Berpacaran Kudus dalam Agama Katolik
Oleh: Timotius Ronald Cahyadi / PPTI 19 / 2702363973
Dalam ajaran Katolik, berpacaran bukan sekadar relasi antara dua orang, tetapi merupakan tahap persiapan menuju sakramen pernikahan yang kudus. Hubungan ini harus dibangun atas dasar cinta yang murni, saling menghormati, dan menjunjung tinggi martabat sebagai anak-anak Allah.
Hubungan yang baik tidak hanya terjalin diantara 2 orang namun ada campur tangan tuhan didalam mereka. Pasangan juga harus sadar bahwa membangun relasi yang baik dengan tuhan adalah hal yang sangat penting dalam hubungan. Pacaran kudus dilandasi oleh cinta kasih yang tulus dan sejati sehingga dapat mempersiapkan diri untuk menikah membentuk keluarga yang dikuduskan dalam sakramen perkawinan.
1 Tes 4:7 : Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus
Makna Berpacaran Kudus
Pacaran yang kudus mengacu pada hubungan yang tidak hanya berlandaskan perasaan cinta, tetapi juga bertujuan untuk membangun komitmen yang bertanggung jawab dan berkenan di hadapan Tuhan. Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK 2350), Gereja menekankan pentingnya kemurnian dalam berpacaran, yaitu menjaga diri dari hubungan yang bertentangan dengan kehendak Allah.
KGK 2350: Pasangan pengantin dihimbau agar hidup murni dalam suasana berpantang. Mereka harus melihat waktu percobaan ini sebagai waktu, di mana mereka belajar, saling menghormati dan saling menyatakan kesetiaan dengan harapan, bahwa mereka dianugerahkan oleh Allah satu untuk yang lain. Mereka harus menjauhkan diri dari semua hubungan cinta kasih, yang dikhususkan dalam cinta kasih suami isteri, sampai pada waktu menikah. Mereka harus saling membantu agar dapat tumbuh dalam kemurnian.
Menjaga Kemurnian dalam Pacaran
Menjalani pacaran kudus berarti menghindari tindakan yang bisa menjerumuskan dalam dosa, seperti hubungan seksual di luar pernikahan. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 6:18-20 mengingatkan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus, sehingga harus dijaga dengan penuh hormat. Kemurnian bukan hanya soal fisik, tetapi juga hati dan pikiran yang diarahkan pada kebaikan dan kehendak Tuhan.
Komunikasi dan Doa Bersama
Pacaran yang sehat dan kudus membutuhkan komunikasi yang terbuka dan jujur. Pasangan yang berkomitmen untuk hidup dalam kekudusan sebaiknya saling mendukung dalam iman, misalnya dengan berdoa bersama, mengikuti Misa, dan membaca Kitab Suci. Dengan demikian, relasi mereka tidak hanya berpusat pada kesenangan duniawi, tetapi juga bertumbuh dalam spiritualitas yang lebih dalam.
Mengandalkan Tuhan dalam Hubungan
Setiap hubungan memiliki tantangan, namun pasangan yang menempatkan Tuhan di pusat relasi mereka akan lebih mudah menghadapi rintangan dengan sikap yang benar. Dalam Amsal 3:5-6, kita diajarkan untuk mengandalkan Tuhan dalam segala hal, termasuk dalam berpacaran. Dengan membangun hubungan berdasarkan kasih yang sejati dan berlandaskan iman, pasangan akan lebih siap dalam memasuki kehidupan pernikahan yang diberkati Tuhan.
Pacaran kudus dalam ajaran Katolik bukan sekadar menjalin hubungan, tetapi merupakan bentuk persiapan menuju pernikahan yang dikehendaki Allah. Dengan menjaga kemurnian, berkomunikasi dengan baik, serta menempatkan Tuhan sebagai pusat hubungan, pasangan dapat menjalani relasi yang sehat dan penuh berkat.
Sumber:
- Katekismus Gereja Katolik (KGK 2350)
- 1 Korintus 6:18-20
- Amsal 3:5-6
- Ensiklik Humanae Vitae (1968) – Paus Paulus VI
- 1 Tesalonika 4:7