Bersama Meski Tak Sama
Oleh: Dian Anggraini Kusumajati, S.Psi., M.Psi
Ketika kecil, kita terbiasa berteman tanpa banyak pertimbangan. Anak-anak bisa bermain bersama karena kebetulan, tanpa bertanya tentang asal-usul, latar belakang keluarga, atau keyakinan mereka. Main yuk! Ini adalah ajakan yang umum dilakukan anak-anak. Dunia anak penuh dengan keceriaan dan kebersamaan, tetapi yang paling penting adalah kebersamaan. Mereka cepat berdamai dan tertawa bersama bahkan ketika ada perselisihan kecil. Ini menunjukkan bahwa manusia pada dasarnya mampu menerima perbedaan dengan tulus.
Namun, dengan bertambahnya usia, mulai muncul berbagai perbedaan dan bebeda dari sebelumnya. Lingkungan mulai memberi pengaruh besar, seperti sekolah dengan berbagai tuntutan, masyarakat dengan norma yang harus dipatuhi, keluarga dengan aturan dan prinsip, dan pengalaman hidup yang kadang-kadang mengubah cara kita melihat dunia. Dengan waktu, kita belajar membedakan mana yang dianggap pantas atau tidak pantas, benar atau salah. Akibatnya, kita cenderung merasa nyaman dengan orang yang sejalan dengan kita dan kemudian mulai menjaga jarak dengan orang lain. Pada titik ini, perbedaan sering dianggap sebagai tembok, meskipun sebenarnya ia dapat berfungsi sebagai jembatan.
Sebenarnya, perbedaan adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Tidak ada dua individu yang benar-benar identik. Cara pandang, sikap, dan pilihan hidup setiap orang pasti berbeda. Kita mungkin memilih jalan kanan, tetapi orang lain mungkin lebih suka jalan kiri atau bahkan jalan yang sama sekali berbeda. Apakah memilih yang jalan yang berbeda salah?. Setiap orang memiliki sudut pandang unik dalam menjalani hidup, dan perbedaan hanyalah buktinya.
Berteman dengan orang yang berbeda justru memberi banyak pelajaran berharga. Kita belajar untuk lebih terbuka, mendengarkan sebelum menilai, dan menyadari bahwa kebenaran tidak selalu berada di pihak kita. Dengan menempatkan diri pada posisi orang lain, kita juga belajar empati, dan kita akan memperoleh pengalaman baru yang tidak akan kita temui jika hanya bergaul dengan orang yang sama.
Pada akhirnya, persahabatan sejati tidak lahir dari keseragaman, melainkan dari hati yang mampu menerima perbedaan. Dunia ini indah justru karena warnanya yang beragam. Dengan merangkul perbedaan, kita bukan hanya menjaga persahabatan, tetapi juga merawat kemanusiaan. Dari perbedaan lahir penghargaan, dari penghargaan tumbuh kebersamaan, dan dari kebersamaan itulah kita menemukan makna hidup yang lebih dalam.