Fenomena Staycation sebagai “Healing Method”

Pandemi Covid 19 dinalai sangat berdampak bagi segala aspek kehidupan manusia di seluruh dunia. Salah satu sektor yang terdampak paling parah adalah pariwisata. Kita tau pariwisata sendiri merupakan penyumbang devisa terbesar kedua di Indonesia setelah pajak. Begitu banyak pelaku bisnis pariwisata seperti Agen travel , Hotel , restaurant hingga Airline satu persatu menutup bisnis nya karena Covid 19 . Hal ini kemudian menjadi tantangan yang sangat komplek bagi pelaku bisnis dan juga pekerja di bidang pariwisata , ditambah lagi pembatasan mobilitas dari masyrakat yang sangat dibatasi membuat tingkat pengunjung atauturis mengalami penurunan drastic.

Deputi bidang pemasaran Kemenparekraf Nia Niscahya (dikutip dari kompas) mengatakan “ Indonesia telah mengalam Lack Of Trust dari wisatawan lokal dan mancanegara sehingga masyrakat mengalami ketakutan untuk berwisata.”

Mengembalikan kepercayaan konsumen untuk berwisata bukanlah perkara yang mudah . Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatwan yang belum menunjukan tingkat peningkatan yang signifikan paska pemerintah melonggarkan mobilitas masyrakat. Diperlukan terobosan terobosan yang kreatif dari para pelaku usaha pariwisata untuk kembali menumbuhkan keinginan untuk beriwisata.

Salah satu strategi yang cukup menarik adalah Staycation. Staycation sendiri adalah suatu aliran wisata yang muncul dikalangan milineal yang didasari oleh kerinduan para milineals untuk mendapatkan gaya hidup yang bebas dan berkualitas menurut prespektif pribadi. Tinggi nya tingkat stress karena pembatasan mobilitas atau bias akita kenal PPKM membuat psikologi dari kaum milineals terganggu yang juga ditandai dengan tingkat kejenuhan karena tidak bisa melakukan aktifitas nongkrong , hangout , dll. Muncul istilah “Healing” ditengah masyarakat milineals yang kemudian menjadi program staycation menjadi viral.

Staycation pada umumnya adalah kegiatan untuk menginap di suatu hotel atau guesthouse dengan memanfaatkan fasilitas hotel secara total tanpa melakukan aktivitas diluar area hotel. Hal ini juga dapat membunuh rasa jenuh dengan mendapatkan suasana yang baru melalui fasilitas dan aktivitas yang ditawarkan oleh pihak hotel. Peluang inilah yang kemudian sedikit memberi angin segar bagi para pelaku bisnis pariwisata.

Audio Valentino, SAB, MAB