In Touch with God
Oleh: Arcadius Benawa
Dalam hand out CB Agama versi ter-up date (2022), ada 3 materi yang dikemas menjadi satu topik, yaitu Mengenal Tuhan melalui Kitab Suci, Sesama, dan Alam menjadi “Knowing Who and What is God”. Sebenarnya masing-masing topik itu sudah sangat kaya dan mendalam kajiannya, namun memang intinya satu, yakni bagaimana Tuhan itu bisa kita kenali melalui sabda-Nya di dalam Kitab Suci, melalui perjumpaan antar manusia, dan melalui peristiwa alam. Rudolf van Otto mengistilahkan perjumpaan dengan Tuhan itu sebagai pengalaman rohani atau pengalaman spiritual. Sebagai pengalaman rohani itu bersifat tremendum et fascinosum. Sesuatu yang menggentarkan, namun sekaligus memesonakan. Contoh paling jelas dapat kita simak dalam kisah Musa yang menyaksikan “Semak Bernyala namun tidak terbakar”. Musa antara gentar dan terpesona menyaksikan semak bernyala namun tidak terbakar itu sehingga ia mau mendekatinya. Namun, Tuhan bersabda, “Jangan mendekat, sebab tempat kamu mendekat itu adalah kudus!” Itulah mengapa dalam perkembangannya, dalam pelbagai tradisi keagamaan dikenal istilah yang kudus/suci yang dibedakan dari yang profan. Misalnya, menyangkut tempat. Ada tempat yang dikuduskan yang dibedakan dari tempat yang biasa. Di Mushola atau Masjid dikenal adanya tulisan “Batas Suci”. Di dalam gereja Katolik Umat yang akan beribadah di dalam gereja menyucikan diri dengan mencelupkan jarinya ke air suci yang disediakan di pintu masuk gereja seraya membuat tanda salib untuk menyadari bahwa kini ia masuk ke tempat suci. Demikian pun di dalam tradisi agama Hindu Bali. Ketika kita mau masuk pura, kita diwajibkan memakai pakaian/kain tertentu sebagai tanda kita masuk ke tempat suci.
Oleh sifat tremendum et fascinosum itulah pengalaman rohani atau pengalaman in touch with God itu juga tak mungkin terlupakan atau unforgetable selain juga bersifat transformatif (membawa perubahan). Maka aneh kalau misalnya kita sebagai dosen CB Agama, kita bertanya kepada mahasiswa, “Adakah yang memiliki pengalaman rohani atau in touch with God?” Mahasiswa menjawab punya, namun ketika diminta untuk mensharingkannya ia merasa kesulitan dengan dalih lupa. Bersifat unforgetable, karena pengalaman rohani itu begitu menggetarkan dan memesona. Maka aneh, bila sesuatu yang menggentarkan dan memesonakan itu terlupakan. Selain itu pengalaman rohani juga karena bersifat transformatif, yakni memberi perubahan yang drastis, sehingga boleh dibilang menjadi titik balik hidup seseorang yang sungguh berbeda secara signifikan. Contoh dari pembenci menjadi pecinta atau pembela. Hal itu dialami Paulus. Ia yang semula bernama Saulus sangat getol menganiaya jemaat pengikut Yesus, setelah ia mengalami in touch with God melalui fenomena alam berupa cahaya yang membutakan dirinya, ia tidak lagi menjadi penganiaya jemaat pengikut Yesus Kristus, sebaliknya ia menjadi rasul tangguh yang mewartakan Yesus dengan segala teladan dan ajaran-Nya dengan tanpa kenal lelah ke segala suku bangsa, sehingga ia dikenal sebagai rasul bangsa-bangsa. Demikianpun Zakheus atau Matheus yang semula Pemungut Cukai menjadi rasul Tuhan yang gigih mewartakan Injil Tuhan setelah ia mengalami in touch with God melalui perjumpaannya dengan Yesus yang memintanya turun dari atas pohon tempat ia bersembunyi dan kata-kata Yesus yang mentransformasi dirinya. “Zakheus, hari ini aku harus menumpang di rumahmu!” Demikianpun yang terjadi pada Maria Magdalena. Transformasi itu begitu jelas dan signifikan: dari perempuan nakal menjadi rasul segala rasul (Apostulorum Apostula) menurut Santo Thomas Aquinas. Ia menjadi saksi kebangkitan Tuhan Yesus yang pertama. Transformasi dirinya itu terjadi setelah Maria Magdalena mengalami perjumpaan dengan Yesus yang bersabda kepadanya. “Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi!”
Semoga makin lama kita mengikuti Tuhan dalam agama kita masing-masing, kita pun boleh mendapatkan pengalaman spiritual, pengalaman in touch with God, sehingga kesaksian hidup kita digerakkan pertama-tama oleh perjumpaan atau persentuhan kita dengan Tuhan itu entah melalui sentuhan sabda-Nya di dalam Kitab Suci, melalui perjumpaan dengan sesama yang menghadirkan sifat-sifat Allah, maupun melalui perjumpaan kita dengan peristiwa alam, entah di gunung, laut, air terjun, taman, dan lain sebagainya.