Karakter Penentu Arah Kecerdasan: Belajar dari Rubah
Oleh: Arcadius Benawa
Pada waktu Lecturers Gathering para Dosen CBDC beberapa waktu lalu di Vila Mutiara, Puncak, Bogor, Jawa Barat sempat menyeruak diskusi tentang kaitan karakter dan kecerdasan. Mana yang lebih penting? Karakter atau kecerdasan? Secara tak sengaja saya menemukan kisah tentang Rubah yang cerdas berhadapan dengan Singa dan Keledai dari sebuah akun di FB yang kurang lebih kisahnya demikian.
Alkisah ada seekor Singa sedang kelaparan. Singa itu memerintah seekor Rubah yang ia sandera. “Carikan aku makanan, atau aku akan memakanmu!”
Tersandera oleh omongan Singa, Rubah pun pergi menemui seekor Keledai. Ia pun berkata:
“Singa ingin menjadikanmu sebagai raja, ikutlah denganku!”
Ketika singa melihat keledai, ia pun langsung menggigit telinganya. Beruntung, Keledai berhasil melarikan diri. Lalu ia pun menemui Rubah dan berkata:
“Kau menipuku! Kau bilang Singa mau menjadikanku raja, ternyata ia justru mencoba membunuhku! Lihat nih telingaku digigitnya!”
Rubah menjawab:
“Jangan bodoh, Sobat! Ia itu hanya mengambil telingamu, supaya kau bisa memakai mahkota. Ayo, kita kembali menemuinya!”
Karena dirasa masuk akal penjelasan Rubah, Keledai pun mau mengikuti ajakan Rubah lagi. Sayangnya, kali ini Singa menyerang dan menggigit ekor sang Keledai! Keledai kembali melarikan diri dan kembali mengumpat pada Rubah seraya berkata:
“Kau berbohong lagi! Singa bahkan telah memotong ekorku!”
Rubah pun menjawab:
“Itu dilakukannya, agar kau bisa duduk dengan nyaman di atas takhta. Ayo, kembalilah kepadanya denganku!”
Untuk kesekian kalinya Rubah berhasil membujuk Keledai untuk kembali lagi pada Singa. Kali ini Singa langsung menangkap dan membunuh si Keledai. Lalu Singa pun berkata kepada Rubah:
“Kerjamu bagus dengan membawa Keledai ini kembali. Sekarang, ambil kulitnya dan bawakan kepadaku otak, paru-paru, hati, dan jantungnya!”
Rubah pun menguliti Keledai dan memakan otaknya, lalu membawa paru-paru, hati, dan jantung kepada Singa.
Singa pun marah dan bertanya: “Di mana otaknya?!”
Rubah pun menjawab: “Ia tidak punya otak, Tunaku Raja. Kalau keledai ini punya otak, tentu ia tak akan kembali kepada Tuanku setelah ia kesakitan berkali-kali dengan kehilangan telinga dan ekornya!”
Singa terdiam sejenak dan berkata: “O ya, benar sekali kau!”
Kisahnya hanya sampai di situ. Pesan moralnya apa?
Bagaimanapun kecerdasan ataupun kecerdikan itu memang merupakan kunci untuk bertahan hidup dan untuk mencapai tujuan. Namun demikian, tanpa karakter yang baik seperti integritas, kecerdasan ataupun kecerdikan itu justru bisa berubah menjadi akal-akalan atau tipu daya yang merugikan orang lain. Dan, pada akhirnya, kebodohan itu memang sering lahir dari ketidakmampuan kita untuk belajar dari pengalaman seperti Keledai yang berkali-kali tertipu itu tadi. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk berkarakter baik dengan membangun integritas diri dan bukan menyalah gunakannya untuk memanfaatkan kebodohan sesama.
Semoga bermanfaat.