Setelah melewati masa pandemi Covid19 yang berkepanjangan, saatnya mulai memikirkan kembali strategi yang baik di setiap aspek kehidupan khususnya dalam era new normal. Masa pandemi Covid19 menjadi sebuah pengalaman dan kesempatan untuk bereskperimen khususnya di bidang pendidikan. Perubahan strategi yang dipaksa cepat dari konvesional menjadi online learning membuat setiap orang yang terlibat mencari caranya sendiri untuk tetap menjaga pola pendidikan di intitusinya masing-masing. Saat ini, masa pandemi berangsur kita lewati, sudah banyak sekolah atau universitas yang kembali membuka gedungnya untuk belajar tatap muka dengan muridnya meskipun semua dilakukan dengan aturan dan prosedur kesehatan yang ketat. Berangkat dari kondisi tersebut, munculnya sebuah strategi belajar yang baru dan biasa dikenal dengan Hybrid Learning. Hybrid Learning merupakan strategi belajar yang menggabungkan kegiatan tatap muka dan online learning didalamnya. Berikut ini adalah contoh penerapan Hybrid Learning di dua Corporate Universities yatu Delloite dan KMPG.

Penerapan Hybrid Learning di Delloite

Perusahaan Delloite memiliki sebuah training center didalamnya. Perusahaan Delloite menggunakan masa pandemi Covid19 kemarin sebagai sebuah “eksperimen besar” untuk memahami cara apa yang disukai orang untuk belajar. Hasil survei didalamnya menemukan bahwa model pembelajaran yang bervariasi dan multichannel  lebih berpotensi untuk disukai, seperti pembelajaran digital, workshop langsung atau virtual, kerjasama tim dan coaching.  Perusahaan Deloitte juga mengumpulkan data untuk membantu pemilihan topik yang dapat diajarkan melalui online atau tatap muka, hasilnya untuk konten bersifat “teknis” baiknya dilakukan pembelajaran tatap muka yang dipimpin  oleh seorang instruktur. Namun bila konten  tersebut bersifat interpersonal dapat pembelajaran dapat dilakukan online. Perusahaan Delloite menerapkan perbatasan jumlah orang dalam training center, hanya sekitar 25-50% bagi karyawan yang sedang praktik atau orientasi karyawan baru. Saat ini perusahaan Deloitte lebih fokus pada pembelajaran berbasis keterampilan daripada pembelajaran berbasis peran. Setiap karyawan mulai mempelajari keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan organisasi di seluruh angkatan kerjanya. Perusahaan Delloite berpendapat bahwa di masa depan, organisasi L&D perlu lebih mudah beradaptasi, holistik, dan berbasis keterampilan.

Penerapan Hybrid Learning di KMPG

Hampir sama dengan Perusahaan Delliote, saat pandemi, KPMG juga mencoba untuk bereksperimen dengan melakukan cara dan metode baru dalam organisasi belajarnya.
Satu keberhasilan bagi KPMG adalah memperluas salah satu program terbesar yang mereka miliki menjadi menjadi sesuatu program yang digital. Program tersebut bernama “Pengembangan Kepemimpinan Manajer” . Sebelum pandemi, program ini dilakukan dengan strategi Tatap Muka yang dilakukan berbulan-bulan di gedung mereka yang bernama Lakehouse. Namun setelah pandemi, program ini berlangsung selama empat hingga enam minggu sebagai program digital. Salah satu contoh lain yang dilakukan oleh KMPG dalam penerapan Hybrid learning adalah program roadmaps , yaitu program dimana satu topik ajar dipecah menjadi beberapa bagian seperti pembacaan, sesi pelatihan, dan praktik terpandu. Program tersebut sebagian dilakukan online sebagian lagi tatap muka , namun program tersebut harus dipandu oleh pakar materi pelajaran untuk bisa menjawab semua pertanyaan secara realtime.

Demikian contoh penerapan Hybrid Learning di beberapa perusahaan besar. Tentunya semua dilakukan agar hasil pembelajaran dapat lebih maksimal. Dalam proses penerapannya tetap harus melakukan trial dan error sampai menemukan formula  yang pas untuk penerapan Hybird Learning ini. Semoga kedua contoh diatas dapat menjadi refrensi anda dalam menerapkan program Hybrid Learning di intitusi anda.

 

Sumber :

How corporate universities fit into hybrid learning strategies of the future