Teknologi saat ini memungkinkan gamer untuk melawan pemain dari seluruh dunia melalui permainan lintas platform yang mendalam (immersive). Melampaui hiburan, jenis lintas platform ini–teknologi virtual dapat merevolusi cara militer Amerika Serikat (AS) berlatih.

Keterbatasan Simulator Pelatihan Sekarang

Tentara AS telah menggunakan ribuan perangkat pelatihan virtual. Kelemahannya, simulator-simulator tersebut membutuhkan fasilitas yang besar, perangkat keras besar berbentuk kotak. Sedangkan medan perang yang modern itu kompleks, dan panggilan untuk mensimulasikan interaksi manusia serta nuansa lain tidak termasuk dalam simulasi saat ini.

Untuk berlatih pertempuran tank Eropa, simulator saat ini berfungsi dengan baik sampai seorang prajurit harus turun dari tank dan berbicara dengan seseorang. Interaksi manusia di medan perang saat ini sangat penting, seperti memahami tekanan psikologis oleh interaksi yang lebih pribadi ini. Bagaimana para prajurit dapat terbenam (immerse) ke lingkungan pelatihan yang mensimulasikan dan merangsang semua indera, menawarkan pelatihan realistis dan mengembangkan ketahanan, serta semuanya dengan cara yang lebih mudah diakses? Sekarang saatnya kita memasuki Synthetic Training Environment (STE).

Kekuatan Synthetic Training Environments

Teknologi virtual dan game komersial sangat menarik bagi militer AS. Dengan menghubungkan para prajurit melalui realitas virtual, teknologi komersial menawarkan solusi plug-and-play yang ideal. STE dapat dijalankan oleh antarmuka realitas virtual dan sebuah laptop, dengan layanan Cloud aktif serta dapat diakses ketika dibutuhkan sebagai perbandingan dari ruang besar untuk banyak layar, sensor-sensor, dan beberapa proyektor. STE dapat dipersiapkan hampir di mana saja dan kapan saja. Ia memberikan komandan fleksibilitas untuk melatih lebih banyak tentara lebih cepat dan dalam skenario misi yang lebih banyak dengan pelatihan simulasi immersive dan langsung. Harapan besar dari STE ialah kemampuannya untuk membawa pelatihan unit tantara ke tingkat lebih lanjut, namun dengan tidak selalu membawa unit ke lokasi pelatihan. Selalu membawa unit ke lokasi pelatihan, walaupun efektif untuk beberapa pelatihan, kurang efisien dan lebih mahal.

Manfaat lainnya ialah bahwa perangkat lunak dan perangkat keras komersial dapat dengan mudah diperbarui untuk memastikan latihan militer menggunakan teknologi terbaru, disesuaikan dengan perlengkapan dan senjata sesungguhnya yang saat ini digunakan. Teknologi STE juga memungkinkan sistem kepemilikan yang digunakan dalam pelatihan untuk berkomunikasi satu sama lain. Hingga saat ini, hanya dimungkinkan dalam simulator tradisional dengan tim kontraktor pendukung dan berminggu-minggu persiapan. STE dapat dipakai latihan untuk udara, darat, laut, ruang, dan dunia maya menggunakan lingkungan virtual dan konstruktif. STE dapat dicampur dengan pelatihan langsung dengan jaminan untuk lingkungan yang bahkan lebih realistis.

Sekarang, Masa Depan Realitas Virtual

Saat ini militer sedang menentukan masa depannya dan membutuhkan teknologi generasi berikutnya untuk memenuhi ancaman yang berbahaya dan terus berubah. Augmented reality, realitas virtual, realitas spasial, cloud computing, dan kecerdasan buatan memberikan potensi besar. Akan tetapi, menyatukan teknologi yang menjanjikan tersebut dalam kapabilitas terpadu untuk pelatihan tidaklah mudah. Dengan mengadaptasi teknologi komersial, menambahkan dimensi manusia ke acara pelatihan, dan dapat dengan mudah mengubah perangkat lunak dan perangkat keras, pasukan AS akan siap bertarung dengan keunggulan medan perang terbesar. Masa depan pelatihan mendalam ada di sini. Dan sekarang waktunya bertindak.

Sumber :

http://mil-embedded.com/guest-blogs/from-gaming-to-the-battlefield-the-benefits-of-virtual-reality-in-military-training/