Pola Controlled Pain dalam Keluarga

Oleh: Petrus Hepi Witono (D5048)

Suatu keluarga yang memiliki kemapanan finansial, seharusnya memiliki kemungkinan lebih besar memberikan bekal pendidikan yang baik bagi anak-anak mereka. Namun, faktanya kemapanan finansial terkadang justru bisa menjadi “racun” bagi pendidikan anak, jika tidak ditempatkan pada jalur yang benar.

Rasanya tidak ada orangtua, yang memang sudah mampu secara finansial, tidak ingin memenuhi semua fasilitas yang dibutuhkan bagi anak-anak mereka. Apalagi jika pada masa lalunya sang ayah atau ibu hidup dalam kondisi prihatin, sederhana atau bahkan susah.

Boleh jadi, seorang ayah atau ibu dengan latar belakang orang tua mereka yang dahulu prihatin, sering merasa keprihatinan yang dulu mereka alami jangan sampai terulang pada anak-anak mereka sekarang. Betul kan? Akibatnya, dengan kesuksesan dan kemapanan finansial yang mereka miliki saat ini, mereka justru berlebih memberikan fasilitas yang menyebabkan anak-anak terlalu dimanja dengan segala kemudahan.

Akibatnya, sang anak malah menjadi lemah secara karakter, terbiasa dengan hidup enak. Sehingga anak-anak tersebut tidak memiliki fighting spirit seperti orang tua mereka dahulu. Padahal boleh jadi keberhasilan dan kesuksesan orang tua saat ini justru karena keprihatinan yang dulu mereka alami.

Oleh karena itu, penting bagi para orang tua (khususnya yang mampu), menerapkan pola controlled pain, yaitu menciptakan “keprihatinan terkontrol” kepada anak-anak mereka. Pola ini bertujuan untuk mendidik anak agar memiliki karakter dan semangat juang yang positif dan kuat.

Anak-anak perlu memahami bahwa kelak mereka harus hidup mandiri, harus menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan. Mereka tidak boleh pernah menyerah dan harus memiliki semangat juang. Semangat ini bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tapi juga untuk berperan dalam memperbaiki masyarakat.

Berikut beberapa cara menerapkan pola controlled pain pada anak-anak;

  1. Memberikan uang saku terbatas serta fasilitas dasar yang dibutuhkan, bukan yang semua mereka inginkan.
  2. Membiasakan anak untuk menabung.
  3. Memberikan tanggung jawab kepada anak sesuai usianya.
  4. Mendidik anak untuk menghadapi tantangan dan kesulitan.

Petrus Hepi Witono