Tiada Paskah tanpa Jalan Salib

Oleh: Arcadius Benawa

Ada pepatah yang berbunyi “Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian” yang artinya kita harus berani “Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.” Pepatah itu mau mengatakan bahwa kerja keras, susah payah dan derita tidak akan mengecewakan hasil akhirnya.

Orang yang mau bertekun dalam usaha yang keras dan berat, dengan segala tantangannya, pasti akan memetik buah yang membahagiakan. Kesulitan dan perjuangan hidup yang dialami kini, nanti akan membuahkan hasil yang penuh sukacita.

Ada syair sebuah lagu yang dapat mengingatkan kita untuk terus berjuang dan percaya pada pertolongan Tuhan kendati kini harus mengalami cobaan yang berat.

“Apa yang kaualami kini, mungkin tak dapat engkau mengerti.  Cobaan yang engkau alami tak melebihi kekuatanmu. Tangan Tuhan terus merenda suatu karya yang agung mulia.  Saatnya kan tiba nanti kau lihat pelangi kasih-Nya.”

Siapa yang terus berjuang bersama Yesus memanggul salibnya setiap hari, mereka ini akan diangkat menjadi anak-anak Allah. Rasul Yohanes menyebutkan bahwa karena kasih Allah melalui Yesus, kita ini disebut sebagai anak-anak Allah.

Bagaimana caranya kita bisa menjadi anak-anak Allah  yang akan memperoleh warisan abadi di dalam Kerajaan-Nya? Injil Matius memberi jawabannya dengan mengutip sabda Yesus. “Berbahagialah kamu, jika demi Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat; bersukacita dan bergembiralah, karena besarlah ganjaranmu di surga.”

Jika kita berani menanggung derita dan salib demi Yesus, kita akan disebut anak-anak Allah. Jika kita rela dicela, dianiaya, difitnah segala yang jahat tanpa membalasnya, kita akan memperoleh ganjaran di surga. Namun anehnya, kita yang mau dibaptis ini kerap kali tidak tahan ketika harus menanggung salib yang ringan sekalipun.

Contoh yang mencolok dan memalukan, bagaimana nalarnya orang yang tadi sama-sama memuji Tuhan dengan sorak sorai lantang Halleluya di dalam gereja ketika sama-sama di tempat parkir menjadi tidak sabaran ketika harus antri. Atau bahkan ada yang emosi dan mengata-ngatai dengan kata-kata yang tak layak pada tukang parkir yang tak bisa memberikan uang kembalian seribu perak atas uang lima ribu yang ia terima? Bisa kita bayangkan bagaimana kalau menghadapi salib-salib yang harus dipanggul lebih berat lagi? Bagaimana mau setia memanggul salib kalau harus mengikuti prosedur yang berlaku saja tidak tahan dan lebih memilih jalan pintas melalui KKN atau jalan pintas yang serba instant?!

Rupanya spirit mau “berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian masih jauh dari realitas. Sementara tak ada jalan lain menuju Paskah raya abadi, selalin melalu jalan salib. Maka perlu berani melatih diri untuk sedia bersakit-sakit dahulu, untk dapat  bersenang-senang kemudian. Maka kita juga perlu tetap setia latihan menanggung derita kita sebagai wujud solidaritas kita dengan derita Yesus Kristus yang telah lebih dahulu meneladani kita dalam bersolidaritas dengan yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan disabel. Dengan demikian kita layak berharap bahwa kelak kita dapat memperoleh kemenangan abadi sebagaimana yang dialami para kudus di surga.

Arcadius Benawa