Memahami Fatherless
Oleh: Petrus Hepi Witono
“I had no feeling for him. He did not seem to have anything to do with me. I felt no feeling of fatherhood.” – A Farewell to Arms – Ernest Hemingway
Konsep fatherless merujuk pada kondisi seorang anak yang tumbuh tanpa kehadiran figur ayah, baik secara fisik maupun emosional. Tidak selalu berarti ayah sudah meninggal, melainkan lebih pada absennya peran ayah dalam mendampingi perkembangan anak.
Situasi yang memunculkan kondisi ini beragam. Pertama, akibat perceraian atau perpisahan orang tua, di mana anak lebih banyak tinggal bersama ibu. Kedua, faktor ekonomi membuat banyak ayah bekerja jauh, misalnya menjadi buruh migran, sopir truk lintas daerah, atau pelaut, sehingga interaksi dengan anak sangat terbatas. Ketiga, adanya masalah sosial seperti kekerasan dalam rumah tangga, kecanduan, atau keputusan ayah meninggalkan keluarga. Bahkan dalam keluarga yang terlihat “utuh,” fatherless bisa terjadi ketika ayah hadir secara fisik tetapi pasif dalam pengasuhan, komunikasi, dan perhatian emosional.
Penting dipahami bahwa fatherless tidak identik dengan anak yang tidak dicintai ayah kandungnya. Cinta mungkin ada, tetapi jika tidak diwujudkan dalam bentuk keterlibatan, bimbingan, dan dukungan emosional, maka anak tetap merasakan “ketiadaan.” Dalam konteks ini, fatherless juga mencakup kondisi pembiaran, di mana anak kehilangan peran penting ayah sebagai pelindung, teladan, dan pemberi rasa aman.
Di Indonesia, fenomena fatherless cukup nyata. Data menunjukkan tingginya angka perceraian di berbagai daerah, yang seringkali berujung pada keterbatasan peran ayah dalam kehidupan anak. Selain itu, banyak keluarga pekerja migran yang meninggalkan anak di kampung halaman bersama kakek-nenek, sehingga peran ayah (dan juga ibu) tergantikan. Di perkotaan, kesibukan kerja yang berlebihan juga memunculkan “ayah yang hadir tapi tidak hadir,” yakni ada secara fisik tetapi jarang berinteraksi dengan anak.
Fenomena ini berdampak serius bagi perkembangan anak: rasa percaya diri yang rapuh, kesulitan membangun relasi sosial, bahkan kerentanan pada perilaku menyimpang. Oleh karena itu, memahami fatherless bukan hanya soal ketiadaan biologis, melainkan absennya peran ayah dalam memberi makna, cinta, dan arahan dalam kehidupan anak.
Bagaimana dengan pengalaman anda?