Membangun Spirit Keledai
Oleh: Arcadius Benawa
Mungkin dahi Anda berkerut saat membaca judul tulisan ini. Hal itu bisa dimengerti karena di masyarakat kita, Indonesia, keledai dikonotasikan dengan yang negatif atau peyoratif. Misalnya, dikaitkan dengan “kebodohan”. Hal ini dapat kita simak dalam peribahasa “Sebodoh-bodohnya keledai, ia tidak akan jatuh kedua kalinya pada lubang yang sama.” Peribahasa ini untuk menyindir orang yang keterlaluan bila sampai mengulangi kesalahan yang sama, karena keledai yang dungu pun tidak akan berbuat yang seperti itu. Namun tidak demikian halnya dalam tradisi Alkitabiah.
Dalam kisah Yesus yang memasuki kota Yerusalem menjelang hari raya Paskah Umat Yahudi, dikisahkan Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menunggang keledai. “Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya. Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi! Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: “Siapakah orang ini?” Dan orang banyak itu menyahut: “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.” (Matius 21: 7-11).
Dalam kisah itu mau dikatakan bahwa keledai adalah tunggangan seorang nabi. Hal ini dikontraskan dengan kuda yang adalah tunggangan bagi raja. Nabi berorientasi pada pelayanan kepada Umat, kerendahan hati dan kelemah-lembutan. Sedangkan raja berorientasi pada tahta dan kekuasaan, kejayaan dan keperkasaan. Dan, karena keledai itu diasosiasikan dengan kenabian, maka muncullah kisah di luar Alkitab namun tetap sejalan dengan warta kenabian.
Dikisahkan bahwa keledai yang ditunggangi Yesus saat masuk ke Yerusalem itu mengalami dua dorongan batin yang luar biasa kuatnya. Dorongan pertama mendesak keledai untuk mengklaim bahwa dirinya memang patut berbangga mendapat tepuk tangan, sorak sorai dari khalayak sedemikian rupa. Dorongan kedua membawa keledai untuk menyadari bahwa dirinya sedang menjalankan tugas untuk membawa Yesus masuk ke kota Yerusalem maka perlu rendah hati. Mau ikhlas mengakui bahwa tepuk tangan, sorak-sorai dan hamparan daun dan ranting palma itu 100% diberikan khalayak bagi Yesus, sang Nabi. Dengan dorongan kedua itulah keledai selayaknya makin hati-hati dalam membawakan dirinya karena di atasnya berkenan menunggang seorang Nabi.
Kisah keledai yang ditunggangi Yesus ketika memasuki kota Yerusalem ini di kemudian hari menjadi spirit yang harus dibangun oleh siapapun yang terpanggil untuk melayani dalam nama Tuhan. Kisah ini menyeruak dalam benak penulis, saat ada rekan yang memuji bahwa berkat doa pelayanan yang telah penulis lakukan, ayah rekan saya yang semula susah meninggal itu menjadi cepat meninggal dengan tenang, yakni satu jam setelah doa. Penulis sendiri sudah lupa akan kejadian tersebut. Namun ketika ada hal-hal seperti itulah kita diingatkan akan pentingnya spirit keledai Yesus. Bahwa pujian itu yang berhak menerima adalah Tuhan Yesus. Keledai hanyalah bertugas menjalankan kewajibannya, membawa Yesus masuk ke kota Yerusalem. Jangan sampai seorang pelayan dalam nama Tuhan Yesus jatuh dalam sikap angkuh dan mengklaim bahwa kejadian atau keberkahan itu adalah berkat kepiawaiannya. Maka daripada jatuh ke dalam sikap takabur, lebih baiklah kita membangun sikap syukur. Spirit keledai membawa kita pada sikap kerendahan hati, ikhlas, dan lepas bebas dari kecenderungan mencari pujian di dalam karya pelayanan.
Semoga kita semua dalam menjalankan tugas tetap dengan spirit keledai yang rendah hati dan ikhlas dalam totalitas membawa atau menghadirkan Tuhan melalui karya pelayanan kita yang prima, sehingga makin banyak orang diselamatkan karena melihat Tuhan. Biarlah kita cukup ikut berteduh saja di dalam naungan bayangan Tuhan yang ada di atas punggung kita, karena kita hanyalah keledai-keledai yang bertugas membawa Yesus masuk ke dalam kota Yerusalem.