Sifat Asli Manusia Menurut Mencius

Oleh: Kristan

Menurut Mencius sifat asli manusia sejak lahir adalah baik. Persoalan ini selalu di kemukakan oleh para kaum cendekiawan pada akhir zaman Chunqiu, Konfusius mengatakan bahwa lingkungan yang memberikan pengaruh mendalam bagi sifat manusia. Mencius cenderung mengatakan bahwa sifat asli manusia adalah baik. Dalam kitab Mencius [6A]:2 tertulis: “Mencius berkata, air memang tidak dapat membedakan antara timur dan barat. Tetapi dapat membedakan atas dan bawah. Sifat asli manusia cenderung baik, laksana air yang mengalir ke bawah. Sifat Manusia tidak ada yang tidak cenderung kepada baik seperti air tidak ada yang tidak mengalir ke bawah”.

Mencius mengajurkan agar pemerintah memimpin dengan kemurahan hati atau renzheng. Sehubungan ini Mencius mengaitkan hubungan erat antara sifat baik manusia dengan konsep renzheng. Di dalam kitab Mencius [2A]:6 tertulis: “Manusia memiliki sifat mulia yang baik dan tidak sanggup melihat orang lain menderita. Begitu juga para raja zaman purba memiliki sifat yang mulia itu, maka pemerintahan dengan perikemanusiaan. Laksanakanlah pemerintahan yang berdasarkan perikemanusiaan dengan menggunakan hati yang mulia ini dalam sebuah pemerintahan di seluruh negara”.

Yang dimaksud dengan tidak sanggup melihat orang lain menderita ialah merujuk pada kebaikan hati manusia. Maka renzheng berasal dari hati manusia yang dimiliki oleh setiap manusia. Jika pemerintahan berlaku demikian maka rakyat akan merasa berhutang budi kepada pemerintah. Dengan demikian maka pemerintahan akan menjadi kuat. Mencius mengatakan bahwa kebaikan merupakan sifat asli pada manusia.

Dalam sifat dasarnya manusia terdapat unsur-unsur baik. Mencius mengakui terdapat juga unsur-unsur lain, yang dalam hal ini dikatakan baik atau buruk, tetapi jika tidak dikontrol dan dididik dengan baik maka akan menimbulkan sifat jahat. Hal ini disebut juga dengan naluri seperti hewan dalam diri manusia, dan karenanya jika di tinjau secara ketat, tidak dapat dikategorikan sebagai sifat dasar manusia. Menurut Mencius ada beberapa hal yang menjadi sifat baik manusia yaitu, perasaan simpati, permulaan rasa kemanusiaan, perasaan malu dan segan, perasaan rendah hati, dan kebersamaan. Setiap manusia memiliki sifat dasar ini.

Jika dapat dikembangkan maka akan menjadi kebajikan. Mencius menyatakan sifat asli manusia adalah baik, bahwa semua manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi orang yang baik, dan jika potensi untuk menjadi baik ini dikembangkan, dipelihara, dan dilatih maka akan tumbuh seperti sebuah tunas yang berkembang menjadi pohon yang rimbun dan berguna.

Sebenarnya Mencius mengembangkan teori sifat asli manusia adalah baik khususnya untuk berargumentasi terhadap pandangan Gaozi, dalam bagian kitab Mencius [6A] yang membahas tentang Gaozi. Pendapat Gaozi dalam kitab Mencius menyatakan bahwa sifat asli manusia adalah bersifat alamiah netral dan berimbang.

Gaozi menyatakan bahwa sifat asli manusia seperti pohon, sedangkan sifat baik seperti ren dan yi adalah ibarat sebuah mangkok dari kayu. Di dalam kitab Mencius [6A]:1 tertulis : “Gaozi berkata, bahwa sifat asli manusia itu laksana pohon willow, dan kebenaran itu laksana cawan dan mangkuk yang dianyam daripadanya. Kalau sifat asli manusia itu hendak dijadikan bersifat ren dan yi, ialah laksana pohon willow yang harus dianyam untuk menjadi cawan dan mangkuk”.

Mencius menolak pandangan ini dan menyatakan pandangan tersebut keliru. Menurut Mencius dalam membuat mangkok dari sebuah pohon, kita harus terlebih dahulu memotongnya, dan merenggut kehidupan pohon tersebut. Di dalam kitab Mencius [6A]:1,2 tertulis: “Mencius berkata, dapatkah anda dengan mengikuti watak kayu pohon willow itu untuk menjadikan cawan dan mangkuk? Anda tentu lebih dahulu harus merusaknya baru kemudian bisa menjadikan cawan dan mangkuk. Kalau ternyata harus merusak dahulu kayu itu lalu dapat menjadikan cawan dan mangkuk, maka ini berarti kita harus merusak dahulu hakekat kemanusiaan lalu baru dapat menjadikannya menuju ren dan yi. Kalau pandangan ini diikuti oleh semua orang di dunia maka ren dan yi akan dipandang sebagai malapetaka”.

Jadi menurut Mencius, prinsip yang dikemukakan Gaozi itu mengharuskan kita untuk melakukan kekerasan untuk menarik keluar sifat baik dari kemanusiaan agar mengeluarkan sifat cinta kasih dan kebenaran. Seharusnya menurut Mencius, dalam pelatihan mengembangkan kebaikan, kita hanya cukup mengembangkan apa yang sudah kita miliki sejak lahir. Gaozi berpendapat bahwa sifat asli manusia seperti air mengalir ke Barat maupun ke Timur, dan air tidak membedakan antara Barat dan Timur. Mencius menolak hal ini dengan menyatakan di dalam kitab Mencius [6A]:2,2 sebagai berikut: “Air memang tidak dapat membedakan mana Barat dan Timur. Tetapi tidak dapatkah membedakan antara atas dan bawah? Sifat asli manusia itu cenderung kepada baik, laksana air yang mengalir ke bawah”.

Tidak ada air yang tidak mengalir ke tempat yang lebih rendah, dan tidak ada manusia yang tidak menunjukkan bahwa manusia memiliki potensi dan kecenderungan untuk menjadi baik. Pandangan bahwa nurani manusia bisa saja baik atau bisa saja buruk, seperti yang dicontohkan dalam fakta sejarah bahwa di bawah pemerintahan raja yang arif dan bijaksana, maka rakyat juga akan menjadi baik, sedangkan di bawah pemerintahan penguasa yang zalim, maka rakyat juga akan banyak melakukan kejahatan. Di bawah pemerintahan yang baik, sisi kebaikan nurani manusia dilindungi dan mendapatkan kesempatan untuk tumbuh berkembang, karena rakyat akan lebih banyak melakukan kebaikan, sedangkan di bawah pemerintahan yang zalim, sisi ini akan mengalami kehancuran dan tercemar sehingga rakyat menjadi terjerumus di dalam kekejaman.

Menurut Mencius walaupun sifat asli manusia itu baik, namun tidak berarti bahwa semua manusia akan selalu menjadi baik. Pandangan Mencius menyatakan bahwa manusia di dalam dirinya memiliki kecenderungan menjadi baik dan memiliki kemampuan untuk menjadi baik. Dalam tataran batin semua manusia memiliki perasaan yang tidak tega jika melihat penderitaan orang lain, dan ini menunjukkan bahwa manusia dilahirkan dengan sifat yang baik. Mencius mengatakan bahwa ren, yi, li, zhi bukanlah didapat dari luar diri manusia melainkan manusia sudah memilikinya sejak ia lahir.

Kebajikan adalah hasil dari pemupukan dan pengembangan penyempurnaan diri sendiri. Menurut Mencius setelah melakukan penyempurnaan diri sendiri maka manusia akan memahami nurani, setelah memahami hati nurani maka baru bisa mengenal sang pencipta. Dengan menjaga batin dan memelihara nurani, maka kita menjalani prinsip Tuhan. Ketika seseorang mampu mengembangkan nuraninya sampai pada titik yang maksimal, maka orang tersebut dapat menjadi orang yang arif dan bijaksana yang memiliki integritas

Kristan