Derwin Suhartono, Widodo Budiharto, Benfano Soewito, Abba Suganda Girsang

Dewan Guru Besar
Universitas Bina Nusantara
Jakarta, Indonesia

——————————————————————————————————————————

Di Tengah Arus Inovasi: Indonesia Menatap ke Depan

Perkembangan teknologi saat ini bergerak sangat cepat dan sering kali melampaui apa yang sebelumnya dapat dibayangkan. Kehadiran generative artificial intelligence (Gen-AI), mixed reality, software engineering yang semakin adaptif, serta data-driven decision making telah mengubah banyak aspek kehidupan. Inovasi atau kemajuan semacam ini memang pasti berpotensi membawa disrupsi, namun di saat yang sama membuka peluang besar bagi negeri untuk mempercepat kemajuan di berbagai sektor. Di balik semua kemajuan tersebut, penting untuk diingat bahwa teknologi bukan hanya soal pencapaian teknis. Ia juga mencerminkan nilai-nilai yang kita pegang, arah kehidupan sosial yang kita pilih, dan masa depan bangsa ini. Disinilah akademisi memiliki signifikansi peran. Akademisi memiliki peran penting bukan hanya untuk mendorong munculnya inovasi, tetapi juga untuk menjaga agar inovasi tetap bermakna dan berpihak pada kemanusiaan. Saat kita melintasi batas inovasi, arah bangsa tidak boleh ditentukan oleh kecepatan saja, melainkan oleh kebijaksanaan dan nilai.

Melampaui Teknologi: Dari Alat Menjadi Infrastruktur Peradaban

Dalam perkembangannya, teknologi tidak lagi sekadar berfungsi sebagai alat bantu untuk menyelesaikan tugas tertentu, melainkan telah berubah dan menjelma menjadi infrastruktur utama yang membentuk cara manusia hidup, bekerja, belajar, dan berinteraksi. Dari sistem digital yang menopang layanan publik, hingga algoritma yang memengaruhi keputusan individu, teknologi kini berperan sebagai fondasi tak kasatmata dari peradaban modern. Transformasi ini membawa konsekuensi besar: teknologi bukan hanya menciptakan efisiensi, tetapi juga memengaruhi nilai, budaya, bahkan struktur kekuasaan. Oleh karena itu, memahami dan mengembangkan teknologi tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab sosial dan visi kebangsaan.

Artificial Intelligence & Data Science

Artificial Intelligence (AI) telah mengalami perkembangan pesat dalam satu dekade terakhir dalam berbagai bentuk otomatisasi modern. Dari sistem otomatisasi modern di e-commerce, rekomendasi di platform digital, chatbot layanan pelanggan, hingga autonomous car. Lebih dari itu, AI juga berkembang menjadi medium strategis dalam pengambilan keputusan yang kompleks, berbasis big data, data science dan pemodelan prediktif. AI adalah peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat pembangunan dan memperkuat daya saing global. Namun, pemanfaatannya bukan sekedar otomatisasi, namun integrasi AI sebagai media pengambilan keputusan yang adil, akurat, dan transparan. Membangun ekosistem data yang terbuka dan aman, memperkuat landasan etika, serta mengedukasi generasi muda dan masyarakat luas merupakan fondasi penting agar AI dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

AI dalam Pengambilan Keputusan: Lebih dari Sekadar Otomatisasi

AI mampu menganalisis pola dalam data yang sangat besar dan kompleks dengan kecepatan dan akurasi melebihi kemampuan manusia. Dalam bidang kesehatan, misalnya, AI digunakan untuk mendeteksi kanker sejak dini melalui citra medis. Dalam kebijakan publik, AI dapat membantu pemerintah merumuskan keputusan berbasis data tentang transportasi, pendidikan, dan kesehatan. Bahkan dalam sektor keuangan, sistem AI kini menjadi bagian penting dalam manajemen risiko dan prediksi tren pasar dan fraud. Namun, keunggulan AI bukan hanya pada efisiensi, tetapi juga pada kemampuannya memberikan insight yang tidak selalu terlihat oleh manusia serta visualisasi data yang handal menggunakan teknologi data science. AI dapat mengidentifikasi hubungan sebab-akibat dalam variabel yang kompleks, yang bermanfaat dalam menyusun skenario kebijakan berbasis bukti yang merupakan pendekatan dalam proses penyusunan kebijakan publik yang didasarkan pada data, riset ilmiah, evaluasi, dan fakta yang terukur.

Ekosistem Data dan Etika AI di Indonesia

Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam memanfaatkan AI secara optimal untuk pengambilan keputusan. Salah satu hambatan terbesar adalah lemahnya ekosistem data. Data yang tersedia seringkali tersebar, tidak terstandarisasi, tidak terbuka, atau bahkan tidak terdokumentasi dengan baik. Dalam konteks AI, kualitas dan ketersediaan data sangat menentukan performa sistem yang dikembangkan. Maka perlu adanya cetak biru AI dan data governance yang dikelola dengan baik pada tiap institusi. Selain itu, aspek etika dan privasi data belum menjadi  perhatian utama dalam pengembangan AI dan teknologi di Indonesia. Penggunaan AI yang sangat memudahkan dalam berbagai bidang kehidupan ternyata menjadi permasalahan baru, terutama di dunia pendidikan. AI dapat menimbulkan dampak negatif atau risiko bagi individu, lingkungan dan masyarakat jika digunakan secara tidak tepat. Oleh karena itu, etika AI menjadi istilah yang sering digunakan sebagai nakhoda di dalam membuat panduan penggunaan AI di berbagai bidang. Bahkan pada pertemuan The General Conference of UNESCO di Paris, 9-24 November 2021, UNESCO mengeluarkan Recommendation on The Ethics of Artificial Intelligence yang diadopsi oleh 194 negara anggota sebagai kerangka standar etika dalam penggunaan AI. Tanpa kerangka etika yang kuat, penggunaan AI bisa menimbulkan bias, pelanggaran privasi, dan ketidakadilan algoritmik. Padahal, regulasi etika AI yang mengutamakan transparansi, akuntabilitas, dan keadilan sangat diperlukan agar pengambilan keputusan berbasis AI dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Penguatan Kurikulum AI, Riset Berdampak dan Literasi AI

Perguruan tinggi harus memainkan peran utama dalam membangun kompetensi SDM AI Indonesia. Kurikulum AI harus tidak hanya mencakup aspek teknis seperti machine learning, pemrograman, dan pemrosesan data, tetapi juga menyentuh dimensi etika, hukum, dan dampak sosial AI. Kolaborasi antara universitas dan industri juga penting untuk menyelaraskan materi pembelajaran dengan kebutuhan pasar dan teknologi terbaru. Selain itu, riset AI di Indonesia perlu diarahkan pada solusi nyata bagi masyarakat dan industri seperti sistem deteksi dini bencana, pemodelan penyebaran penyakit, smart farming, robotika industri, efisiensi distribusi pangan, atau manajemen energi terbarukan. Masyarakat luas perlu diberi pemahaman dasar tentang apa itu AI, bagaimana cara kerjanya, dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, apalagi bagi generasi muda. Kampanye edukasi AI dapat dilakukan melalui media massa, platform digital, dan kegiatan komunitas. Literasi ini penting agar masyarakat tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga kritis terhadap penggunaan AI di ruang publik.

Cyber Security & Digital Sovereignty

Ancaman siber makin kompleks, dari individu hingga infrastruktur nasional

Sebagaimana yang sudah kita ketahui, transformasi digital dan pemanfaatan teknologi AI dengan menggunakan infrastruktur internet sudah banyak diterapkan di berbagai bidang, baik pada kehidupan individual dan juga pada pemerintahan secara nasional. Kondisi ini sesuai dengan apa yang ada di dalam Society 5.0 yaitu smart society. Dimana Society 5.0 berfokus pada otomatisasi dengan memanfaatkan data dan informasi, baik data dari dunia maya ataupun data dari organisasi sendiri yang disebut Big Data. Data ini kemudian dianalisa menggunakan AI yang hasilnya dapat bermanfaat bagi manusia. Seiring dengan semakin banyaknya penerapan teknologi AI pada kehidupan masyarakat, semakin banyak juga kejahatan yang memanfaatkan teknologi ini untuk mengambil keuntungan secara ilegal. Pada dasarnya AI juga dapat digunakan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi ancaman atau serangan yang kompleks dengan cara melakukan analisa data yang masuk ke infrastruktur internet perusahaan, yang mana hasil analisa AI ini dapat dengan efektif melindungi sistem dan data perusahaan.  Namun, teknologi AI ini juga dapat digunakan oleh pelaku kejahatan untuk melakukan serangan yang lebih kompleks. Dengan menggunakan AI, pelaku kejahatan dapat membuat video, suara, gaya komunikasi ataupun wajah yang sangat mirip dengan yang asli. Dengan AI juga, pelaku kejahatan dapat mengumpulkan informasi mengenai korban. Selanjutnya pelaku kejahatan dapat melakukan serangan social engineering seperti phishing untuk mengelabuhi korban. Serangan yang lebih canggih dan kompleks adalah serangan virus atau malware yang dibuat dengan menggunakan AI. Malware ini dapat beradaptasi dari sistem deteksi dan juga dapat melakukan serangan secara otomatis.

Ancaman dan serangan siber tidak hanya berfokus pada individu atau organisasi, tetapi dapat juga menyerang dan berdampak secara nasional, terutama serangan yang dilakukan terhadap pusat data nasional, serangan terhadap jaringan monitoring listrik dan transportasi, serangan terhadap aplikasi pelayanan publik dan sebagainya. Menjaga dan melindungi sistem infrastruktur digital nasional dalam dunia siber adalah sangat penting, sama pentingnya dengan menjaga keamanan di dunia fisik. Serangan siber terhadap sistem infrastruktur nasional dapat mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur vital dan kelumpuhan negara. Serangan siber ini pada umumnya dapat di cegah dengan 3 cara, yaitu

  • Membuat aturan atau regulasi
  • Memanfaatkan teknologi
  • Meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia

Urgensi kedaulatan data dan independensi sistem digital bangsa

Di era digital saat ini, data telah menjadi sumber daya strategis yang sangat berharga. Data menjadi fondasi utama dalam pengambilan keputusan yang cerdas dan tepat, baik di tingkat perusahaan maupun negara. Melalui pemanfaatan data dan kecerdasan buatan, kita dapat memahami kondisi saat ini, memproyeksikan masa depan, serta merespons perubahan secara cepat dan akurat. Meningkatnya nilai strategis data menuntut kita untuk menjaga dan mengelolanya dengan serius. Indonesia telah memiliki landasan hukum melalui Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU No. 27/2022), namun kedaulatan data tidak hanya berhenti pada aspek regulasi, melainkan juga menyangkut kepemilikan, penyimpanan, pemrosesan, dan analisis data oleh bangsa sendiri. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk terus mendorong kemandirian dalam infrastruktur data, termasuk membangun dan mengelola pusat data nasional serta menggunakan perangkat lunak dan sistem yang dikembangkan secara mandiri. 

Dalam mewujudkan independensi sistem digital bangsa, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu teknologi dan keamanan data. Kita harus dapat mengembangkan dan menerapkan sistem digital sendiri tanpa bergantung pada pihak ketiga, dalam hal ini tidak bergantung pada pihak asing. Untuk itu selain harus mengembangkan perangkat lunak sendiri, kita juga harus menyiapkan sumber daya manusia lokal dengan melakukan edukasi baik secara formal maupun informal serta regulasi dan peraturan yang mendukung.

 

Ekosistem talenta keamanan digital dan tata kelola nasional yang sistematis

Untuk meningkatkan kemanan sistem digital, kita harus melihat dari tiga faktor berikut: sumber daya manusia, teknologi dan aturan/regulasi. Seringkali kesalahan manusia dapat mengakibatkan pelaku kejahatan dapat masuk ke sistem digital. Salah satu contohnya adalah serangan phishing, yang umumnya terjadi akibat kesalahan manusia. Penggunaan teknologi yang tidak tepat atau yang sudah usang juga dapat menjadi jalan masuk bagi pelaku kejahatan. Yang terakhir adalah regulasi atau proses, harus ada aturan atau teknik untuk dapat mengakses suatu data berdasarkan tingkat kepentingannya. Oleh karena itu rekomendasi untuk keamanan digital ini adalah:

  • Tingkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM, secara informal melalui training atau secara formal melalui sekolah/sertifikasi tingkat lanjut.
  • Tinjau kembali seluruh alat-alat, baik perangkat lunak ataupun perangkat keras, jika sudah usang atau tidak ada dukungan lagi dari vendor, lebih baik diganti.
  • Analisa sistem akses data dan teknik autentikasi. serta pastikan pengembangan aturan atau pengembangan kebijakan yang sistematis.

Game Technology & Mixed Reality

Salah satu transformasi teknologi paling cepat dan berdampak dalam sejarah industri kreatif dan digital adalah perkembangan game technology. Dari piksel dua dimensi hingga dunia metaverse yang imersif, evolusinya menyentuh berbagai aspek seperti grafis, kecerdasan buatan, jaringan, dan realitas virtual. Game technology bertransformasi menjadi alat infrastruktur peradaban dan berpotensi sebagai arah teknologi strategis untuk bangsa. Game bukan sekadar hiburan, tapi sudah bertransformasi menjadi media pembelajaran, diplomasi budaya, dan ekonomi kreatif.  Teknologi di balik game (seperti grafis 3D, AI, VR/AR, jaringan real-time, dan physics engine) telah menjadi infrastruktur digital dasar yang digunakan dalam banyak sektor. Game technology tidak berkembang secara terpisah, melainkan menyatu dengan perkembangan teknologi lain, seperti cloud computing, big data, dan edge computing. Ini membuat game technology menjadi platform lintas disiplin yang mampu menggerakkan sektor pendidikan, pertahanan, kesehatan, arsitektur, hingga industri kreatif. Contohnya penerapan dalam sektor militer adalah simulasi pelatihan tempur. Di dalam dunia militer, latihan tempur nyata sering kali mahal, berisiko tinggi, dan membutuhkan sumber daya besar. Dengan memanfaatkan engine grafis 3D dan physics engine, pelatihan tentara dapat dilakukan dalam lingkungan virtual yang realistis dan aman. Contoh game technology yang dikembangkan oleh PT Len Industri bekerja sama dengan TNI AD adalah Battlefield Management System (BMS) TNI AD. Di bidang kesehatan, EndeavorRx yang dikembangkan oleh Akili Interactive, yang digunakan untuk terapi anak-anak dengan ADHD. SuperBetter, Aplikasi gamifikasi berbasis psikologi positif yang digunakan untuk penanganan depresi, stres, trauma, dan pemulihan mental. Di bidang ekonomi dan keuangan ada banyak aplikasi yang diperuntukkan untuk memahami konsep seperti pinjaman mikro, asuransi, atau risiko investasi. Ada aplikasi keuangan pribadi seperti Mint, YNAB, dan Zogo Finance menggunakan elemen permainan (poin, level, misi harian) untuk mendorong pengguna mengatur anggaran, menabung, atau mengelola utang.

Mixed Reality (MR) adalah gabungan dari Virtual Reality (VR) dan Augmented Reality (AR), di mana objek digital dan lingkungan nyata dapat berinteraksi secara real-time dalam satu ruang yang imersif. Penerapan mixed reality juga bisa diterapkan di dalam berbagai sektor seperti pendidikan, pertahanan (militer), kesehatan, arsitektur, hingga industri kreatif. Dalam pendidikan, MR mendukung immersive learning, membuat peserta didik dapat belajar melalui interaksi langsung dengan objek digital 3D. Pada sektor industri dan manufaktur, Toyota Indonesia dan beberapa pabrik di kawasan industri telah mulai mengadopsi AR untuk maintenance. Pada sektor Parawisata, AR dan VR bisa diterapkan untuk menghidupkan situs bersejarah, seperti Museum Nasional, tempat bersejarah untuk menghadirkan pengalaman digital sejarah. Aplikasi tur virtual yang memungkinkan pengguna menjelajah situs budaya secara interaktif. Dalam sektor pertahanan/militer, mixed reality hadir sebagai solusi teknologi modern dan efisien, yang mampu mensimulasikan kondisi medan tempur secara real-time dalam lingkungan campuran, antara dunia nyata dan virtual. Contoh penerapan/simulasi mixed reality di dalam sektor militer yang digunakan di indonesia adalah Simulator Terjun Payung & Helikopter Berbasis VR, Virtual Weapon Assembly (AR/VR) – Akademi TNI, ini merupakan kolaborasi antara Akademi TNI dan startup MonsterAR menghasilkan simulasi perakitan senjata dan lempar granat secara virtual.

Dalam konteks transformasi digital nasional, penting untuk memberikan dukungan strategis dan berkelanjutan terhadap industri game lokal serta riset di bidang Extended Reality (XR)—yang mencakup Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR). Industri game lokal tidak hanya merupakan sektor hiburan, tetapi juga ekosistem ekonomi kreatif yang mampu menghasilkan produk teknologi bernilai tinggi, membuka lapangan kerja, dan menjadi media diplomasi budaya. Namun, industri ini masih menghadapi tantangan besar seperti keterbatasan pendanaan, akses terhadap teknologi mutakhir, sumber daya manusia terlatih, serta kurangnya dukungan regulasi dan infrastruktur. Oleh karena itu, diperlukan intervensi negara dan kolaborasi antar pemangku kepentingan (pemerintah, akademisi, industri, dan komunitas) untuk menyediakan insentif fiskal, fasilitas inkubasi, dan program pelatihan teknis yang berkelanjutan bagi pengembang lokal. Di sisi lain, riset XR perlu diposisikan sebagai agenda prioritas dalam ekosistem inovasi nasional, karena teknologi ini memiliki potensi lintas sektor—mulai dari pendidikan interaktif, pelatihan militer, terapi medis berbasis simulasi, hingga rekonstruksi arsitektural dan konservasi budaya. Pengembangan XR menuntut integrasi berbagai bidang ilmu, seperti grafika komputer, kecerdasan buatan, sensorik, kognisi manusia, hingga desain interaksi.

Software Engineering & Infrastruktur Digital

Perangkat lunak telah berevolusi dari sekadar alat bantu komputasi menjadi komponen fundamental dalam penyelenggaraan layanan publik, sistem logistik global, hingga penguatan praktik demokrasi digital. Dalam sektor layanan publik, software digunakan untuk mengelola data kependudukan, pelayanan kesehatan berbasis sistem informasi (seperti rekam medis elektronik), hingga platform terpadu pelayanan masyarakat yang memungkinkan interaksi langsung antara warga dan pemerintah. Di bidang logistik, perangkat lunak berperan mengatur rantai pasok secara real-time, melakukan optimasi rute pengiriman, dan menyediakan transparansi terhadap alur distribusi barang. Sementara dalam ranah demokrasi digital, software mendukung proses partisipasi politik yang inklusif melalui e-voting, petisi digital, serta platform keterlibatan publik dalam pengambilan keputusan kebijakan. Seluruh fungsi ini hanya dapat berjalan dengan baik apabila software yang digunakan memiliki tingkat keandalan, keamanan, dan skalabilitas yang tinggi, karena menyangkut kepentingan publik secara luas. Transformasi digital ini menjadikan perangkat lunak bukan hanya sebagai alat teknis, tetapi juga sebagai infrastruktur strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam era digital yang semakin kompleks, kebutuhan akan rekayasa perangkat lunak (software engineering) yang andal, scalable, dan adaptif terhadap kompleksitas sosial menjadi sangat krusial. Keandalan (reliability) berarti perangkat lunak harus mampu beroperasi secara konsisten tanpa kesalahan fatal, terutama dalam sistem-sistem kritis seperti layanan kesehatan, keuangan, atau transportasi publik. Skalabilitas merujuk pada kemampuan perangkat lunak untuk menangani peningkatan jumlah pengguna, data, dan permintaan tanpa mengorbankan performa. Hal ini penting dalam konteks sistem nasional seperti e-learning, e-commerce, atau sistem pemerintahan digital yang melibatkan jutaan pengguna secara simultan. perangkat lunak juga harus adaptif terhadap kompleksitas sosial, yaitu mampu memahami dan merespons dinamika sosial, budaya, hukum, dan kebijakan yang beragam. Misalnya, software pelayanan publik harus mempertimbangkan perbedaan bahasa, aksesibilitas bagi kelompok rentan (seperti penyandang disabilitas), hingga keadilan dalam penyampaian layanan di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Perangkat lunak juga harus dapat beradaptasi dengan perubahan regulasi dan tuntutan masyarakat yang dinamis, misalnya dalam hal perlindungan data pribadi atau transparansi layanan publik.

Untuk menghasilkan perangkat lunak yang berkualitas tinggi, dibutuhkan kolaborasi strategis antara universitas sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan industri sebagai pelaku utama dalam penerapan teknologi di lapangan. Sinergi ini sangat penting karena universitas memiliki kekuatan dalam riset fundamental, pengembangan teori, serta inovasi jangka panjang, sementara industri memiliki pemahaman terhadap kebutuhan riil pasar, tantangan implementasi, serta tekanan untuk menghasilkan solusi yang efisien dan dapat langsung digunakan. Kolaborasi ini dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk: mulai dari program magang dan kerja praktik mahasiswa di perusahaan teknologi, proyek kolaboratif antara dosen dan praktisi industri, hingga inkubasi startup digital berbasis hasil riset kampus. Dengan pendekatan ini, lulusan perguruan tinggi akan lebih siap secara praktikal, dan perusahaan juga memperoleh akses terhadap riset mutakhir dan talenta berkualitas.

Teknologi Bernilai, Bangsa Bermakna

Percepatan teknologi, khususnya dalam bidang AI, cloud computing dan internet dan media sosial tengah membawa transformasi sosial yang masif. Namun, teknologi yang diciptakan tanpa pertimbangan etis dapat memperkuat bias sosial yang ada, menciptakan eksklusi digital, bahkan memperburuk kesenjangan ekonomi dan akses terhadap informasi. Algoritma AI, misalnya, jika dilatih dengan data yang tidak inklusif, dapat menghasilkan keputusan yang diskriminatif—baik dalam sistem hukum, layanan kesehatan, maupun rekrutmen kerja dan bias gender. Head of Programme UN Women Indonesia menyampaikan bahwa pada tahun 2025, diperkirakan 75% pekerjaan akan terkait dengan bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Namun, perempuan hanya mengisi sekitar 22% dari posisi di bidang AI secara global.

Oleh karena itu, kedalaman nilai dan etika harus menjadi fondasi dalam setiap lompatan teknologi. Ini bukan tugas pasar atau industri semata, tetapi memerlukan peran aktif para akademisi dan ilmuwan sebagai penyeimbang. Akademisi bukan hanya penghasil inovasi, tetapi juga penjaga arah dan penafsir nilai. Kampus harus menjadi ruang kontemplatif di mana teknologi tidak hanya dikembangkan, tapi juga dikritisi dan diuji secara etis.

Peran akademisi sebagai pendidik dan ilmuwan semakin penting saat dunia menghadapi tantangan yang bersifat eksistensial. Melalui riset interdisipliner, menanamkan kejujuran dan dialog publik, akademisi dapat membentuk pemahaman kolektif tentang bagaimana teknologi harus diarahkan untuk kebaikan bersama. Inovasi AI harus diarahkan untuk kepentingan kemanusiaan, suatu pendekatan yang kini banyak dikenal dengan istilah Humanitarian AI.

Menyadari dampak luas dari kemajuan teknologi terhadap masyarakat dan peradaban, Universitas Bina Nusantara melalui Dewan Guru Besar (DGB) berkomitmen untuk berperan aktif dalam membentuk arah perkembangan teknologi yang bermakna. Komitmen ini diwujudkan melalui dukungan terhadap kebijakan publik yang berbasis pada sains dan teknologi, pengembangan teknologi yang selaras dengan konteks budaya dan kebutuhan masyarakat, serta pengintegrasian prinsip etika, keberlanjutan, keadilan sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan dalam seluruh proses inovasi.

Refleksi Akademik untuk Arah Teknologi Bangsa

Penggunaan kemajuan teknologi yang canggih akan sangat bermanfaat bagi kemajuan bangsa, namun sebuah bangsa besar bukan hanya mengadopsi teknologi, tapi turut menentukan arahnya. Untuk itu kita harus selalu belajar dan melakukan penelitian untuk dapat selalu membuat inovasi yang sesuai dengan karakteristik dari bangsa kita sendiri, menjaga arah inovasi yang sesuai dengan lingkungan kita, dan menciptakan teknologi yang tepat guna dapat berdampak kepada seluruh lapisan masyarakat luas.

Sesuai dengan era Society 5.0 dimana teknologi dan data digital harus dapat membantu mencari solusi dari segala masalah yang sebelumnya tidak dapat dipecahkan yang berfokus pada kepentingan manusia. Oleh karena itu, semua inovasi harus berfokus atau terarah kepada nilai kemanusiaan. Teknologi yang hebat tanpa nilai akan kehilangan arah. Kita butuh inovasi yang berpihak pada manusia.

Di era dunia digital ini, data merupakan sesuatu yang sangat berharga. Oleh karena itu sebagai bangsa yang besar, sudah saatnya kita harus dapat menggunakan teknologi untuk membuat, memproses, dan menganalisa data sendiri serta memanfaatkan hasil analisa data tersebut bagi kepentingan bangsa. Keamanan digital adalah kedaulatan. Kita tidak bisa hanya bergantung pada luar negeri. Kebocoran data dapat berpotensi merugikan dan bahkan dapat mengakibatkan kelumpuhan negara. 

Oleh karena itu dengan melihat kondisi saat ini maka ada beberapa potensi yang harus dikembangkan untuk mewujudkan Indonesia emas di tahun 2045, yaitu di bidang AI, cyber security, dan software engineering termasuk game. Game adalah bahasa baru generasi muda, kita harus hadir di sana, bukan menjauhinya.

Salah satu tantangan dalam memanfaatkan teknologi dan kedaulatan digital saat ini adalah kurangnya kolaborasi antara akademisi, industri dan pemerintah. Seringkali penelitian yang dilakukan oleh akademisi tidak dapat diterima pihak industri dan kadang tersandung oleh regulasi yang ada. Untuk itu seluruh pihak harus selalu melakukan diskusi untuk menyesuaikan arah teknologi antara akademisi–industri–pemerintah. Sinergi ini dapat mempercepat dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang Bersatu, Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan, yang mana adalah sebagai visi dari Indonesia Emas 2045.

PENULIS

Prof. Dr. Ir. Derwin Suhartono, S.Kom., MTI

Derwin Suhartono adalah Profesor di bidang Artificial Intelligence di Universitas Bina Nusantara, yang meraih gelar Doktor dari Universitas Indonesia. Ia aktif melakukan penelitian di bidang Natural Language Processing, khususnya Personality Computation, serta mengeksplorasi penerapan AI dalam etika digital dan pendidikan. Selain mengajar dan meneliti, ia juga memimpin berbagai inisiatif akademik untuk pengembangan talenta AI dan penguatan ekosistem riset nasional.

Prof. Dr. Ir. Widodo Budiharto, S.Si., M.Kom., IPM.

Widodo Budiharto adalah Profesor di bidang Artificial Intelligence di Universitas Bina Nusantara, yang meraih gelar Doktor dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Fokus penelitiannya mencakup robotika cerdas, computer vision, dan sistem AI untuk keamanan serta aplikasi publik. Ia juga aktif memimpin kolaborasi riset interdisipliner dan mendorong inovasi teknologi di lingkungan akademik dan industri nasional.

Prof. Benfano Soewito, M.Sc., Ph.D

Benfano Soewito adalah Profesor di bidang Ilmu Komputer di Universitas Bina Nusantara, yang meraih gelar Ph.D. dari Southern Illinois University, Carbondale. Penelitiannya berfokus pada internet processing and scanning, router development serta security and computer network. Ia juga aktif membimbing mahasiswa pascasarjana serta berperan aktif sebagai moderator dalam forum internasional dan webinar teknologi

Prof. Abba Suganda Girsang, S.T., M.Cs., Ph.D.

Abba Suganda Girsang adalah Guru Besar bidang Soft Computing di Universitas Bina Nusantara dan meraih gelar Ph.D. dari National Cheng Kung University (NCKU), Taiwan. Penelitiannya mencakup business intelligence, social media mining, dan machine learning. Ia juga aktif dalam pembinaan mahasiswa pascasarjana serta mendorong kolaborasi riset lintas disiplin di lingkungan akademik dan industri.