Teknologi Tidak Lagi Netral
Oleh: Sitti Aaisyah, S.Fil.,M.Phil.,Ph.D
Masihkah kIta bisa berkata bahwa teknologi itu netral? Pernyataan man behind the gun ingin menyampaikan bahwa kitalah manusia yang menentukan apakah senjata kita pakai untuk membunuh seperti seorang psikopat yang haus darah atau sebagai alat untuk membela diri dari mereka yang mengancam nyawa kita. Apakah pisau digunakan untuk menusuk seseorang ataukah dipakai memotong bawang? Pernyataan itu ingin menunjukkan bahwa teknologi sebagai alat adalah netral dan manusialah yang mengoperasionalkan. Namun, saya menyangsikan hal itu.
Di tengah kepungan simulakrum, berbagai kebohongan dipabrikasi massal dan diterima sebagai sebuah kenyataan. Simulakrum hadir mengepung kesadaran kita setiap hari, dan bagai ranting kecil di tengah arus sungai yang kencang, kita manusia tidak bisa tahan akan gempuran tersebut. Kesadaran kita pun ikut retak, sehingga bagai orang mabuk, tidak memiliki pijakan kebenaran yang solid. Masihkah kita bisa menganggap kuasa masih ada di tangan manusia sedangkan kesadarannya sekalipun telah dirusak berkali-kali dan setiap hari oleh mesin raksasaa pengahsil simulakrum?
Tidak, teknologi tidak lagi netral. Manusia tidak lagi menjadi makhluk bebas bagai seorang sais yang mengendalikan delman. Kita telah diarahkan oleh kepungan simulakrum dan teknologi, khususnya teknologi informasi yang telah mengarahkan kehidupan kita menuju otomatisasi. Bagaimana kita bisa menentukan sesuatu sedang kita sendiri telah terdikte oleh eksternal kita? Benarlah Mahmoud Darwish, seorang sastrawan Palestina, ketika berkata realitas yang retak dan kesadaran yang retak, kita hanya butuh segelas kopi untuk keluar dari kegilaan ini meski sesaat.