Dari Layar ke Wajah: Pengaruh Media Sosial terhadap Tren Makeup dan Standar Kecantikan di Indonesia
Oleh: Annisa Azqiah
Pada era sekarang ini, media sosial memiliki dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan melalui cara pandang dan komentar yang diberikan oleh pengguna media sosial terhadap penampilan seseorang. Melalui media sosial, masyarakat secara tidak langsung membentuk standar mengenai siapa yang dianggap cantik dan siapa yang tidak. Kondisi ini dapat membuat seseorang yang memiliki hobi merias wajah (makeup) menjadi kurang percaya diri apabila hasil riasannya tidak sesuai dengan standar kecantikan yang populer di internet. Sebaliknya, jika makeup yang ia kenakan memenuhi standar kecantikan tersebut, ia cenderung merasa lebih percaya diri.
Fenomena ini menunjukkan bahwa internet dan media sosial memiliki peran besar dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap kecantikan. Melalui berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, tren makeup dengan cepat menyebar dan memengaruhi cara seseorang menilai dirinya sendiri maupun orang lain. Banyak influencer kecantikan yang menampilkan gaya riasan tertentu hingga akhirnya menjadi acuan bagi para pengikutnya. Akibatnya, standar kecantikan seolah menjadi seragam dan menekan keberagaman gaya atau karakter wajah. Hal ini membuat sebagian orang merasa perlu menyesuaikan diri agar diterima secara sosial di dunia maya.
Sebagai contoh yang cukup relevan, beauty vlogger ternama Tasya Farasya mencerminkan bagaimana standar kecantikan di media sosial bisa menekan para perempuan untuk selalu tampil “sempurna” dengan makeup. Menurut analisis penelitian, konten TikTok Tasya Farasya memiliki pengaruh signifikan dalam menumbuhkan ketergantungan pengikut terhadap tips kecantikan dan makeup. Sebagai seorang influencer, Tasya Farasya sering menunjukkan riasan wajah yang flawless, yang kemudian menjadi acuan ideal kecantikan di kalangan warganet. Tekanan ini tidak hanya dirasakan oleh pengikutnya, tetapi menurut beberapa studi, juga turut memperkuat gambaran bahwa “cantik itu berarti makeup yang tebal atau sempurna”, padahal tidak semua orang mampu atau nyaman selalu tampil seperti itu.
Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa internet dan media sosial memiliki pengaruh besar dalam membentuk tren makeup serta standar kecantikan di Indonesia. Meskipun tren tersebut dapat menjadi sarana berekspresi dan berbagi kreativitas, namun tidak sedikit pula yang justru merasa tertekan untuk menyesuaikan diri dengan standar yang diciptakan dunia maya. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk menyadari bahwa kecantikan bersifat relatif dan tidak harus ditentukan oleh pandangan orang lain atau tren yang sedang populer. Makeup seharusnya menjadi alat untuk mengekspresikan diri, bukan sebagai ukuran nilai diri seseorang. Diharapkan masyarakat, khususnya generasi muda, dapat lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan mampu membangun rasa percaya diri berdasarkan keunikan masing-masing, bukan berdasarkan standar kecantikan semata.