Tahukah kamu kalau ternyata generasi, setidaknya selama 100 tahun belakangan ini terbagi menjadi 6 tipe generasi. Kupperschmidt’s (2000) mengatakan generasi adalah sebuah kelompok individual yang didentifikasi berdasarkan tahun kelahiran, umur, tempat, dan peristiwa yang terjadi kepada grup individu tersebut, yang memiliki dampak signifikan dalam fase perkembangan mereka. Diantara ke-enam generasi, satu sama lain memiliki perbedaan yang cukup mencolok karena perbedaan lingkungan dan cara berkembang pada saat-saat generasi tersebut, sehingga menghasilkan perbedaan nilai-nilai, kepercayaan, dan opini diantara generasi satu dan lainnya.

Pernahkah kalian merasa memiliki cara pandang yang berbeda dengan orang tua kalian? Hal tersebut merupakan salah satu faktor kecil adanya perbedaan generasi diantara kalian dan orang tua kalian, yang menyebabkan adanya perbedaan cara pandang dan pola pikir. Penasaran apa saja keenam generasi tersebut? Pada artikel ini kita akan membahas dua generasi terlebih dahulu yaitu generasi tradisionalis dan generasi baby boomers, yuk kita simak penjelasannya.

1. Generasi Tradisionalis (1922 – 1945)

Generasi tradisionalis juga dikenal sebagai generasi veteran. Bila kita lihat, generasi ini ada pada waktu hampir 100 tahun yang lalu. Pada generasi ini, nenek moyang kita hidup dengan serba kekurangan dan segala sesuatunya dilakukan secara tidak praktis seperti sekarang. Generasi ini umumnya sudah mencapai masa pensiun. Sebagia Generasi tradisionalis mengalami banyak peristiwa besar sejak kelahirannya dan sepanjang masa mudanya, karena pada tahun tersebut terjadi banyak perang di seluruh dunia. Tumbuh dalam keadaan perang, generasi ini memiliki rasa patriotisme, pengorbanan, dan kerjasama yang cukup tinggi. Pada zaman ini radio merupakan satu-satunya alat penghibur dan merupakan sebuah teknologi yang diilai cukup canggih.

2. Generasi Baby Boomers (1946 – 1964)

Generasi Baby Boomers mungkin merupakan generasi kedua orang kita. Generasi ini telah melalui masa-masa perang, umumnya manusia pada tahun ini tumbuh seusai peperangan. Pada generasi ini tingkat kelahiran cukup pesat. Baby boomers umumnya berorientasi kepada karier secara konsisten demi kesejahteraan anak dan cucunya kelak. Menurut Lancaster & Stillman (2002), generasi ini dinilai terlalu idealis dalam membuat perubahan positif didunia. Generasi ini juga dinilai kompetitif dan mencari cara untuk melakukan perubahan dari sistem yang ada. Orang-orang pada generasi baby boomers umumnya masih melakukan kegiatannya secara konvensional, tapi cukup banyak juga yang sudah mencoba menggunakan teknologi.

3. Generasi X  (1965-1980)

Pernahkah kamu mendengar judul novel Generation X: Tales for an Accelerated Culture yang ditulis oleh Douglas Coupland. Kata X ini berasal dipopulerkan oleh novel tersebut. Generasi X diasuh oleh pola kedua orang tua yang fokus dengan pekerjaan, sehingga menular ke generasi X. Akan tetapi, umumnya generasi X berhasil menata pekerjaan, pribadi, dan keluarga mereka jauh lebih seimbang. Di Indonesia sendiri, generasi X bibesarkan dalam situasi dimana orde baru sedang berlansgung. Terjadi banyak konflik pada era tersebut. Tidak hanya di Indonesia,  kejadian konflik lainnya juga terjadi di Vietnam, Jerman, dan terjadinya Perang Dingin. Pada saat ini, kebanyakan dari Gen-X adalah orang tua dan pekerja full-time. Generasi ini juga cukup akrab dengan teknologi dan sudah menjadikan teknologi sebagai makanan sehari-harinya, hal ini dapat dilihat berdasarkan riset yang dilakukan oleh Amic.media. Amic.media menyatakan bahwa 81% dari Generasi X mencoba menemukan informasi sekecil apapun melalui internet. Berbeda dengan generasi-generasi pendahulunya yang masih lebih konvensional.

Bahkan di Indonesia sendiri, generasi X ini terkenal pekerja keras dan ulet. Riri Riza, Mira Lesmana, Rudy Soedjarwo, Joko Anwar, dan Hanung Brahmantyo adalah contoh-contoh orang dari generasi X yang berhasil membangkitkan dunia perfilman Indonesia yang sempat mati suri. Dunia perfilman merupakan suatu hal yangcukup rumit dan sulit diraba nilai ekonominya, namun dengan kerja keras dan ketekunan generasi X ini, perfilman Indonesia dapat berkembang secara signifikan.

4. Generasi Milenial (1981-1996)

Wah kebetulan generasi ini merupakan generasi saya sebagai penulis. Menarik sekali membahas generasi milenial. Merupakan generasi yang hidup di zaman yang sedang berubah, dari konvensional menjadi modern. Generasi ini tergolong cukup beruntung karena masih cukup kental merasakan budaya dan disaat bertumbuh dewasa, mereka mulai menggunakan teknologi.

Generasi ini sangat akrab dengan teknkologi, seperti gadget, laptop, games dan lainnya. Mulai dari generasi ini, merupakan orang-orang yang cenderung tidak terpisahkan dengan gadget. Generasi ini melahirkan orang-orang cerdas, inovatif, dan kreatif. Tipe generasi yang menyukai hal simple, berbeda dengan generasi X yang cenderung banyak terlibat di industri yang terhitung agak ribet seperti dunia perfilman. Generasi ini menyukai sesuatu yang kreatif, menarik, dan inovatif. Generasi ini merupakan asset bagi masa depan untuk berkembang secara signifikan demi mensejahterakan populasi dunia.

Sebut saja Mark Zuckenberg, yang saat ini (2019) menempati posisi orang terkaya nomor 5 di dunia. Beliau merupakan salah satu agent of change, dimana platform yang ia buat menjadi konsumsi khalayak yang hingga saat ini tidak terpisahkan oleh kita, Facebook, WhatsApp, dan Instagram.

Tidak hanya Mark Zuckerberg, Nadiem Kariem yang merupakan CEO salah satu start-up unicorn di Indonesia merupakan seorang generasi milenial. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya bukan bahwa kita dapat memesan ojek, taksi, dan makanan melalui aplikasi. Selain memudahkan banyak orang, GoJek juga membuka ribuan lapangan kerja bagi pengangguran sehingga mengurangi angka pengangguran di Indonesia secara signifikan. Siapapun yang memiliki kemauan saat ini dapat mulai bekerja dan menghasilkan uang.

Generasi Milenial memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk dan mempengaruhi populasi dunia dan mengubahnya menjadi lebih baik. Generasi ini juga dinilai memiliki kepedulian sosial dan peduli terhadap lingkungan paling tinggi dibandingkan dengan generasi lainnya.

5. Generasi Z (1995-2010)

Bila kita banyak menemukan Agent of Change di Generasi Milenial, generasi z tidak kalah inovatif dari generasi pendahulunya. Banyak dari generasi ini yang mulai mencoba mencari penghasilan melalui platform-platform yang ada saat ini, seperti dari Instagram dan facebook. Contohnya dengan menjadi influencer, reviewer produk, dan menjual barang-barang melalui online shop.

Generasi ini juga termasuk dari golongan yang tidak terpisahkan dengan gadget, namun bila pada generasi milenial masih cukup mengenal budayanya, generasi z umumnya tidak mengenal budaya Indonesia sebaik generasi-generasi pendahulunya. Seperti permainan tradisional dan lagu-lagu tradisional, orang pada zaman ini banyak yang tidak mengetahui permainan daerah seperti Taplak Meja ataupun lagu daerah seperti Cublak-Cublak Suweng. Permainan bagi mereka adalah sarana permainan yang ada pada gadget. Hal ini tak lain disebabkan oleh teknologi, terbiasa menggunakan gadget dari kecil sehingga mengurangi sosialisasi dan mudahnya lagu-lagu dari luar negeri masuk ke negara kita membuat pilihan generasi z lebih beragam. Sebagian dari generasi ini memang lebih menyukai lagu dari barat dan sebagian lagi juga ada yang menganggap lagu daerah adalah kuno dibandingkan dengan lagu barat.

Generasi z terbiasa dengan gaya hidup yang simple, yang tidak mau ribet, karena sudah terbiasa mendapatkan sesuatu dengan mudah. Menurut survei yang dilakukan oleh Forbes Magazine, Generasi Z merupakan generasi global pertama yang nyata. Teknologi merupakan hal yang telah menjadi satu untuk mereka. Merupakan generasi yang ambisius dan level pengetahuan teknis dan berbahasa generasi zaman ini cukup tinggi, oleh karena itu generasi ini merupakan generasi yang sangat baik untuk bekerja.

6. Generasi Alpha

Generasi Alpha juga disebut sebagai iGeneration, saat ini sebagai generasi yang paling berpengaruh terhadap kelanjutan masa depan populasi dunia. Mengapa Karena generasi ini merupakan generasi termuda, mereka umumnya adalah anak-anak dari generasi minelial. Anak-anak yang lahir dari tahun 2010-2025 ini adalah generasi pertama yang terlahir dalam abad 21. Menggunakan gadget adalah hal yang sangat biasa dan lumrah, bukan lagi suatu hal istimewa bagi generasi ini. Bahkan balita saat ini sudah terbiasa menonton lewat gadget. Generasi ini tumbuh.

Teknologi, khususnya Artificial Intelligence, berpengaruh besar terhadap pembentukan generasi Alpha. Generasi ini akan terbiasa dengan alat-alat berteknolgi canggih disekitarnya, contohnya, sejak kecil mereka sudah terbiasa menggunakan jam yang secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pemantau kesehatan atau sebagai alat komunikasi dan hal tersebut bukanlah hal sulit bagi anak pada generasi ini.

Belum lama ini Hotwire Global Communications melakukan survey terhadap anak generasi Alpha di U.S. dan di U.K. dan orang tua mereka yang merupakan generasi milenial. Hasilnya, bagi para orang tua, umur 8 tahun adalah umur yang pas untuk membiarkan anak-anaknya memiliki control penuh terhadap gadget dan sudah seharusnya memiliki gadget sendiri. Sementara itu, Scarlet, anak Generasi Alpha yang berumur 7 tahun mengatakan “Aku sangat menyayangi IPadku dan kalau Ibu mengambil iPadku, aku akan berteriak dan berkata kepada Ibu; kumohon kembalikan iPadku! Aku akan terus mengatakannya sampai ibuku mengambalikan iPadku.”

Generasi Alpha memerlukan perubahan dan pendekatan dalam hal edukasi, karena zaman benar-benar telah berubah. Saat ini pendidikan harus menyiapkan program yang mudah beradaptasi dan berubah secara cepat karena teknologipun berkembang dengan pesatnya. Generasi Alpha memerlukan keterampilan dalam berpikir kritis, berpikir cepat dan menyelesaikan masalah dengan melihat dari perspektif yang berbeda. Generasi ini akan hidup berdampingan dengan teknologi. Generasi ini akan melaju jauh dibandingkan generasi-generasi pendahulunya.