Soempah Pemoeda Bagi Indonesia

Oleh: Yuliani Hermanto | 2502040745 | PPTI 13 |

“Berbeda untuk Bersatu, Bersatu untuk tujuan yang satu, INDONESIA-KU” – Yuliani Hermanto

Puncak kesadaran para pemuda memiliki intisari bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu: Indonesia, diikrarkan pada 28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta) dan dikenal dengan Sumpah Pemuda. Bermula dari Kongres Pemuda yang dihadiri oleh organisasi-organisasi di Indonesia seperti Jong Java dan Jong Ambon untuk membentuk organisasi PPPI atau Indonesische Studentbond. Pada hari pertama, kongres diselenggarakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Rapat hari kedua, diselenggarakan di Gedung Osst-Java Bioscoop dan Indonesische Clubhuis Keramat yang kini diabadikan menjadi Gedung Sumpah Pemuda. Kongres telah menjadi api yang mencetuskan persatuan nasional Bangsa Indonesia untuk melawan kolonialisme.

Kongres Pemuda bertekad untuk memperkuat gairah persatuan dalam sanubari para pemuda, melahirkan gerakan kepanduan guna menumbuhkan gelora nasionalisme, dan menyatukan organisasi-organisasi yang sempat remuk terpecah-belah. Kongres ditutup dengan lagu Indonesia Raya karya WR. Supratman serta pembacaan secarik kerta berisi Sumpah Pemuda. Generasi penerus Indonesia tidak lagi berjuang sendiri tapi bersama. Terdapat banyak hikmah yang dapat kita terapkan dalam rutinitas, seperti musyawarah mufakat, patriotisme, tanggung jawab, gotong royong, kerja sama, cinta damai, dan kerukunan (Sri Sudarmiyatun). Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bagi bahwa keberagaman di Ibu pertiwi dapa disatukan sebagai Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu”.

Pengamalan nilai Sumpah Pemuda dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja. Menggunakan bahasa Indonesia ketika berinteraksi dan juga bangga menggunakan produk lokal dibandingkan luar negeri adalah cara untuk memupuk cinta tanah air dan memajukan bangsa. DI kehidupan perkuliahan, kita bisa melestarikan nilai toleransi terhadap teman-teman kita yang memiliki budaya, suku, agama, ras, dan adat istiadat yang berbeda. Kemudian, ketika kita melihat teman kita sedang kesusahan kita dapat menolognya. Hal ini akan mempererat rasa kekeluargaan dan membina rasa kesetiakawanan sosial, sehingga tercipta kerukunan hidup. Adanya rasa kebersamaan ini yang mendorong bangkitnya nasionalisme di dalam bangsa Indonesia.

Indonesia laksana sebuah kapal yang tengah menempuh lautan globalisasi. Masyarakat cenderung memiliki sikap yang apatis dan individualis, berbeda dengan nilai luhur Indonesia yang menjunjung tinggi kebersamaan dan gotong royong. Selain itu, pemuda Indonesia lebih tertarik untuk mempelajari budaya luar dibandingkan budaya tanah tumpah darah. Contohnya, anak muda lebih menyukai boyband atau girlband asal Korea dibandingkan dengan tarian tradisional asal Indonesia. Sudah sewajarnya, kita menanamkan nilai dan sikap yang tercemin sesuai dengan budaya Indonesia.

Di tengah hiruk pikuk pengaruh budaya luar, hendaklah Sumpah Pemuda mengingatkan kita kembali untuk menjadi titik inspirasi bagi generasi muda Indonesia saat ini. Perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu melainkan keberagaman yang menjadi alasan untuk Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan tangguh. Sudah saatnya, kita sebagai pemuda pemudi Indonesia berkontribusi nyawa mewujudkan Indonesia yang maju. Jangan hanya memiliki abu dari Sumpah Pemuda, namun kita haruslah mewarisi api dari Sumpah Pemuda itu. Busungkan dadamu wahai pemuda pemudi, pandanglah ke depan, ikrarkan Sumpah Pemuda dengan sepenuh hati, dan resapi setiap maknanya! Satoe Bangsa! Satoe Nusa! Satoe Bahasa! Semangat Sumpah Pemuda!

Yuliani Hermanto