Mandi, mencuci, minum, memasak, bahkan 60-70% dari tubuh kita dan Indonesia merupakan salah satu negara dengan menyimpan 6% potensi air di dunia. Namun tahukah kamu kalau kita akan berhadapan dengan krisis sumber daya air bersih? 

Tanggal 1 Januari 2020 dibuka dengan kabar banjir di sejumlah besar wilayah Jabodetabek, tapi mirisnya air tersebut tidak dapat digunakan dan terus mengalir ke sungai atau laut. Tahun 2019 lalu kita juga merasakan musim kemarau yang sangat panjang, hingga setengah tahun atau selama enam bulan. Hal tersebut merupakan dampak dari perubahan cuaca yang semakin ekstrim, penelitian yang dilakukan oleh LIPI menunjukkan perubahan konsentrasi gas rumah kaca, suhu udara permukaan rata-rata global, dan permukaan laut yang dihasilkan dari emisi antropogenik. 

Kemudian apa hubungannya dengan krisis air? Cuaca yang ekstrim tersebut juga menyebabkan perubahan pada siklus air, dimana air lebih banyak menguap ke udara dibandingkan menyerap ke dalam tanah, sehingga neraca air menjadi tidak seimbang. Lalu kemana air yang berhasil terserap? Ya, jawabannya tentu saja kita gunakan sebanyak-banyaknya untuk kegiatan sehari-hari. Penggunaan air tanah terus menerus ini juga mengakibatkan turunnya tinggi tanah. Di Jakarta sendiri, ketinggian tanah terus menurun 7,5cm pertahun. Mungkin itu salah satu alasan wacana pemindahan ibukota dicanangkan ya.

Jadi, permasalahannya adalah sulitnya penampungan air ditengah maraknya pembangunan infrastruktur dan perumahan, lahan tanah untuk menyerap air kini tertutup beton. Masih adakah kebun di halaman rumahmu? Kalau masih ada, berarti kamu relatif aman dalam menghadapi musim kemarau. 

Apabila permasalahan tersebut tidak segera ditindaklanjuti, kita terancam krisis air pada tahun 2040. Masih lama? Iya, tapi bayangkan masa depan anak-cucu kita nanti, haruskah mereka kesulitan mencari air bersih untuk sekedar menenggak segelas air?

Kita bisa apa?

Pertama-tama yang harus diperhatikan adalah, kita semua punya peran dalam mengubah keadaan ini, sekecil apapun! PBB sendiri telah mencetuskan Kita dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • Sisakan ruang di rumah untuk penyerapan air, seperti halaman. Apabila rumahmu terlanjur tidak memiliki halaman, kamu bisa membuat lubang biopori atau sumur resapan. Lubang biopori dilakukan dengan membuat lubang pada tanah yang ditimbun dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. Kompos tersebut akan menghidupi fauna tanah, dan mampu menciptakan pori-pori dalam tanah. Berhubung awal tahun ini memasuki musim hujan, kamu dapat mulai menyimpan air hujan untuk menghadapi musim kemarau nanti.
  • Sebisa mungkin tidak menggunakan air tanah. Apabila di daerah rumahmu tersedia sumber air lain misalnya dari pdam, manfaatkanlah karena air tersebut berasal dari waduk atau sungai yang airnya disuling dan dialirkan ke berbagai daerah. Hal tersebut akan menyelamatkan kita tidak hanya dari krisis air, tapi juga penurunan muka tanah yang terus terjadi.
  • Kurangi penggunaan plastik. Kini beberapa daerah di Indonesia telah berani untuk mengurangi penggunaan plastik, tapi semua itu kembali ke diri kita sendiri. Tahukah kamu waktu daur ulang plastik sangat lama? Bahkan belum lama ini ditemukan bungkus indomie berumur 19 tahun di lautan. Plastik yang tidak terurai itu akan terus menumpuk di laut, merusak ekosistem laut dan akhirnya? Mencemari makanan kita juga
  • Hemat listrik. Hayo siapa yang suka lupa mencabut charger dari colokan listrik? Walaupun tidak sedang charging, listrik akan tetap mengalir lho. Penggunaan listrik yang berlebihan akan membuat bumi semakin ‘panas’ dan memperparah perubahan iklim.
  • Buang sampah pada tempatnya! Dari kecil kita selalu diajari untuk membuang sampah pada tempatnya, tapi kenyataannya sampai sekarang masih saja banyak yang membuang sampah di sungai, kali, got, dan jalanan. Kamu tau kan kalau sampahnya menumpuk bisa menyebabkan banjir? 
  • Gunakan angkutan umum untuk bepergian, tapi ojek online tidak termasuk ya. Transportasi umum kini sudah semakin membaik, nyaman dan terintegrasi, mari manfaatkan dengan baik agar kadar polusi menurun dan tidak memperparah perubahan iklim. Sekedar ke warung tidak harus naik motor kan? Bersepeda bahkan bisa bikin kamu sehat lho.

Krisis air merupakan masalah kompleks yang menyangkut hajat orang banyak, dan salah satu akibat dari perubahan iklim, jadi mau-tidak-mau harus dihadapi dan selama masih bisa dicegah, mari kita lakukan bersama.

Referensi
http://lipi.go.id/berita/krisis-air-di-jawa-dan-bagaimana-kita-harus-menyikapinya/21725
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-49190635
https://www.kompasiana.com/nandasarah16/551a1efaa33311f91eb65939/menghadapai-musim-penghujan-dengan-dua-teknik-penyerapan-air
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4386755/kepala-bappenas-penurunan-muka-tanah-jakarta-75-cmtahun
Photo by Chris Lawton on Unsplash