Keluarga dan Pembentukkan Karakter

Oleh: Dr. Iwan Irawan

Proses pembentukan karakter individu dimulai sejak lahir dan terus berlangsung sepanjang hidupnya. Keluarga menjadi lingkungan pertama di mana seseorang mempelajari nilai serta norma-norma sosial yang membentuk perilaku mereka dalam masyarakat.

Keluarga mengajarkan etika, norma, dan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, saat masih kecil, individu menerima pengajaran dari anggota keluarga tentang bagaimana berperilaku dan berinteraksi di masyarakat.

Keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak, memiliki peran dan tugas masing-masing, adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat. Keluarga adalah tempat utama di mana orang berbagi kasih sayang, menangani masalah, dan membentuk karakter mereka sendiri. Keluarga juga berfungsi sebagai tempat pertama anak sosialisasi, mulai dari adopsi hingga proses sosialisasi primer.

Keluarga juga merupakan tempat pertama dan utama untuk memberikan pendidikan masa depan bagi semua anak, yang dikenal sebagai fungsi sosialisasi dan pendidikan. Keluarga adalah unit masyarakat kecil yang selalu terkait dengan konteks budaya tertentu, termasuk gaya hidup, adat istiadat, kebiasaan, perilaku, bahasa, ucapan, dan minat. Keluarga adalah tempat untuk cinta dan tanggung jawab suami.

Proses pembentukan karakter dan penanaman nilai serta norma sosial juga sangat dipengaruhi oleh tindakan dan perilaku orang tua. Orang tua memiliki peran kunci dalam menentukan standar perilaku yang dianggap baik atau buruk bagi anak-anak. Melalui pengajaran dan pembiasaan, orang tua membantu membentuk karakter anak-anak dengan mendorong sikap-sikap seperti kesopanan, kejujuran, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kebiasaan-kebiasaan baik yang diajarkan sejak dini menjadi bagian dari karakter seseorang dan terus dipraktikkan ketika individu tersebut berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas pada masa dewasa.

Maka, peran keluarga dalam membentuk karakter dasar seseorang melalui penyampaian nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat, sangatlah penting. Saat beranjak dewasa dan mulai berinteraksi dengan beragam individu, penting bagi setiap orang untuk menghormati norma-norma sosial yang mungkin tidak diajarkan di keluarga, termasuk norma hukum sebagai bagian dari tanggung jawab kewarganegaraan yang baik, serta patuh terhadap semua peraturan yang ditetapkan oleh negara.

Salah satu norma sosial yang berkembang dalam keluarga adalah norma kesopanan. Norma ini menekankan pentingnya menjaga perilaku sopan termasuk sikap hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua dalam interaksi sehari-hari. Contoh konkritnya adalah ketika orang tua sedang berbicara, seorang anak diajarkan untuk tidak melawan atau memotong pembicaraan orang tua sebagai tanda penghormatan dan kesopanan.

Dengan mempraktikkan norma kesopanan dalam keluarga dapat membantu menghindari terjadinya konflik dan ketegangan yang tidak perlu, sehingga mernciptakan suasana yang harmonis dan damai dalam rumah tangga. Dalam keluarga, semua macam nilai sosial, termasuk nilai rohani, senantiasa ditanamkan pada anak-anak.

Nilai rohani mencakup aspek-aspek spiritual dan moral dalam kehidupan, seperti kejujuran, kebaikan, dan integritas. Sebagai contoh, seorang anak diajarkan oleh orang tuanya untuk berbicara jujur sejak kecil. Orang tua menekankan pentingnya kejujuran dalam interaksi dengan orang lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Selain memberikan ajaran, orang tua juga memberikan contoh langsung dengan menerapkan sikap jujur dalam perilaku mereka sehari-hari.

Dengan demikian, nilai rohani tidak hanya diajarkan secara verbal, tetapi juga dipraktikkan dalam tindakan nyata dalam keluarga. Hal ini membantu anak untuk memahami nilai tersebut, sehingga menjadi bagian dari karakter dan perilaku mereka ketika dewasa nanti.

Referensi:

Iwan Irawan