Aku dan Philia 

Oleh: Manda Zaneta

Cinta adalah sesuatu yang sangat sulit dijelaskan, karena tidak ada wujud yang bisa kita gunakan untuk mendeskripsikan sebuah kata cinta tersebut. Ia tidak bisa dilihat ataupun diukur. Berbeda dengan mencintai, kata kerja yang menurutku sangat indah, rumit dijelaskan, tapi juga sangat bisa dirasakan. Perlu juga diingat bahwa, mencintai itu tidak semata-mata tentang afirmasi yang kita berikan, melainkan juga tentang usaha, pengertian, dan ketulusan kasih

Pernah satu kali aku menaruh cintaku kepada seseorang yang kukira pantas menerimanya. Sampai aku lupa bahwa tidak semua orang memahami nilai dari hati yang tulus. Dari sinilah pandanganku tentang cinta berubah. Arti cinta yang tertanam dalam pikiranku hanyalah ilusi semata yang diciptakan untuk menipu hati dan meninggalkan luka dan hal ini seketika berubah semejak kehadiran Philia. Pertama kali aku mengenalnya tak ada sedikit pun harapan yang ku taruh padanya karena saat itu aku masih terjebak dalam masa laluku yang mungkin membuatku agak menjaga jarak dari Philia. Namun entah bagaimana, perlahan kehadirannya mengubah sesuatu dalam diriku. Bagaikan terangnya bulan di tengah malam, Phila menyalakan lilin yang lama padam di dalam hatiku.

Hari-hariku bersama Philia selalu indah. Setiap pagi, hal pertama yang muncul di benakku adalah dirinya, bahkan sampai saat ini. Setiap tawa yang diberikannya seolah menambal luka-luka lama yang kupikir tak akan pernah sembuh. Bulan Mei menjadi saksi masa-masa paling berwarna dalam hidupku semenjak kehadiran Philia. Walau dari awal kami menyadari bahwa waktu kami terbatas, mengingat studi yang akan ku tempuh di Jakarta pada bulan Agustus mendatang, kami percaya bahwa vibrasi cinta kami cukup kuat untuk menaklukan jarak yang ada di antara kami.

Namun memang benar kata orang, bahwa kenyataan tidak selalu seindah harapan. Saat jarak hadir dalam hubungan kami pelan-pelan masalah muncul. Masalah-masalah yang berubah menjadi ruang yang berjarak. Memang kami mencintai satu sama lain, namun apalah fungsi cinta jika ego berdiri di antara dua hati. Membangun dinding yang bahkan kasihpun tak sanggup untuk menembus. Maka tibalah saat di mana cerita kami harus berakhir.

Kuingat sekali malam itu, hidupku terasa seperti diterjang angin yang mebawaku ke masa kelam. Dimana luka kering seketika tergores dan malah menimbulkan sakit yang lebih dalam. Segalanya terasa sangat kosong semenjak kepergian Philia. Setiap pagi aku bangun hanya untuk menatap layar ponselku yang sudah tidak lagi dipenuhi oleh pesan darinya. Amarah dan rasa kecewa adalah satu-satunya hal yang kumiliki untuk Philia. Setiap hari aku menyalahkannya, menyalahkan keadaan, dan bahkan menyalahkan diriku sendiri untuk apa yang terjadi. Aku mulai mencari pembenaran dari orang terdekatku, seolah validasi dapat menyembuhkan luka yang kutimbulkan sendiri.

Ragaku hidup tapi jiwaku ikut tenggelam dalam ketidakhadiran Philia, hingga perlahan aku kehilangan diriku sendiri. Aku pun mulai menarik diri dari dunia luar dan dalam keheningan aku duduk dengan Tuhan. Tangisan yang mengiringi setiap doaku membawaku menuju kedamaian yang selama ini kurindukan. Dalam setiap isak, ada luka yang perlahan sembuh, dan ada keikhlasan juga yang perlahan tumbuh. Kini setelah kutemukan damai dalam diriku, aku memahami bahwa kepergian Philia bukan lah hukuman, melainkan cara Tuhan untuk mengajariku makna mencintai sesungguhnya.

Kusadari juga bahwa terkadang dalam hubungan kita bisa sangat mencintai seseorang dengan sepenuh hati, tetapi cinta yang kita beri tidak selalu mendapat balasan yang sama, dan barangkali kesamaan itu datang dalam wujud yang berbeda yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Namun, tetaplah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Bahwa mencintai itu tidak semata-mata tentang memiliki, tapi juga melepaskannya dengan ketulusan. Melepaskan juga bukan berarti berhenti mencintai, melainkan memberi ruang untuk cinta tetap hidup dalam setiap doa dan ingatan. Sekarang, setiap Philia terlintas di benakku, yang muncul bukan lagi sakit atau amarah, tapi rasa syukur. Untuk pernah bisa merasakan cinta seindah itu merupakan suatu berkat bagiku.

Dan untuk Philia, dimanapun kamu berada doaku selalu menyertaimu. Meski kita tak lagi berjalan beriringan, sebagian cintaku akan selalu ada pada dirimu, di antara doa dan keheningan malam yang sampai saat ini mengingat namamu.

Yustinus Suhardi Ruman