Memantik Kreatifitas dalam Bisnis

Untuk menumbuhkan perekonomiannya, sebuah negara membutuhkan beberapa hal penting, salah satunya adalah kreativitas. Hal ini dikarenakan dalam membentuk sebuah ide yang menarik dan perspektif baru, atau bahkan proses bisnis baru atau bahkan model bisnis yang tidak umum akan sangat mudah ditemukan bila ada kreativitas, sehingga perannya sangat vital.

Namun, sebelum kita berdialog bersama terkait kreatifitas, sebenarnya apa yang dimaksud kreativitas terutama untuk bisnis kecil atau besar? Akan sangat mudah untuk membahas atribut dalam konteks musik dan seni, tetapi lebih sulit dalam konteks budaya perusahaan. Pada akhirnya, kreatifitas berarti membawa ide dan perspektif baru untuk menjadi opsi untuk menyelesaikan masalah. Hal tersebut pun dapat berbentuk proses bisnis baru atau bahkan model bisnis yang sama sekali baru.

Mari kita mengambil salah satu contoh, Gojek misalnya, yang pada awalnya dimulai hanya sebagai layanan antar penumpang dari titik satu ke titik yang lain, bertransformasi ke menjadi ke model bisnis yang tidak terfikirkan dapat dilakukan sebelumnya, mulai dari pengantaran makanan dari restoran, pembayaran tagihan, pengantaran barang dalam kota dan luar kota, pembelian dan pengantaran obat, dan lain sebagainya, yang sangat jauh dari proposisi model bisnis aslinya, namun tidak disangka-sangka sukses besar. Tentu saja, hal tersebut bila proses kreatifitas dihambat, tidak akan muncul ide-ide yang siap dieksekusi tersebut. Mungkin, hingga saat ini, kita hanya mengenak Gojek sebagai versi keren dari Tukang Ojek saja, atau bahkan sudah bangkrut.

Berfikir kreatif membutuhkan kemampuan entrepreneurs untuk bersikap terbuka, akan tetapi bersikap terbuka terhadap perubahan bisa jadi sulit dikarenakan kendala yang dialami oleh masing-masing pemilik usaha kecil. Secara khusus, sejumlah besar kendala telah menunjukkan bahwa mereka para pemilik usaha kecil menengah kekurangan tenaga atau uang untuk menantang status-quo. Dengan demikian, banyak dukungan pemerintah dan expert terutama di bidang-bidang ini akan sangat membantu menggerakkan roda kreatifitas bisnis. Contohnya seperti bantuan keuangan, seperti dana-dana hibah untuk bisnis lebih produktivitas dan untuk pengembangan usaha.

Namun, sebenarnya di luar upaya pemerintah, kita perlu melihat lebih banyak urgensi dari bisnis lokal itu sendiri agar dapat menjadi kreatif. Hal ini dapat dimulai dengan inti dari setiap organisasi yaitu karyawannya. Hal pertama yang sering muncul dalam pikiran adalah kantor seperti temapt yang menyenangkan, terdapat game center dan tempat rekreasi yang dicontohkan oleh perusahaan-perusahaan­ teknologi raksaksa seperti Google, Facebook, atau yang sempat ada di Indonesia beberapa tahun yang lalu yaitu Kaskus, yang tujuan dirancangnya untuk membuat orang merasa lebih bebas sehingga mudah untuk memantik kreatifitas dan dapat melahirkan ide yang dapat mengguncang dunia.

Tentunya untuk mewujudkan tempat bekerja diatas, membutuhkan budget yang sangat besar. Nah, beruntungnya hal tersebut bukanlah satu-satunya pendekatan. Selain itu, perusahaan dapat menemukan cara untuk membuat karyawan merasa lebih berinvestasi dalam pekerjaan yang mereka lakukan, hari demi hari. Minimal dengan menciptakan budaya yang mendorong kontribusi ide-ide kreatif, didukung oleh pelatihan karyawan untuk mengembangkan soft skill untuk membantu mendorong kolaborasi dan pertukaran ide menjadi lebih lancar. Pada akhirnya, tidak ada ide kreatif yang akan mengubah dunia jika tetap menjadi ide. Bisnis juga membutuhkan sarana untuk mengeksekusi ide-ide kreatif di tempat pertama, yang tidak dapat dipungkiri yaitu dana. Hal ini menjadi tantangan yang membuat pemilik usaha kecil tetap fokus disetiap saat, mungkin sepanjang hari.

Riefky Prabowo