Pengembangan Sikap Inklusif Dalam Beragama
Oleh: Dr. Sukron Ma’mun, S.Ag., M.A
Dalam mewujudkan toleransi antarumat beragama dibutuhkan sikap-sikap beragama yang baik seperti sikap inklusif dalam beragama. Sikap inklusif harus dibina di kalangan umat beragama dengan memperkenalkan sikap-sikap sebagai berikut:
1. Prioritas Terhadap nilai-nilai dasar agama dibandingkan dengan simbol-simbolnya
Simbol-simbol agama memang penting terutama sebagai sarana mengekspresikan keimanan pada diri orang beragama. Namun terkadang orang terjebak hanya pada simbol yang bersifat lahiriahnya tanpa menghayati makna filosofis yang terdapat dalam simbol tersebut, sehingga menjadikan seseorang menjadi formalis agama. Oleh karena itu, penekanan pada elemen-elemen ruhani dalam beragama, terutama dalam pelaksanaan ritus menjadi poin penting.
2. Reinterpretasi kitab suci.
Meskipun kitab suci telah sempurna diturunkan, namun, tidak ada satu orang pun yang boleh mengklaim dirinya telah memahami kitab suci dengan sempurna dan paling benar. Apalagi kehidupan terus berkembang dan masyarakat juga mengalami perubahan, oleh karena itu penafsiran Kembali terhadap teks kitab suci diperlukan dalam rangka mendapatkan aturan-aturan praktis keputusan hukum yang sesuai dengan tuntutan zaman.
3. Mengimplementasikan kebaikan.
Setiap pemeluk agama sudah barang tentu memiliki keyakinan akan kebenaran agama yang dianut dan hal ini tidak salah. Namun, setiap pemeluk agama juga harus bisa membuktikan kebenaran agama yang dianutnya dengan tindakan konkret dalam aneka ragam kebaikan. Disamping itu, mereka juga tidak menutup mata akan kebaikan-kebaikan dari agama lain.
4. Mengedepankan dialog dan menjauhkan prasangka
Setiap pemeluk agama tidak boleh memiliki prasangka yang buruk terhadap agama lain. Orang yang inlusif selalu mengedapankan dialog untuk menemukan kebenaran dan menjauhkan dirinya dari sakwa sangka. Dengan dialog akan mengantarkan pada persamaan persepsi dan memperkecil jurang perbedaan antarumat beragama. Selanjutnya akan terwujud suasana saling menghargai antarumat beragama.
5. Mewujudkan nilai-nilai demokrasi
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat in umat manusia dihadapkan pada persoalan-persoalan kemanusiaan. Persoalan-persoalan seperti pelanggaran Hak Azasi Manusia, ketidakadilan, penindasan satu golongan terhadap golongan yang lain, dan lain sebagainya menjadi persoalan yang masih terjadi. Hal itu menunjukkan bahwa nilai-nilai demokrasi belum ditegakkan. Oleh karena itu, umat beragama harus mengambil peran untuk memberikan solusi dari permasalahan tersebut dengan ikut serta menegakkan nilai-nilai demokrasi pada agama masing-masing.