Gandum dan Ilalang, Yin dan Yang,  Kebaikan dan Kejahatan

Oleh: Arcadius Benawa

Kalau kita perhatikan gambar Yin dan Yang tersebut tampak sekali bahwa di dalam hitam terdapat noktah putih dan di dalam putih terdapat noktah hitam.Rupanya itu pula yang mau dikatakan dalam cerita tentang Gandum dan Ilalang di dalam perikope Injil Matius 13:24-43

“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan, bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: Kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar; kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku.” Murid-murid-Nya datang dan berkata kepada-Nya: “Jelaskanlah kepada kami perumpamaan tentang lalang di ladang itu.” Ia menjawab, kata-Nya: “Orang yang menaburkan benih baik ialah Anak Manusia; ladang ialah dunia. Benih yang baik itu anak-anak Kerajaan dan lalang anak-anak si jahat. Musuh yang menaburkan benih lalang ialah Iblis. Waktu menuai ialah akhir zaman dan para penuai itu malaikat. Maka seperti lalang itu dikumpulkan dan dibakar dalam api, demikian juga pada akhir zaman. Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi. Pada waktu itulah orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan Bapa mereka. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

Fenomena Yin dan Yang atau adanya kebaikan dan kejahatan itu dapat kita jumpai setiap hari. Berita tentang tindak kekerasan, tawuran, korupsi, pembunuhan, perampokan, ketidakadilan, penindasan, teror, intoleransi mewarnai pemberitaan di koran, majalah, radio, televisi, media sosial dan media on line hampir setiap hari. Seakan-akan dunia kita dikuasai oleh dosa, kejahatan, ketidakjujuran, kemunafikan dan egoisme. Sementara itu kalau kita simak dalam akhir kisah penciptaan dunia “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik” (Kej 1:31). Mengapa ada begitu banyak kejahatan dan penderitaan di dunia ini? Apakah ada yang salah dalam karya penciptaan Allah? Darimanakah sumber kejahatan itu dan mengapa Tuhan membiarkan kejahatan itu merajalela?

Berhadapan dengan fenomena adanya kejahatan, kita sering gemas dan menjadi tidak sabar. Kita ingin langsung menghancurkannya. Rasanya kita tidak bisa mentolerir adanya kejahatan. Kalau tidak dihukum mati,  pelakunya harus dihukum semaksimal mungkin, setimpal dengan kesalahannya, supaya ada efek jera. Itulah juga sikap yang dimiliki oleh para pekerja di kebun gandum. Namun yang aneh dalam perumpamaan itu ialah bahwa pemilik kebun gandum tidak menyetujui usul para pekerja yang ingin mencabuti lalang yang tumbuh di antara gandum. Pemilik kebun anggur malah membiarkan lalang tumbuh bersama-sama dengan gandum. Dalam penjelasan-Nya tentang perumpamaan Lalang dan Gandum itu, Yesus mengartikan ladang itu dunia. Gandum itu simbol kebaikan, sedangkan lalang melambangkan kejahatan. Sementara pemilik kebun gandum adalah Tuhan. Musuh yang menaburkan benih ilalang/kejahatan adalah iblis. Apakah penolakan-Nya itu berarti Tuhan membiarkan adanya kejahatan di dunia ini? Apakah Tuhan sengaja membiarkan iblis menunjukkan taringnya di dunia ini?

Alasan yang dipakai oleh sang pemilik kebun gandum adalah agar gandum tidak ikut tercabut pada saat para pekerja mencabuti ilalang. Karena akar gandum dan ilalang saling terkait dan saling membelit. Tuhan mau menyatakan bahwa sebenarnya kebaikan dan kejahatan ada bersama-sama dalam diri kita. Sulit sekali membuat garis tegas yang bisa memisahkan kebaikan dan kejahatan dalam diri kita. Kita ini adalah kombinasi antara kebaikan dan kejahatan. Kita ini sekaligus memiliki potensi menjadi orang kudus atau sebagai pendosa. Tidak ada manusia yang sepenuhnya baik atau sempurna dan sebaliknya tidak ada manusia yang seluruhnya jahat. Setiap manusia mempunyai sisi terang dan gelap sekaligus, seperti direpresentasikan di dalam gambar Yin dan Yang di atas.Manusia adalah realitas kompleks yang penuh misteri. Karena dosanya, manusia menjadi pribadi yang terpecah-pecah, lemah, mudah kacau, mudah goncang, mudah diombang-ambingkan antara kebaikan dan kejahatan. Di satu pihak ada dorongan untuk mengarahkan hidup menuju kepada kebaikan, namun di lain pihak mempunyai kecenderungan kuat juga untuk mencari kenikmatan (hedon), egois yang membuatnya mudah jatuh ke dalam dosa. Ambiguitas merupakan ciri kehidupan manusia di dunia ini. Ketika menciptakan manusia, Allah menanamkan kebaikan dalam diri kita. Oleh karena itu Tuhan yakin bahwa kebaikan akan menang. Dalam proyek tumbuhnya Kerajaan-Nya, Allah menerapkan prinsip kesabaran, keadilan, belas kasih dan pengampunan. Dengan demikian Kerajaan Allah tetap terbuka untuk pertobatan kaum pendosa. Anak-anak kejahatan diberi kesempatan untuk bertobat dan menjadi orang-orang benar. Dengan sabar Tuhan menantikan pertobatan itu, seperti seorang bapak yang dengan sabar dan penuh harap menantikan kedatangan anaknya yang minggat dari rumah. Memerangi atau meminimalisir kejahatan hanya dapat dilakukan dengan memperbanyak kebaikan. Tidak ada gunanya mengutuki air di dalam gelas yang menjadi asin karena kemasukan garam, tidak ada gunanya meratapi adanya kegelapan. Lebih bermanfaat kalau kita menambahkan air tawar ke dalam gelas agar air itu tidak menjadi asin dan bisa diminum, atau menyalakan pelita dengan menyebarkan kebaikan. Namun kita tetap harus waspada sebab benih ilalang itu disebarkan musuh (iblis) “waktu semua orang tidur” (ay. 25). Artinya, kejahatan bisa menguasai hidup di saat kita lengah, tidak berada dalam keadaan eling atau waspada, lalai, tidak berhati-hati dan tidak bersikap tegas terhadap godaan. Begitu kuatnya pengaruh baik dan pengaruh jahat berperang dalam diri kita. Mungkinkah kita setia pada nilai-nilai kebaikan ketika pengaruh negatif dan jelek begitu dominan dalam hidup sehari-hari yang melingkupi kita? Apakah kita berani berbeda dengan suasana lingkungan yang tidak baik? Bunda Teresa berpesan, “Ketika kamu melakukan kebaikan, tetapi orang lain menuduhmu mempunyai pamrih tersembunyi yang egois, atau menilaimu ‘sok suci’, ‘ingin mencari pujian’, kalaupun demikian, tetaplah kamu melakukan kebaikan! Meskipun mungkin kebaikan yang kamu lakukan akan dilupakan orang, bagaimana pun juga tetaplah melakukan kebaikan itu.Ketika orang yang kaubantu dengan tulus malah menyakiti dan mengecewakanmu, tetaplah membantunya. Ketika cinta membuatmu terluka, tetaplah mencintai,”pesan Bunda Theresa.

Sumber: Gambar Yin dan Yang (https://id.wikipedia.org/wiki/Yin_dan_yang)

Arcadius Benawa