Doxa, Episteme, dan Gnosis

Oleh: Sitti Aaisyah, S.Fil.,M.Phil.,Ph.D

Aristoteles menyebut ada tiga jenis pengetahuan, yaitu doxa, episteme, dan gnosis. Apa perbedaan dari ketiga istilah tersebut? Doxa adalah suatu pengetahuan yang tidak mendalam, diperoleh dari pihak lain yang tidak membutuhkan rasionalisasi atau penjelasan sebab-akibatnya. Sebagai contoh, menurut gosip di tukang sayur tadi pagi, Pak Andi seorang ningrat. Menurut berita, hari ini akan terjadi hujan. Tanpa melakukan pelacakan atas informasi tersebut, informasi diterima begitu saja dan diyakini sebagai kebenaran. Disini, level pengetahuan doxa hampir seperti dogma atau keyakinan.

Adapun episteme, yaitu pengetahuan yang dihasilkan dari proses rasionalisasi dan pengukuran yang sistematis. Sebagai contoh, Einstein membuktikan teori relativitas E:MC2. Tuhan bisa dibuktikan keberadaannya melalui teori causalitas, dimana dunia yang indah dan sempurna ini pastilah ada suatu individu yang menciptakannya yang menjadi sebab pertama.

Mengenai gnosis, pengetahuan yang divalidasi dari pengalaman pribadi. Sebagai contoh seorang bercerita bahwa sulit menjadikan teman oran yang berkhianat, tervalidasi dari pengalaman pahitnya yang pernah mengalami penghianatan sehingga membenarkan pernyataan tersebut.

Dari penjelasan tiga jenis pegetahuan di atas, hal yang paling melekat dalam struktur pengetahuan kita adalah doxa, cenderung mempercayai suatu sumber tanpa melacak keabsahan informasi tersebut. Aktivitas kita yang terbiasa membaca tulisan di kemasan suatu produk, tanpa melakukan uji laboratorium, kita percaya saja pada apa yang tertulis. Melek baca kit atidak berimplikasi langsung pada nalar kritis, karena sulitnya memvalidasi keabsahan suatu info yang mana membutuhkan waktu, energi, dan daya nalar tinggi untuk melakukan pengujian, kita cenderung memilih jalan mudah, yaiu doxa. Percaya saja.  Bukankah berpikir adalah pekerjaan yang paling sulit bagi manusia dan kepercayaan adalah hal termudah dalam hidup?

Sitti Aaisyah, S.Fil.,M.Phil.,Ph.D