Mewujudkan Kesetaraan Gender : Tantangan dan Langkah-langkah Menuju Perubahan Positif
Oleh: Jacky
ABSTRAK
Kesetaraan gender menjadi isu yang serius dalam membangun masyarakat yang adil dan berkelanjutan. Salah satu alasan yang mendasari adanya ketidaksetaraan gender ini adalah masih terdapat budaya patriarki yang memandang laki-laki sebagai orang yang lebih dominan daripada perempuan dan mengesampingkan perempuan dalam tatanan sosial. Artikel ini bertujuan untuk mengemukakan faktor-faktor yang menghambat terwujudnya kesetaraan gender dan strategi yang perlu dilakukan agar kesetaraan gender dapat terwujud.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Isu mengenai gender tentunya bukan hal yang asing disekitar kita. Banyak sekali upaya dari berbagai pihak untuk menegakkan kesetaraan gender namun pada kenyataannya kesetaraan gender masih sangat sulit untuk diimplementasikan dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan terdapat budaya patriarki yang masih melekat dalam diri masyarakat. Budaya patriarki menganggap bahwa laki-laki merupakan sosok/pihak yang lebih perkasa dan lebih kuat daripada perempuan. Perempuan dianggap sebagai pihak yang lebih lemah lembut dan lemah. Padahal, pada kenyataannya, terdapat juga laki-laki yang lemah lembut dan juga terdapat perempuan yang perkasa dan kuat.
Dari masa ke masa, perempuan lebih banyak yang terkekang dalam peran sebagai pendamping suami dan pengasuh anak sehingga banyak sekali perempuan yang terpaksa harus melepaskan cita-citanya karena ketidaksetaraan gender ini. Bahkan, biasanya kaum perempuan harus mengalah untuk tidak melanjutkan sekolah, menerima upah dengan gaji yang rendah dan status pekerjaan yang rendah, dan harus bekerja keras sambal mengurus anak hanya karena masalah ketidaksetaraan gender ini.
Permasalahan ini tentunya memicu keinginan penulis untuk mengsosialisasikan hal-hal yang mungkin dapat kita lakukan untuk menghindari isu kesetaraan gender ini dan dapat menciptakan generasi yang lebih baik lagi kedepannya. Penulis juga berharap agar masalah ini dapat dihentikan cukup pada generasi sekarang saja.
Rumusan Masalah
Berikut merupakan beberapa rumusan yang akan dijawab pada artikel ini :
- Apa saja faktor-faktor yang menghambat masyarakat untuk mewujudkan kesetaraan gender?
- Bagaimana cara kita sebagai masyarakat dalam mewujudkan kesetaraan gender?
- Apa dampak yang ditimbulkan dengan adanya ketidaksetaraan gender?
II. PEMBAHASAN
- Gender
Gender merupakan suatu konsep yang kompleks mencakup identitas, peran, dan ekspresi yang melekat pada individu dalam masyarakat. Perbedaan gender sendiri bukan didasari oleh perbedaan jenis kelamin secara kodrat biologis. Identitas gender merujuk pada bagaimana cara suatu individu mengidentifikasi diri mereka sendiri baik sebagai pria, wanita, atau diluar kedua kategori tersebut.
Kata gender sendiri berasal dari bahasa inggris, yang berarti jenis kelamin, yang dapat diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan perilaku. Walaupun gender diartikan sebagai jenis kelamin, namun perlu diperhatikan bahwa sex dan gender itu berbeda. Sex bersifat alamiah atau jenis kelamin secara biologis.Sedangkan gender lebih menekankan aspek maskulinitas dan feminitas seseorang dalam suatu kondisi masyarakat tertentu atau dapat dikatakan sebagai peran suatu individu dalam masyarakat.
Peran dari gender sendiri merujuk pada norma social, perilaku, dan tugas yang dianggap sesuai untuk pria dan wanita dalam masyarakat. Meskipun peran-peran ini telah mulai berubah seiring dengan banyaknya penegakan kesetaraan gender, namun beberapa stereotip gender masih dapat kita temukan disekitar kita.
2. Ketidaksetaraan Gender
Ketidaksetaraan gender masih menjadi tantangan serius di seluruh dunia, yang menyebabkan ketidaksetaraan di banyak bidang kehidupan. Di sektor pendidikan, perempuan seringkali menghadapi hambatan dalam mengakses peluang yang sama dengan laki-laki. Meskipun partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat, kesenjangan dalam upah, peluang karir dan keterwakilan di tingkat senior masih tetap signifikan. Permasalahan terkait lainnya adalah Glass Ceiling yang menghalangi perempuan mencapai posisi puncak.
Pembagian tanggung jawab rumah tangga yang tidak merata merupakan dampak dari kerasnya norma gender. Meskipun perubahan sosial telah terjadi, tanggung jawab rumah tangga yang tidak setara memberikan beban tambahan pada perempuan, sementara akses yang tidak setara terhadap layanan kesehatan dan hak-hak reproduksi melemahkan dasar-dasar kesehatan perempuan, sehingga menyebabkan ketidaksetaraan dalam pelaksanaan hak-hak pribadi dan dalam pengambilan keputusan mengenai tubuh mereka sendiri.
Stereotip gender juga memperkuat kesenjangan dan menciptakan harapan tertentu bagi laki-laki dan perempuan. Cara berpikir tradisional ini mempengaruhi cara masyarakat menghargai dan menghargai kontribusi individu, sehingga menciptakan kesenjangan dalam pengakuan peran dan prestasi yang berbeda.
3. Dampak Ketidaksetaraan Gender
Ketidaksetaraan gender telah memberikan dampak kepada kita semua dalam berbagai aspek. Namun, yang paling merasakan dampak dari ketidaksetaraan ini adalah pihak perempuan, karena perbedaan gender ini menciptakan ketidakadilan dan kesenjangan antara pria dan wanita. Banyak sekali aspek dalam kehidupan kita dimana banyak sekali individu yang dirugikan hanya karena mereka menyandang status gender sebagai perempuan.
Dalam dunia Pendidikan, ketidaksetaraan menyebabkan perempuan kesulitan untuk menempuh Pendidikan yang tinggi dikarenakan akses yang diberikan pada pihak perempuan terbatas. Ini tentunya telah menciptakan ketidaksetaraan dalam pengetahuan dan keterampilan, menghambat potensi dari perempuan dan menghasilkan ketidaksetaraan dalam kehidupan professional di masa yang akan datang.
Dalam dunia kerja, dampak dari ketidaksetaraan gender ini dapat dilihat mulai dari perbedaan gaji hingga peluang kerja antara pria dan wanita yang memiliki keterampilan dan kemampuan yang sama. Terdapat batasan tak kasatmata yang secara tidak langsung berlaku kepada perempuan untuk mencapai posisi yang tinggi yang disebut sebagai Glass Ceiling, sehingga menyulitkan wanita untuk mencapai posisi yang tinggi dan tentunya menghambat wanita untuk mencapai cita-citanya.
Dalam rumah tangga, ketidaksetaraan dapat dilihat dari pembagian tanggung jawab dalam rumah tangga yang tidak merata. Wanita biasanya tidak diberikan kebebasan dalam memilih peran nya dalam rumah tangga. Hal ini dikarenakan budaya tradisional yang masih melekat dimana pria seharusnya mencari nafkah dan wanita seharusnya mengasuh anak dan mengurus rumah tangga. Tentunya ini akan menyulitkan wanita untuk mencapai keseimbangan antara karier dan tanggung jawab rumah tangga dan juga membatasi fleksibilitas dan pilihan hidup wanita. Batasan ini menciptakan ketidaksetaraan dalam kebebasan dan pengambilan keputusan pribadi.
Selain itu, ketidaksetaraan juga berdampak pada kesehatan dan hak reproduksi perempuan. Akses yang terbatas terhadap layanan kesehatan reproduksi, termasuk informasi dan kontrasepsi, dapat menghambat kemampuan perempuan untuk mengendalikan kehidupan mereka sendiri. Ketidaksetaraan dalam hal ini tidak hanya merugikan individu perempuan, tetapi juga dapat menciptakan masalah kesehatan masyarakat yang lebih luas.
Secara keseluruhan, dampak ketidaksetaraan gender bersifat merugikan dan meresahkan di semua lapisan masyarakat. Menciptakan kesetaraan gender bukan hanya masalah hak individu, tetapi juga menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang lebih adil, berkelanjutan, dan inklusif.
- Penghambat Terwujudnya Kesetaraan Gender
Mewujudkan kesetaraan gender bukanlah hal yang mudah dilakukan dan membutuhkan waktu yang panjang untuk mewujudkannya. Terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat terwujudnya kesetaraan gender. Namun yang menjadi akar dari semua faktor tersebut adalah budaya dan pemahaman tradisional yang masih melekat dalam masyarakat.
Norma budaya yang melekat pada masyarakat membuat pria dan wanita memiliki peran yang berbeda dan hal itu dapat menjadi penghambat terwujudnya kesetaraan gender. Norma juga sulit untuk diubah karena sudah melekat pada masyarakat tersebut turun temurun. Hal ini tentunya menghambat potensi penuh dari masing-masing individu.
Diskriminasi juga menjadi salah satu faktor yang menghambat terjadinya kesetaraan gender. Diskriminasi dapat terjadi karena pemahaman masyarakat bahwa pria lebih kuat daripada wanita yang membuat wanita mendapatkan perlakuan yang berbeda daripada pria. Wanita biasanya akan selalu diminta untuk mengalah kepada pria dan harus merelakan cita-cita nya. Diskriminasi juga dapat dilihat dari gaji, status, pekerjaan, dan jabatan.Diskriminasi bahkan juga dapat merambat ke berbagai aspek, misalnya pendidikan. Biasanya wanita tidak mendapatkan pendidikan yang setara dikarenakan diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita.
3. Mewujudkan Kesetaraan Gender dalam Masyarakat
Walaupun mewujudkan kesetaraan gender tampak sulit untuk dilakukan, namun bukan berarti tidak bisa untuk diwujudkan. Mewujudkan kesetaraan gender tentunya akan membutuhkan waktu yang lama dikarenakan kepercayaan masyarakat yang sudah melekat pada masing-masing individu dan untuk mengubah hal tersebut bukanlah hal yang mudah.
Kunci utama yang diperlukan adalah pendidikan. Masyarakat memerlukan pendidikan dan pengetahuan akan pentingnya mewujudkan kesetaraan gender dalam masyarakat. Melalui pendidikan, masyarakat akan lebih terdidik dan pemerintah juga perlu melakukan upaya untuk mewujudkan keadilan gender dalam Lembaga pendidikan.
Tanpa adanya pendidikan yang memadai, akan menyebabkan miskin pendidikan yang akan berdampak pada berbagai aspek lainnya seperti politik, pekerjaan, sosial, dan lainnya. Sebagai contoh, keluarga yang masih memiliki paham bahwa pria lebih kuat dan harus melanjutkan generasi serta tidak mendapatkan pengetahuan akan pentingnya kesetaraan gender, akan menganggap bahwa anak laki-lakinya harus diutamakan dan potensi dari anak perempuan akan dibatasi sehingga anak perempuan tidak bisa memanfaatkan potensi penuhnya. Hal ini dikarenakan keluarga tersebut masih memiliki pemahaman budaya patriarki.
Pemerintah sendiri juga harus bisa mendukung kesetaraan gender mulai dari penguatan hukum yang melindungi hak perempuan dan mengatasi kekerasan berbasis gender, meningkatkan akses layanan Kesehatan reproduksi yang baik, kampanye kesadaran dan pendidikan, dan banyak hal lainnya yang bisa dilakukan.
Sebagai bagian dari masyarakat, kita juga bisa turut mengedukasi orang-orang disekitar kita akan pentingnya kesetaraan gender terutama kaum pria. Melibatkan pria sebagai pendukung kesetaraan gender sangat penting.
Mewujudkan kesetaraan gender memerlukan komitmen dan Kerjasama dari semua pihak. Dengan perubahan sistematik di berbagai lapisan masyarakat, kesetaraan gender dapat terjadi.
III. PENUTUP
Perbedaan jenis kelamin menimbulkan perbedaan gender dan perbedaan gender inilah yang menimbulkan banyak sekali ketidakadilan disekitar kita. Berbagai pihak telah berupaya untuk menegakkan kesetaraan gender namun tidak terjadi secara merata dimana banyak kaum perempuan yang berasal dari keluarga yang tidak mampu, masih mengalami banyak ketidakadilan seperti tidak mendapatkan Pendidikan yang layak hingga pelecehan seksual. Bahkan dari keluarga Bahkan ketidakadilan tersebut juga bisa muncul dari orang tua. Pola pengasuhan yang salah dan melekatnya paham patriarki menyebabkan orang tua secara tidak langsung membuat anak perempuannya kesulitan menggapai cita-citanya dengan memberikan larangan-larangan. Larangan yang diberikan terkadang lebih dibebankan pada perempuan yang justru malah membentuk jurang perbedaan yang menyebabkan ketidaksetaraan gender terjadi.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk merefleksikan bahwa perjuangan untuk kesetaraan gender di lingkungan kerja bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab kolektif. Hasil penelitian menyoroti urgensi penghapusan stereotip gender, pemberian akses setara terhadap peluang karir, dan perubahan paradigma budaya di setiap lapisan organisasi. Upaya bersama dari pihak-pihak terkait, baik itu pemerintah, organisasi, maupun individu, diperlukan untuk menciptakan perubahan yang signifikan.
Langkah-langkah strategis seperti pelaksanaan program pelatihan kesetaraan gender, kebijakan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, serta promosi keberagaman di tempat kerja, menunjukkan potensi untuk membentuk masa depan di mana setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki peluang yang setara untuk berkembang dan berkontribusi.
REFERENSI
https://repository.unikal.ac.id/388/1/Add%20Article%20002.pdf.pdf
https://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/view/2317/1556