Manusia Istimewa di Mata Tuhan

Oleh:  Arcadius Benawa

Tidak berlebihanlah kalau dibilang bahwa Tuhan itu sungguh baik dan kasih pada manusia. Betapa tidak? Dalam kisah penciptaan dikisahkan bagaimana Tuhan telah mencipta segala sesuatunya itu baik semuanya. “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya  itu, sungguh amat baik.” (Kejadian 1: 31) Manusia diciptakan-Nya juga baik adanya dan sesuai dengan wajah-Nya sendiri. “Maka Allah menciptakan  manusia  itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.” (Kejadian 1: 27)  Bahkan Tuhan merekomendasikan kepada manusia kuasa atas semua ciptaan-Nya, kecuali pohon itu jangan dimakan buahnya. TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2: 16-17)

Akan tetapi segala kasih dan kebaikan Tuhan itu disalahgunakan manusia pertama dengan dosanya. Dan, cara manusia pertama jatuh ke dalam dosa pun terasa aneh, yakni dengan makan buah. Kejatuhan dalam dosa itu mereka sadari sebagai penyalahgunaan kasih dan kebaikan Tuhan. Maka mereka bersembunyi. Namun Tuhan tidak marah, tidak menghitung-hitung dosa mereka. Tuhan pergi dan mencari mereka. “Adam, di mana engkau?” Jawab Adam dengan jujur: “Kami tidak sembunyi tapi kami malu.” Manusia malu atas kekotorannya dan dalam ketelanjangannya. Tuhan tidak murka, tetapi sekadar mengkonfirmasi: “Oh, kamu sudah makan pohon itu?” Dan ketika mendapat teguran seperti itu Adam menjawab: “Perempuan itu yang telah mengasih buah itu. Lalu, perempuan itupun bilang: “Ularlah yang telah mengasih buah itu, sehingga saya makan.” Atas hasil konfirmasi seperti itu pun Tuhan bukannya murka pada manusia, tetapi malah mengutuk ular yang adalah iblis.  Manusia yang jatuh ke dalam dosa, tetapi kutukan diberikan kepada ular. Tuhan sungguh baik. Tuhan tidak menghitung-hitung dosa manusia, tetapi Tuhan selalu mencari, memanggil, dan mau menyelamatkan manusia.

Atas realitas seperti itu Paulus membacanya dalam terang masa lalunya. Ia pun menyadari betapa besar kasih dan kebaikan Tuhan pada manusia yang memunyai dimensi lahirah dan batiniah. Dimensi lahirah yang penuh karapuhan dan kelemahan karena manusia disimbolkan dengan asalnya yang adalah debu dan tanah, sehingga oleh dimensi lahiriahnya inilah manusia mudah jatuh dalam dosa. Sementara dimensi batiniah, yang disimbolkan oleh kehadiran nafas Allah (Allah menghembusi manusia dengan nafas-Nya sehingga manusia itu pun hidup) Tuhan hadir dan mau membaharui manusia yang berdosa tersebut. Paulus pun berkata bahwa kita ini tinggal di dunia sementara saja, sebab rumah yang kita huni di dunia ini akan hancur, tetapi Tuhan sudah mempersiapkan rumah di sorga. Maka, serapuh-rapuhnya dimensi lahirah manusia, mengingat dimensi batiniah di dalam manusia, Tuhan tetap mau menjemput manusia dan menyediakan kediaman abadi bagi kita. Tuhan sungguh baik dan besar kasih setia-Nya.

Jadi, kita bergembira dan bersyukur karena Allah yang kita imani sungguh baik. Terhadap manusia yang berdosa Tuhan tidak menghukum apalagi mengutuk, melainkan Tuhan berkenan pergi, mencari, dan memanggil untuk menyelamatkan manusia. Manusia ditegur supaya bertobat. Maka janganlah kita memilihara dendam dan kebencian pada orang yang bersalah pada kita. Sebaliknya sebagai orang yang mau taat setia pada kehendak Tuhan kita wajib rela mengampuni. Tuhan sudah senantiasa mencari, memanggil, dan menyelamatkan pendosa untuk ia ubah menjadi manusia yang terberkati. Maka tantangan kitalah untuk menundukkan godaan iblis. Iblis sudah dikalahkan oleh Yesus. Maka dengan ikut Yesus kita juga wajib bulatkan tekad untuk mengalahkan iblis. Ikut Yesus berarti mengendalikan dimensi lahirah kita dengan mempersatukan dimensi batiniah kita dengan spirit Yesus, saudara kita. Siapa yang taat pada kehendak Bapa ia adalah saudara-saudari-Ku. Kita sama-sama boleh memanggil Allah sebagai Abba ya Bapa. Kita bersyukur karena telah bersaudara di dalam Tuhan kita Yesus Kristus.

Arcadius Benawa