Ratanggalih merupakan penemuan yang diciptakan tim mahasiswa BINUS University untuk memudahkan aktivitas penderita disabilitas. Umumnya penderita disabilitas bergantung pada kursi roda, namun kendala dari kursi roda pada umumnya ialah pengguna tetap harus menggerakkan kursi roda tersebut dengan bantuan tangan dan kaki, sehingga terasa tidak efisien dalam penggunaannya. Eric, Billy, dan Panca mahasiswa Universitas Bina Nusantara, sebagai penggagas kursi roda berbasis pikiran menyadari bahwa umumnya penderita disabilitas tidak memiliki gangguan pada otak mereka.

Melalui gagasannya, ketiga mahasiswa BINUS tersebut mencoba menciptakan kursi roda berbasis pikiran dengan metode neural network dibawah bimbingan Dr. Widodo Budiharto. Kursi roda berbasis pikiran ini terus dicoba disempurnakan, hingga pada Februari 2015 Jennifer dan Ivan, mahasiswa School of Computer Science BINUS mencoba menyempurnakannya melalui metode Support Vector Machine (SVM). Pembuatan kursi roda berbasis pikiran yang memakan waktu selama 8 bulan terdiri dari tiga komponen utama yakni neuroheadset, software application, dan micro controller. Neuroheadset sebagai alat penangkap sinyal EEG (Encephalography) dari pengguna, Software Application untuk menerima sinyal yang ditangkap dari headset dan merubah sinyalnya ke komponen ketiga yakni Micro Controller dengan motor penggerak untuk mengontrol pergerakan kursi roda.

Karya mereka telah meraih Juara 2 dalam lomba Pagelaran Mahasiswa Nasional di Bidang Teknologi dan Informasi dan turut mengantarkan dosen pembimbing mereka, Dr. Widodo, sebagai 15 besar dosen berprestasi tingkat nasional pada tahun 2015. Kursi roda berbasis pikiran ini juga ditampilkan oleh Dr. Widodo, Jenifer, dan Ivan di Jepang pada bulan Mei 2016 dalam rangka International Conferece on Robotics and Vision di Tokyo, Jepang.

Ratanggalih, berasal dari bahasa Sansekerta, ‘ratangga’ yang berarti roda, kereta, dipilih sebagai identitas produk kursi roda berbasis pikiran tersebut. Logo Ratanggalih, dirancang menggunakan typeface sans serif Nexa Light yang telah dimodifikasi menjadi lebih dekoratif, untuk menampilkan kesan teknologi dan modern.

Penambahan elemen visual berbentuk simbol penyandang disabilitas pada huruf G, dan stilasi visual otak untuk simbol pikiran, menjadi fokus utama pada logotype Ratanggalih.