Pemuda Sebagai Pionir Perubahan bagi Indonesia

Oleh: Renatha D.S.Tuwaidan | PPTI 13 |

Pemuda sering kali dikaitkan menjadi seorang agen perubahan bangsa. Tak hanya dipercaya membangun negeri, namun juga menjaga dan bersinergi satu sama lain untuk kemajuan bangsa Indonesia. Walau kerap dilabeli sebagai tombak kemajuan bangsa, tidak dapat dipungkiri bahwa kesalahan masih mungkin dilakukan oleh para pemuda. Namun dari manakah sumber kepercayaan rakyat Indonesia terhadap seluruh potensi dan kemampuan pemuda? Semua ini berakar dari peristiwa bersejarah yaitu Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Peristiwa Sumpah Pemuda tidak akan mungkin terjadi jika pemuda kala itu masih mempertahankan ego keeksklusifan suku bangsanya masing-masing. Keinginan mereka untuk bersatu dan menyebarkan semangat patriotisme berhasil melahirkan sebuah ikrar yang menjadi semangat dan motivasi baru bagi para pemuda untuk memperjuangkan eksistensi Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat dan satu. Nyatanya ikrar pemuda kala itu tak hanya bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan oleh bangsa asing, namun juga melawan kediktatoran pemimpin Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia.

Dewasa ini pemuda pun masih harus bersama-sama mempertahankan persatuan Indonesia dan berperan menjadi pionir pembawa perubahan bagi bangsa kita tercinta, Indonesia. Dengan tantangan kemajuan dunia serta globalisasi, pemuda diharap untuk kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah juga terus menggali potensi kekayaan Indonesia yang dapat mendukung daya saing kita dikancah global. Menjadi seorang pionir tak perlu muluk-muluk, cukup dimulai dengan menyelesaikan masalah di lingkungan terdekat kita dan menggunakan seluruh potensi yang kita miliki untuk mendukung perubahan.

Penulis yang juga merupakan pemuda Indonesia pun turut merasakan semangat Sumpah Pemuda dan ingin ikut ambil bagian menjadi pionir perubahan bagi negeri kita tercinta, Indonesia. Ketertarikan penulis dalam bidang pendidikan serta melihat realita bahwa kualitas pendidikan di Indonesia kurang merata, mendorong penulis untuk berkontribusi dengan membangun organisasi non-profit Bersama Belajar. Berdirinya Bersama Belajar juga membuka mata penulis, bahwa dibalik modernisasi yang sedang terjadi, nyatanya masih banyak pemuda Indonesia yang terbakar oleh api semangat Sumpah Pemuda untuk mengambil peran dalam kemajuan Indonesia.

Generasi muda tak perlu takut mengambil bagian dalam perubahan. Walau nanti dalam prosesnya kesalahan terjadi, namun yang Indonesia butuhkan adalah kemauan untuk mencoba membawa perubahan. Semangat Sumpah Pemuda perlu terus dipancarkan, agar janji yang dulu sudah diikrarkan tidak menjadi bualan belaka. Pemuda perlu menyadari bahwa perannya sangat penting dalam membangun negeri. Tak ada kata terlambat, hanya perlu tekad dan keyakinan bahwa setiap hal yang kita lakukan bagi negeri akan membawa dampak yang positif bagi masyarakat luas.

Renatha D.S.Tuwaidan