Agama, Bhinneka Tunggal Ika dan Perdamaian

Nama : Kirey Sarira Muliawan

NIM : 2201766085

Kelas : LA17 – Universitas Bina Nusantara

Tuhan memang mentakdirkan kita harus berbeda-beda, tapi Tuhan menitipkan 1 pesan yaitu kasihNya lah yang mempertemukan kita semua. Di Indonesia, semua harus memiliki agama dan tidak diijinkan masyarakat berbuat kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Jika pola-pola perdamaian tidak disosialisasikan terus menerus, beliau khawatir kita memperlakukan orang lain atau menilai orang lain berdasarkan agamanya, sukunya, dan asalnya. Maka dari itu, setiap kitab suci mengajarkan bahwa manusia harus hidup dalam takut akan Tuhan. Dikhawatirkan suatu saat nanti mereka akan meninggalkan generasi-generasi mereka yang lemah dari sisi pengetahuan, budaya, dan iman, memiliki pengetahuan agama yang sangat rendah kemudian orang tersebut membenturkan antarumat beragama. Orang tersebut tidak boleh hidup di negeri ini. Itu sebabnya, beliau selalu menyampaikan pesan-pesan kedamaian.

Setiap kitab suci pastinya mengajarkan cinta dan kasih, dan kita sebagai orang beriman harus meneladani ajaran kita. Kedamaian harus selalu hadir di antara kita untuk bisa menentukan jati diri kita dalam hidup dan kedamaian, harus memegang satu nilai yaitu kejujuran. Jujur adalah bagian yang terpenting dalam membangun suatu karakter, jiwa, dan kehormatan kita. Honesty is the first chapter of the book of wisdom. Di negeri Indonesia ini tidak boleh terjadi diskriminasi, karena apa yang sakit menurutmu, pasti sakit juga bagi orang lain.

  • Believe in God adalah sistem nilai yang menjelma dalam seluruh keyakinan kita
  • Intellectual Knowledge dengan ilmu pengetahuan, orang dapat mengetahui jati dirinya
  • Culture, kita punya kultur untuk hidup rukun dan damai. Kedamaian dan cinta kasih Tuhan selalu menyertai kita
  • Resources, kita harus mempersiapkan generasi-generasi baru yang kuat
  • Legacy, tidak mungkin generasi kita akan baik kalau kita tidak memulai dari sekarang. Kita harus selalu sosialisasikan cinta kasih perdamaian, dan bahwa ruh Tuhan ada pada kita semua. Tuhan tidak pernah pilih kasih terhadap umatnya, Dia mencintai kita semua.

Allah bersemayam dalam kalbu kita, dalam semangat silahturami kita harus saling menjalin kasih di antara kita. The goodness in me greet the goodness in you. Dalam setiap kitab suci mengatakan bahwa roh Allah ada di dalam diri manusia, karena itu setiap kita berjumpa dan bersilahturami, kita mempertemukan roh Allah tersebut di antara kita. Bagian dari roh Allah itu adalah kebijaksanaan dan kearifan yang hendak kita bagi bersama supaya setiap manusia bisa saling menguatkan.

Puncak kebahagiaan dan keberhasilan seorang guru adalah ketika melihat muridnya lebih dari dia. Kemanusiaan itu satu, kitab suci juga substansinya sama. Kalau semua kitab suci dipadatkan, maka hasil pemadatannya hanyalah satu kata, yaitu kasih. Kalau ada orang yang melakukan kekerasan atas nama agama, pasti itu bukan agama. Penafsiran bagaimanapun, kalau menuju kepada kekerasan haruslah ditolak. Karena petidak ada kekerasan dalam agama manapun. Kekerasan dan ketegasan itu berbeda, ggama itu tegas, tapi bukan keras. Setiap sesuatu akan berbeda pada jamannya, termasuk mengartikan kitab suci. Setiap 100 tahun makna kosakata akan berubah, maka dari itu kita harus selalu berusaha memahaminya. Kita harus menafsirkan apa makna ayat tersebut pada waktu itu. Kita tidak bisa hanya menerjemahkan, tetapi juga harus benar-benar memahami. Persyaratan untuk menjadi seorang tokoh adalah harus sudah pernah dianggap gila.

Dalam kekristenan sendiri bahwa dengan adanya kebhinekaan ini justru memfasilitasi kekristenan ada di Indonesia, sekaligus menjadi Kristen yang Indonesia atau sebaliknya, Indonesia yang Kristen. Di dalam kasih memiliki nilai kemanusiaan yang paling penting, karena yang mengasihi adalah manusia itu sendiri. Dan hal yang utama dalam kebersamaan kita antar umat beragama mau tidak mau harus berlandaskan kasih. Ada perumpamaan dalam Kristen tentang orang samaria yang baik hati dan manusiawi. Ia menolong orang yang berbeda yang mengalami kesusahan, sedangkan orang lain tidak mau menolongnya. Ketika menjadi orang yang beragama, pengikut Kristus yang sejati adalah orang yang manusiawi dan penuh kasih. Kita juga harus bijak, kita mengakui adanya konsensus. Kata Yesus, berilah apa yang menjadi hak kaisar, dan berilah apa yang menjadi hak Allah. Menjadi warga negara yang baik juga sama dengan menjadi Kristen yang baik. Dalam kehidupan negara, selain berbahasa kasih dan kemanusiaan, kita juga harus berpijak pada konsensus yaitu Pancasila, UUD, dan 4 pilar. Jangan pernah melupakan bahwa kita Indonesia adalah negara hukum. Kita juga hendaknya menciptakan ketertiban umum, kita harus berkorban seperti Kristus yang berkorban untuk manusia karena Ia tidak akan meninggalkan kita. Immanuel, Allah beserta kita. Tidak ada kedamaian di negara jika tidak ada kedamaian di antara umat beragama.

Kita beruntung lahir di Indonesia karena ada Pancasila dengan sila pertamanya yang mewajibkan masyarakatnya untuk memeluk agama dan semenjak kecil sudah diajarkan tentang agama, sedangkan di luar negeri tidak semua sekolah diberikan pelajaran agama. Hidup di Indonesia tercinta yang kaya ini, kita harus menumbuhkan rasa toleransi, cinta kasih, saling menghormati dan menghargai antar sesama manusia.