & Melicher, 2021). Singkatnya siklus operasional menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan mulai dari proses pembelian bahan baku sampai penerimaan penjualan (baik penjualan tunai atau kredit). Hal yang perlu dipertimbangkan oleh pemilik bisnis adalah menjaga time range agar penerimaan penjualan waktunya tidak terlalu panjang. Siklus operasional penting untuk diperhatikan pelaku bisnis karena mencerminkan efisiensi (Corporate Finance Institute, 2022). Semakin pendek siklus ini maka semakin baik karena akan semakin cepat usaha bisnis menerima kas dari aktivitas operasionalnya. Tentu saja pelaku bisnis tidak akan mau menunggu waktu yang lama untuk memperoleh kas dari penjualannya karena lambatnya proses produksi atau lambatnya proses pelunasan piutang.

Pada siklus operasional terdapat beberapa hal yang perlu kita hitung agar dapat diketahui lamanya proses yang diperlukan dalam penyelesaian siklus tersebut. Pelaku bisnis dapat mengukur waktu konversi (conversion times) untuk dapat menentukan lamanya siklus operasional. Waktu konversi atau conversion times dalam siklus operasional terdiri dari komponen sebagai berikut (Leach & Melicher, 2021):

  1. Inventory-to-sale conversion period, yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan untuk merubah pembelian bahan baku menjadi barang jadi yang siap dijual. Dapat dikatakan bahwa pada bagian ini melibatkan pengukuran waktu untuk dua aktivitas utama yaitu pembelian bahan baku dan proses produksi menjadi barang siap dijual. Semakin cepat waktunya tentu semakin baik karena barang jadi tersebut akan semakin cepat dijual di pasar. Namun, pelaku bisnis perlu berhati – hati jangan sampai mengorbankan kualitas produk untuk mempersingkat waktu inventory-to-sale conversion period. Hal tersebut dapat dicegah dengan menerapkan sistem pengendalian mutu yang ketat dan standard operational procedure yang sistematis.
  2. Sale-to-cash conversion period, yaitu waktu yang diperlukan untuk mendapatkan penerimaan penjualan baik tunai atau kredit. Bisa dikatakan bahwa periode konversi ini merupakan perhitungan lanjutan dari inventory-to-sale conversion period. Setelah barang jadi dijual, maka kita perlu menghitung berapa lama waktu yang dibutuhkan agar usaha bisnis dapat menerima kas dari penjualan tersebut. Semakin cepat waktu penerimaannya semakin baik. Biasanya penerimaan penjualan tunai diterima saat penjualan tersebut terjadi. Namun, dari sini kita dapat menghitung ketika barang jadi dipasarkan berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai barang tersebut terjual dan kita dapat menerima uang penjualan tersebut. Hal ini dapat menjadi bahan evaluasi mengenai bagaimana strategi promosi atau pemasaran yang tepat agar produk cepat laku terjual sehingga kita bisa segera menerima pemasukan. Sebaliknya apabila penjualannya dalam bentuk kredit, maka fokusnya di sini adalah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pelunasan piutang dari konsumen. Hasil perhitungan tersebut dapat menjadi evaluasi mengenai kebijakan kredit. Misalnya, penetapan waktu optimal agar konsumen tidak terlalu lama melunasi piutang atau kebijakan yang dapat menstimulus konsumen lebih cepat melunasi piutang.

Penjumlahan inventory-to-sale dan sale-to-cash conversion period akan memberikan gambaran mengenai rata – rata waktu yang dibutuhkan usaha bisnis untuk menyelesaikan siklus operasionalnya. Hasil perhitungan tersebut akan sangat membantu usaha bisnis dalam hal kecepatan aktivitas operasional atau produksi dan kecepatan penerimaan kas. Jangan sampai arus kas macet karena proses produksi yang lambat atau banyaknya kredit macet dari konsumen. Siklus operasional perlu diselesaikan dengan cepat namun tanpa mengorbankan kualitas produk dan hubungan baik dengan konsumen.

Sumber:

Leach, J.C. & Melicher, R. W. 2021. Entrepreneurial Finance. 07. Boston: Cengage Learning.

Corporate Finance Institute. 2022. https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/accounting/operating-cycle/, diakses pada 30 Mei 2022

AJENG MIRA HERDIANA, S.E., M.M