Kepalsuan VS Kesejatian

Oleh: Arcadius Benawa

Di era yang semakin modern ini, adakah yang masih asli atau sejati atau orisinil? Banyak hal telah dipalsukan atau setidaknya dimodifikasikan dari aslinya. Pada tubuh manusia saja kita bisa cermati. Rambut palsu. Yang botak memakai wig agar tampak tidak botak. Alis palsu, sehingga perempuan-perempuan tak segan-segan mencukur atau bahkan mencabuti bulu alisnya demi memberikan alis palsu biar tampak lebih simetris seperti yang ia kehendaki. Bulu mata palsu, sehingga ada yang malu ketika menangis bulu matanya tanggal sehingga malah tidak jadi menangis. Gigi palsu, sehingga yang ompong menjadi tidak tampak ompong. Kalau zaman dulu gigi palsu yang terlapis atau terbuat dari emas adalah untuk investasi. Bahkan wajah kita pun dapat dipalsukan sehingga bisa tampak lebih muda dengan operasi tarik kulit wajah kita. Bahkan yang tidak Percaya Diri dengan hidungnya yang kurang mancung pun dapat memalsukan hidungnya dengan operasi plastik atau dengan suntik silikon sehingga hidung menjadi tampak lebih mancung. Bahkan kata orang Korea Selatan ada hadiah yang paling dinantikan oleh remaja yang berulang tahun ke-17 atau sweet seventeenth, kado istimewa itu adalah operasi mata, sehingga tidak lagi sipit melainkan menjadi belok matanya.

Di era yang semakin berbasis teknologi ini kita pun dapat menggunakan kecerdasan buatan alias AI (Artificial Intelligence) yang sekarang marak, untuk mengakali pihak lain, sehingga seseorang bisa seolah tampak mengerti atau cerdas ataupun terampil dengan memberi jawaban yang ia ambil dari jasa AI. Singkatnya, kepalsuan dapat kita deret begitu panjang, baik yang berada di dalam maupun yang di luar tubuh manusia. Misalnya uang, ijasah, sertifikat dan dokumen lainnya.

Di dalam Kitab Suci Tuhan jelas-jelas menyatakan ketidak berkenan-Nya pada kepalsuan. Nabi palsu Ia tolak. “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas!” (Matius 7: 15). Pengajaran palsu juga Ia tentang. Dalam 1 Timotius 6: 3-5 dikatakan “Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat –yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus–dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga, percekcokan antara orang-orang yang tidak lagi berpikiran sehat dan yang kehilangan kebenaran, yang mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan.” Kemuridan palsu juga Ia tolak. “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Matius 7: 21-23). Manusia dipanggil pada kesejatian dan dicela kepalsuan. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.” (Matius 23: 7). Dengan demikian menjadi jelas bahwa kesejatian itu mengandaikan adanya  korelasi positif antara tata lahir yang kelihatan dan tata batin yang ada di dalam relung hati manusia yang dalam. Dengan demikian kesejatian juga mengandaikan adanya integritas. Satunya kata dengan perbuatan. Itulah yang berkenan di hadapan Tuhan. “Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan  di dalamnya!” (Yohanes 1: 47). Pujian Tuhan Yesus pada Natanael atau Bartolomeus. Semoga kita pun boleh terhitung di antara yang berintegritas itu. Yang menjunjung tinggi kejujuran dan menjauhkan diri dari kepalsuan dan segala bentuk kecurangan. Agar kita pun diperkenankan terbilang di kalangan Umat pilihan Tuhan yang berkenan di mata Tuhan. Semoga.

Arcadius Benawa