Kata empati sering kita gunakan, tapi sebenarnya apa yang dimaksud dengan empati? empati merupakan respon terhadap perasaan orang lain. Empati meliputi berpikir, merasa, bahkan reaksi fisik yang kita lakukan kepada orang lain seolah-olah kita merasakan hal yang serupa.

Kecerdasan emosional yang pertama kali dicetuskan oleh dua orang peneliti yaitu Peter Salavoy and John Mayer yang kemudian dipopulerkan oleh Dan Goleman pada tahun 1996. 

Goleman menyebutkan, kecerdasan emosional adalah kapasitas untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, yang dapat digunakan untuk memotivasi dan mengelola emosi diri serta menjaga hubungan baik.

Membangun Empati

Dalam dunia pendidikan, kita menghadapi konsep unik dari empati dan mendefinisikan kembali empati menjadi keterampilan yang harus dikuasai dalam menghadapi abad ke-21. Meskipun empati seringkali dipandang sebagai atribut dalam kepribadian seseorang, sebenarnya empati adalah sebuah keterampilan dan sebaiknya diajarkan kepada siswa.

Daniel Goleman yang mencetuskan istilah “Kecerdasan Emosional”, mengidentifikasi tiga jenis empati, dan menjelaskan bagaimana ketiganya mempengaruhi tingkat kematangan interpersonal. Ia memulainya dengan Empati Kognitif, yang berasal dari upaya untuk memahami sudut pandang orang lain. Selanjutnya yakni Empati Sosial, kemampuan untuk mengaitkan perasaan orang lain atau memahami bagaimana perasaan orang lain. Daniel mengatakan kemampuan Empati terhadap Keprihatinan adalah yang terpenting. Ketiga bentuk empati tersebut membangun keterampilan interpersonal yang baik dengan meningkatkan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Untuk mengajarkan keterampilan empati, kita mengajarkan pebelajar untuk bertindak secara sensitif kepada orang lain, itulah komponen utama dalam mengembangkan kecerdasan sosial.

Sikap empati merupakan kunci agar seseorang dapat menjadi anggota komunitas yang bertanggung jawab dan peduli. Misalnya, seorang anak yang menunjukkan sikap empati lebih kecil kemungkinannya untuk membully anak lain. Sikap empati juga dapat menjadi arah kesuksesan akademis dan karir, karena sikap empati dapat membantu memahami dan bekerjasama dengan orang lain. 

Peranan Sekolah/Institusi

Pada dasarnya anak-anak dan remaja sudah memiliki dasar untuk berempati, tapi belum tentu mereka dapat mengembangkan sikap empatinya sendiri. Mereka dapat belajar bagaimana memperhatikan, mendengar dan peduli dengan melihat dan mendengarkan dari orang dewasa dan rekan-rekannya, lalu mereka mengerti mengapa sikap empati sangat penting. Seluruh orang dewasa yang ada di dalam sekolah atau institusi tersebut memiliki peranan dalam membantu pebelajar mengembangkan dan memperlihatkan sikap empati.

Salah satu peranan orang dewasa yaitu membantu pebelajar dalam mengembangkan lingkaran peduli. Seseorang cenderung lebih merasa empati terhadap orang lain yang dekat dengan kita atau dalam lingkup yang cukup dekat. Oleh karena itu, tidak cukup di lingkungan komunitas sekolah/institusi saja, orang dewasa dapat menunjukkan kepedulian terhadap semua orang – mereka yang memiliki latar belakang dan kepercayaan berbeda. Hal tersebut dapat membantu pebelajar untuk membuka mata dan telinganya untuk orang lain, termasuk mereka yang terkadang dianggap tidak kasatmata. 

Peranan penting lainnya adalah mendorong pebelajar untuk melakukan tindakan empatik. Seringkali kita beranggapan bahwa anak-anak akan secara otomatis tahu apa yang harus dilakukan saat mereka merasa peduli terhadap orang lain, kemudian langsung melakukan suatu hal. Namun kita terkadang terjerumus dalam jurang empati-bertindak, ketika kita merasakan empati terhadap orang lain, tapi tidak tahu harus melakukan apa untuk membantu mereka. Guru/dosen dapat membantu anak-anak untuk melalui jurang ini dengan memberikan contoh dan mendorong mereka untuk melakukan tindakan, baik itu membela rekannya yang dicela, membantu memecahkan masalah, atau sesederhana mendengarkan seseorang yang sedang ada masalah.

Langkah penting bagi sekolah/institusi

Memberikan contoh empati

  • Saat guru merasa kesal kepada pebelajar, berhenti sejenak, tarik nafas dalam-dalam dan coba lihat situasi dari sudut pandang mereka sebelum merespon.
  • Ketika seorang pebelajar kesal, coba bayangkan perasaan mereka atau cari alasan dari sikap mereka sebelum mengarahkan kembali sikap mereka.
  • Waspadai isyarat non-verbal siswa dan berikan tindak lanjutnya. Misalnya, jika seorang siswa merosot di kursinya dan terlihat menarik diri atau marah, katakan sesuatu seperti “Saya perhatikan kamu lebih diam dari biasanya, apa ada yang membuatmu kesal?” dan tidak menegur dengan kasar.
  • Meminta masukan dari siswa ketika memungkinkan (misalnya saat membuat peraturan kelas, atau mengumpulkan ide untuk tugas kelompok) – dan benar-benar dengarkan. Cari kesempatan untuk memberikan umpan balik dan menanggapi kebutuhan mereka.

Ajarkan tentang apa itu empati, dan mengapa empati itu penting

  • Jelaskan dengan baik bahwa empati adalah memahami dan peduli terhadap perasaan orang lain dan bertindak untuk membantunya. Jelaskan bagaimana empati dapat memperbaiki keadaan kelas dan komunitas sekolah
  • Tekankan pentingnya memperhatikan dan memiliki empati terhadap orang-orang diluar lingkungan main, termasuk mereka yang berbeda.
  • Berikan contoh bagaimana bertindak atas rasa empati, seperti membantu, berbuat baik, atau sesederhana mendengarkan orang lain dengan baik.

Berlatih

  • Buat kesempatan untuk berlatih dalam melihat sudut pandang orang lain dan membayangkan apa yang orang lain pikirkan. Bermain peran, membaca dan berdiskusi tentang buku, gunakan studi kasus “apa yang akan kamu lakukan, jika…..”
  • Sebutkan penghalang sikap empati, seperti stereotip, stres, atau ketakutan akan konsekuensi sosial ketika menolong teman yang tidak terkenal. Bagikan strategi khusus untuk menghadapi situasi tersebut. Misalnya, dorong pebelajar untuk memberikan support kepada temannya yang dibully secara diam-diam.
  • Bangun keterampilan emosional dan sosial, seperti mengendalikan amarah dan kekecewaan dan menyelesaikan konflik. Gunakan program berbasis bukti sosial dan pembelajaran emosional untuk mengajarkan kebiasaan tertentu untuk menenangkan diri dan menyelesaikan permasalahan yang muncul. Gunakan nasihat dan konseling bimbingan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan etika mereka.

Saat ini sudah banyak sekolah/institusi yang menyadari pentingnya peranan empati dalam penguasaan keterampilan di dunia kerja dan konsep-konsep yang berkaitan dengan empati semakin terintegrasi dan menjadi standar-standar baru. Bahkan di beberapa negara, kata “perspektif” sudah menjadi standar di beberapa mata pelajaran. Dalam membimbing pebelajar untuk melihat perspektif, sekolah/institusi membantu jalur untuk berlatih empati.

Referensi
https://elearningindustry.com/empathy-development-teaching-online-class
https://mcc.gse.harvard.edu/resources-for-educators/how-build-empathy-strengthen-school-community
Photo by Hisu lee on Unsplash