Generasi Z dan Tantangan Karakter Bangsa

Jakarta, CBDC – Hari Kebangkitan Nasional baru saja berlalu (20 Mei 2024) dan tinggal beberapa jam lagi, kita akan merayakan hari lahir Pancasila (1 Juni 2024).

Dalam rangka merayakan dua hari besar bangsa dan negara itu, Character Building Corner, salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh Character Building Development Center mengadakan diskusi tentang karakter bangsa Indonesia. Diskusi ini diselenggarakan di Universitas Bina Nusantara, Kampus Alam Sutera (31/05/2024).

Tampil sebagai pembicara dalam diskusi ini adalah Mochamad Arinal Rifa, S. Pd.,M.Pd. Rinal, begitu ia disapa, merupakan salah satu dosen di Character Building di lingkungan Universitas Bina Nusantara. Rinal membawakan materi dengan judul “Character Building dan Kebangkitan Nasional Bangsa”.

Dalam materinya, Rinal menyoroti berbagai prilaku para pejabat negara yang jauh dari pantas. Beberapa di antaranya adalah perilaku korupsi dan memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan keluarga. Secara khusus, Rinal menyinggung tentang perlaku-perlaku  tidak jujur yang bersumber dari kalangan elit atau penguasa.

Masih dalam kesempatan yang sama, Rinal juga menyoroti soal sopan santun para generasi Z yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Selain persoalan etiket, Rinal juga mengamati, bahwa generasi sekarang cenderung menghindari proses. Mereka tidak menghargai proses. Kondisi ini diciptakan oleh kemajuan teknologi dewasa ini yang telah menyediakan semua hal yang diperlukan oleh para Mahasiswa.

Semua gejala dan prilaku-perilaku tersebut dapat dikaitkan atau disoroti dari perspektif karakter bangsa Indonesia.

Menurut Rinal, gejala-gejala sosial yang ditunjukkan oleh generasi Z tersebut melahirkan pradox-paradox yang justru dapat menghasilkan manusia dengan tantangan yang berat terhadap isu kemanusiaan.

Manusia tidak dapat berpikir lagi karena mesin sudah menyiapkan semuanya. Dalam konteks ini, ada persoalan mengenai martabat manusia, kalau di satu sisi mengabaikan proses dan pada sisi yang lain mengutamakan hasil melalui kemudahan mesin.  Mesin chatgpt misalnya.

Dalam konteks ini, Rinal mengajukan proposal tentang pentingnya ilmu-ilmu humaniora. Ilmu-ilmu humaniora, jelas Rinal, dapat membantu mengatasi persoalan dan tantangan pembangunan karakter bangsa. Ilmu humaniora, tegas Rinal,  harus menjadi subyek pengajaran yang pertama, baru disusul dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan teknologi.

Diskusi ini dimoderatori oleh Faustinus Sirken, S.S., M.A. Tinus, begitu ia suka di sapa merupakan dosen Character Building Kewarganegaraan dan Pancasila di lingkungan Universitas Bina Nusantara.

Yustinus Suhardi Ruman