Review Series: Stranger Things

Oleh: Zuleykha Zaskiah (2902608266)

Sejak pertama kali dirilis pada Juli 2016, Stranger Things langsung mencuri perhatian publik internasional. Serial garapan Duffer Brothers ini menghadirkan suasana era 1980-an melalui latar kota fiksi Hawkins, Indiana, yang tampak tenang namun penuh dengan misteri. Perpaduan genre fiksi ilmiah, horor, dan drama remaja membuat serial ini tampil berbeda, sekaligus memunculkan rasa nostalgia bagi penonton yang mengenal dunia kaset, arcade, dan sepeda BMX.

Kisah dimulai pada November 1983 ketika Will Byers menghilang dalam perjalanan pulang. Peristiwa itu membuat ibunya, Joyce, serta Kepala Polisi Hawkins, Jim Hopper, melakukan pencarian intensif. Tidak kalah gigih, tiga sahabat Will, Mike, Dustin, dan Lucas ikut berusaha menemukan jawaban. Dalam proses pencarian itulah mereka bertemu dengan seorang gadis misterius berkepala botak yang kemudian mereka panggil Eleven. Meskipun pendiam, Eleven memiliki kemampuan super yang tidak biasa. Dari dirinya pula terungkap bahwa Hawkins National Laboratory telah membuka gerbang menuju dimensi lain yang gelap dan berbahaya, yaitu Upside Down. Portal tersebut menjadi sumber munculnya berbagai makhluk menakutkan, termasuk Demogorgon yang menjadi ancaman utama pada musim pertama.

Pada musim kedua, ancaman tidak lagi sebatas monster, melainkan hadir dalam bentuk Mind Flayer, sosok besar yang mampu mengendalikan pikiran manusia. Will, yang kembali dari Upside Down, masih terus mengalami gangguan dan menjadi sasaran manipulasi makhluk itu. Musim ketiga kemudian membawa cerita ke pusat perbelanjaan Starcourt, tempat sekelompok agen Soviet berupaya membuka portal baru. Konflik semakin bervariasi, mulai dari aksi penyelidikan hingga dinamika pertemanan dan romansa khas remaja.

Musim keempat menjadi titik balik besar dalam alur cerita. Eleven harus menghadapi Vecna, musuh yang menyerang korban melalui trauma masa lalu mereka. Cerita berkembang ke berbagai tempat dari California hingga Rusia namun tetap mempertahankan fokus pada nilai persahabatan dan tekad melindungi orang-orang terdekat. Ancaman yang semakin besar membuat konflik terasa lebih intens dibandingkan musim-musim sebelumnya.

Keberhasilan Stranger Things tidak hanya terletak pada ceritanya yang penuh kejutan, tetapi juga karakter-karakternya yang kuat dan mudah diingat. Eleven menjadi simbol kekuatan, sementara Dustin dikenal dengan kecerdasan dan selera humornya. Selain itu, referensi budaya pop 1980-an, musik jadul, serta gaya visual yang khas membuat serial ini memiliki daya tarik yang besar.

Sekarang, ketika musim kelima yang menjadi penutup mulai dirilis pada akhir November 2025, para penggemar menantikan bagaimana kisah Upside Down akan ditutup. Dengan segala ketegangan dan nilai persahabatan yang telah dibangun sejak musim pertama, Stranger Things telah menjadi lebih dari sekadar serial horor tetapi ia menjadi cerita tentang keberanian remaja dalam menghadapi petualangan misterius.

Yustinus Suhardi Ruman